Pernak-pernik Tamu Bulanan Kaum Hawa

Perhatian: kaum laki-laki jangan kabur dulu ya sebelum selesai membaca artikel ini.

Ngapain sih Wi, cemberut mulu. PMS, ya? Diajakin main sama Siti, tuh,” sapa Adit, 12 tahun, melihat teman sebayanya Tiwi yang biasanya ceria sedari tadi cemberut dan sesekali menghela nafas berat seolah-olah besok adalah hari ujian Matematika.

“Lagi gak mau main. Sakit, tahu! Kamu sih nggak pernah ngerasain mens!” sembur Tiwi sambil meringis menahan kram di perutnya.

“Oh, mens itu sakit, ya?” Adit bertanya dengan wajah polos, sementara Tiwi melotot mendengar pertanyaannya. Adit pun hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ah ya, mana bisa Adit merasakan mens. Dia kan laki-laki.

Meskipun begitu, Adit merasa penasaran. Apa benar PMS itu ada? Atau hanya mitos belaka? Apa benar menstruasi itu menyakitkan? Nah, kalau kamu penasaran juga, yuk baca ulasan berikut ini.

Premenstrual Syndrome (PMS)

Jika kamu belum tahu apa itu PMS tapi sering menjadikannya bahan bully-an, sekarang saatnya kamu tahu. PMS merupakan singkatan dari Premenstrual Syndrome yang mempengaruhi sebagian besar wanita dalam usia subur. Hal ini biasanya dimulai ketika fase ovulasi dan berlangsung selama masa akhir fase luteal dan berakhir satu atau dua hari setelah menstruasi terjadi yang berarti sekitar hari ke-14 hingga ke-29 dalam siklus sel telur. Agar lebih mengerti, baca juga “Kisah Sel Telur” di artikel Majalah 1000guru edisi Juni 2014.

Ilustrasi mood swing. Sumber gambar: eumom.ie.
Ilustrasi mood swing. Sumber gambar: eumom.ie.

Gejala PMS mencakup perubahan suasana hati (mood swing) seperti mudah marah, merasa depresi, sedih, dan lain-lain. Ya kira-kira rasanya sih seperti ingin mengubur diri dalam selimut seharian dan enggan bertemu siapapun.

Para peneliti beranggapan bahwa PMS terjadi karena kadar hormon, terutama estrogen, dalam tubuh perempuan selama siklus menstruasi mengalami masa-masa naik dan turun. Situasi penuh tekanan seperti kehilangan pekerjaan atau masalah keluarga tidaklah menyebabkan PMS, tetapi dapat memperburuk gejala-gejalanya.

Beberapa peneliti menyebutkan adanya hubungan antara kadar hormon estrogen (hormon yang penting untuk fungsi reproduksi terutama pada wanita) dan serotonin (senyawa kimia yang penting untuk menjaga keseimbangan mood), meskipun penelitian lanjutan masih harus dilakukan untuk mengkonfirmasi hipotesis tersebut.

Dismenore yang menyakitkan

Selain mengalami mood swing, perempuan juga mengalami dismenore (kram yang terjadi sebelum atau selama masa menstruasi). Tidak percaya? Jika kalian laki-laki, cobalah tanyakan kebenarannya pada ibu, atau saudara perempuan kalian. Bisa jadi, orang yang kalian tanya merupakan satu dari sekitar 50% wanita yang mengalami dismenore.

Dismenore terbagi menjadi dua macam: dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan istilah lain dari kram umum yang biasa dirasakan selama menstruasi, dengan tidak disertai penyakit/penyebab lain. Ia ditandai dengan rasa sakit di bagian bawah perut, punggung bawah, hingga paha. Rasa sakit ini levelnya dari ringan hingga berat. Bagi yang merasakan kram lumayan berat, duh untuk berdiri saja susah. Sakit sekali!

Kram ini mulai dapat dirasakan beberapa saat sebelum atau ketika permulaan menstruasi dan berlangsung hingga hari ke-2 atau ke-3 menstruasi. Gejala lain yang dapat dirasakan juga termasuk mual, diare, sakit kepala, dan sakit-sakit ringan di sekujur tubuh. Rasa sakit pada dismenore primer biasanya berkurang seiring dengan bertambahnya usia seorang wanita terutama setelah hamil dan melahirkan.

Diagram menstruasi hingga terjadinya dysmenorrhea. Sumber gambar: mygynae.co.uk
Diagram menstruasi hingga terjadinya dysmenorrhea. Sumber gambar: mygynae.co.uk

Dismenore primer terjadi karena kontraksi pada rahim wanita, yang disebabkan oleh kadar hormon prostaglandin. Kontraksi tersebut menyebabkan tertekannya pembuluh darah yang menyuplai oksigen ke jaringan otot rahim. Fase ketika pasokan oksigen menghilang inilah yang diartikan oleh tubuh kita sebagai rasa sakit. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa wanita dengan tingkat Dismenore berat memiliki kadar prostaglandin lebih tinggi daripada wanita dengan dismenore ringan.

Selama dismenore yang seorang wanita rasakan masih dalam ciri-ciri dismenore primer, ia tak perlu khawatir. Sebaliknya, jika dismenore mulai terasa amat menyakitkan, tak kunjung berhenti setelah tiga hari, dan baru terjadi ketika seeorang telah berada di usia 30 atau 40-an tahun (sebelumnya tidak ada riwayat dismenore), ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter. Bisa jadi, dismenore yang tidak normal tersebut akibat adanya penyakit pada bagian reproduksi. Inilah yang kita sebut dismenore sekunder.

Beberapa penyebab dismenore sekunder antara lain: (1) endometriosis, yakni kondisi ketika endometrium (jaringan yang melapisi rahim) ditemukan di luar rahim, (2) penyempitan serviks, (3) pelvic inflammatory disease (PID, radang panggul), yakni infeksi karena bakteri yang bermula pada rahim dan menyebar ke bagian lain dari alat reproduksi, dan (4) tumor.

Menghadapi tamu bulanan dengan tenang

Perubahan suasana hati yang seperti roller coaster dan kram pada beberapa bagian tubuh memang seringkali mengganggu hingga menghambat produktivitas. Jika kamu atau temanmu mengalaminya, jangan khawatir. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi pernak-pernik si tamu bulanan.

  • Olahraga rutin

Aktivitas fisik dipercaya dapat memperbaiki suasana hati karena diproduksinya endorfin (senyawa kimia pada otak yang menimbulkan rasa bahagia). Olahraga aerobik seperti berenang, bersepeda, lari, dan jalan kaki sangat direkomendasikan.

  • Minum painkiller (pereda rasa sakit) dari golongan nonstereoidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) yang menekan produksi prostaglandin

Minumlah segera setelah darah menstruasi terdeteksi atau tanda-tanda dismenore terasa. Jangan menunggu hingga rasa sakitnya menjadi-jadi karena respon tubuh terhadap NSAIDs biasanya baru muncul dalam 30-60 menit setelah dikonsumsi. Beberapa orang yang sensitif terhadap NSAIDs biasanya mengalami gangguan pada sistem gastrointestinalnya dan membutuhkan obat pendamping lain. Untuk itu, usahakan berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan atau apoteker untuk memilih painkiller yang tepat. Karena sebagian besar NSAIDs yang dijual bebas bisa menyebabkan gangguan lambung pada efek jangka panjangnya, meminum obat ini lebih aman diminum setelah makan. Jika pemberian NSAIDs tidak membantu hilangnya dismenore hingga tiga bulan, segeralah periksakan diri ke dokter karena ada kemungkinan dismenore yang dialami termasuk dismenore sekunder.

  • Kurangi konsumsi kafein dan makanan manis

Kafein dapat menyebabkan insomnia, rasa khawatir, dan gelisah berlebihan. Makanan-makanan dengan kadar gula tinggi seperti permen dan soda sebaiknya juga dihindari selama satu atau dua minggu menjelang menstruasi. Hal ini untuk mencegah gejala PMS yang diperparah dengan fluktuasi kadar gula darah.

  • Pijat area abdomen dan punggung
  • Letakkan bantal hangat di abdomen atau berendam di air hangat untuk meredakan nyeri.
  • Managemen stres

Stres dapat memperparah PMS. Untuk itu, temukan kegiatan-kegiatan positif yang dapat mengurangi stres. Jika perlu, lakukan teknik-teknik relaksasi seperti meditasi. Perasaan yang bahagia dan rileks juga akan mengalihkan kita dari rasa sakit akibat kontraksi selama menstruasi.

Ilustrasi tips menghadapi dismenore. Sumber: menstrupedia.com.
Ilustrasi tips menghadapi dismenore. Sumber: menstrupedia.com.

Nah, setelah membaca artikel ini jika suatu hari kamu menemukan ibu atau saudara perempuanmu “bawaannya” marah-marah karena PMS atau dismenore, sudah tahu kan apa yang sedang terjadi dan yang bisa kalian lakukan? Alih-alih ikut “mengamuk” karena jadi sasaran, coba hibur mereka atau berikan secangkir minuman hangat. Siapa tahu bisa membantu mereka merasa rileks? Begitu juga dengan para wanita, jangan jadikan “tamu bulanan” sebagai alasan mudah marah, ya!

Bahan bacaan:

Penulis:
Annisa Firdaus Winta Damarsya, mahasiswi jurusan Bioscience, School of Science, Nagoya University, Jepang.
Kontak: annisafirdauswd(at)yahoo(dot)co(dot)id.

Back To Top