Dari kecil kita mungkin pernah mendengar iklan, orang di sekitar kita atau bahkan mungkin orang tua kita berkata, “Awas, banyak kuman (bakteri)!” Ternyata, tanpa kita sadari tubuh kita juga berisi bakteri dalam jumlah yang banyak. Sangat banyak! Bahkan, jumlah total sel tubuh kita, yakni sekitar $latex 10^{13} – 10^{14}$ sel, itu masih lebih sedikit dibanding total bakteri yang menumpang hidup di tubuh kita, yakni antara $latex 10^{14} – 10^{15}$ kuman, sehingga menyerupai belantara kuman. Tempatnya pun beragam, ada yang di kulit, saluran pernafasan, hingga saluran pencernaan. Sebagian dari kuman tersebut memiliki sifat yang menguntungkan dan diperlukan untuk menjaga kesehatan, tetapi ada pula yang bersifat patogen (bisa menyebabkan penyakit).
Dari mana bakteri-bakteri tersebut berasal? Sebagai informasi, dalam keadaan normal air ketuban pada ibu hamil bersifat 100% steril atau bebas dari kuman. Jika terdapat kuman, keadaan tersebut merupakan kelainan yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Jadi, dari mana kita mendapatkan bakteri-bakteri yang normal? Bakteri normal berasal dari udara luar sejak kita lahir, mulai dari saat kita terlahir melalui liang kelahiran, lalu kita bersentuhan dengan kulit orangtua, sampai menyusu darinya, dari sini kita sudah terinfeksi. Ingat, bedakan antara INFEKSI dan PENYAKIT. Tak semua infeksi menyebabkan penyakit dan juga tak semua penyakit karena infeksi. Bisa jadi yang menginfeksi adalah bakteri yang baik. Sebenarnya, sebagian besar bakteri tidak bersifat patogen dan hanya sebagian kecil saja yang berbahaya bagi kesehatan. Mari kita jelajahi belantara bakteri yang ada di bagian-bagian tubuh kita.
- Kulit. Kulit mengandung sekitar 200 genera bakteri yang berbeda, dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung tipe kulit. Kulit dibagi menjadi tiga tipe, kulit yang kering, lembab, dan berminyak. Tiap tipe kulit mengandung bakteri normal yang berbeda. Kulit lembap banyak diisi oleh Corynebacteria dan Staphylococcus. Kulit yang kering banyak dtempati oleh bakteri Betaproteobacteria, Corynebacteria dan Flavobacteriales.
- Mulut. Mulut merupakan bagian yang sangat dekat dengan hidung sehingga bila ada perubahan bau mulut bisa langsung tercium. Bau-bauan tertentu akan menginduksi bagian otak tertentu sehingga tubuh memberikan respon seperti muntah, marah, senang, tenang dan lain-lain. Di dalam mulut jumlah bakteri pun sangat berlimpah. Analisis metagenomik (yaitu analisa material genetik dari suatu lingkungan) menunjukkan bahwa jumlah spesies flora di mulut lebih dari 600 spesies. Jumlah ini mungkin lebih banyak dari fauna yang ada di kebung binatang. Taxa yang paling banyak antara lain Actinomyces (4%), Treponema (7,9%) Prevotella (8,9%), dan lain-lain. Tidak semua genus ditemukan di subjek percobaan, masih banyak genus lain yang ada di mulut dalam jumlah yang lebih kecil lagi. Bakteri di mulut berpotensi menghasilkan plak gigi dan karies.
- Plak. Plak awalnya hanya lapisan tipis air liur yang mengandung glikoprotein asam yang melapisi gigi yang dikolonosisasi oleh bakteri, terutama Streptococcus. Bakteri tersebut mampu berkolonisasi di lapisan tipis glikoprotein pada gigi. Ketika plak semakin tebal (makin tebal lapisan bakterinya) muncul bakteri-bakteri anaerob di dalam plak tersebut sehingga menyebabkan plak semakin tebal lagi. Kemudian, plak membuat “lingkungan” sendiri yang cocok untuk bakteri-bakteri di dalamnya yang berbeda dengan lingkungan rongga mulut sehingga bakteri tumbuh subur di dalam plak.
- Karies. Ketika plak makin subur, bakteri yang tinggal di sana menghasilkan asam organik lokal dengan konsentrasi tinggi dan menyebabkan dekalsifikasi enamel gigi (pengikisan kalsium pada lapisan gigi). Diet tinggi sukrosa seperti gula pasir bisa mempercepat karies gigi, salah satunya karena bakteri di sana bisa memfermentasi gula menjadi asam laktat. Asam laktat melarutkan Kalsium fosfat pada area plak, sedangkan matriks gigi yang berupa protein dihancurkan oleh protease (enzim yang mencerna protein) dari bakteri. S. mutans bisa menghasilkan dextran dengan bahan sukrosa, yang membuatnya menempel sangat kuat pada gigi.
- Saluran cerna (Gastrointestinal Tract). Di dalam saluran cerna hidup banyak sekali flora karena saluran cerna adalah salah satu bagian tubuh yang terekspos ke lingkungan luar . Total semua bakteri di saluran cerna adalah $latex 10^{13} – 10^{14}$ bakteri. Saluran cerna manusia utama terdiri dari lambung, usus kecil, dan usus besar. Komposisi bakterinya bisa berbeda tergantung apa yang dimakan. Misalnya, orang yang banyak makan daging akan berbeda bakterinya dengan yang banyak makan sayuran (vegetarian).
- Lambung. Lambung memiliki derajat keasaman (pH) yang sangat asam (sekitar 2) sehingga lambung bisa jadi perintang (barrier) tubuh untuk menghindari bakteri yang masuk dari luar. Namun, ternyata masih saja ada bakteri yang hidup di sini. Dalam sebuah studi RNA ribosom bakteri, ditemukan ada beberapa taxa yang hiduo di lambung. Salah satunya, bakteri yang banyak menginfeksi manusia adalah Helicobacter pylori. Ia tinggal di dinding lambung, pada lapisan yang melindungi lambung dari asam. Pada individu yang lemah, bakteri tersebut bisa menyebabkan luka lambung.
- Usus kecil . Sepanjang usus, pH semakin tidak asam dan jumlah bakteri juga semakin banyak. Pada ujung usus kecil, jumlah bakteri mencapai $latex 10^5 – 10^7$ per gram meskipun kondisi oksigen yang dibutuhkan bakteri aerob semakin menurun.
- Usus besar. Usus besar atau kolon bisa kita sebut sebagai saluran fermentasi karena bakteri di sini sangat banyak sekali. Bakteri aerob fakultatif (bisa hidup dengan dan tanpa oksigen) menyerap oksigen yang masih bersisa dari hasil pencernaan membuat kondisi semakin anaerob, yang menguntungkan bakteri-bakteri anaerob obligat. Peran bakteri-bakteri ini antara lain, menghasilkan vitamin thiamine, riboflavin, pyridoxine, K, dan B12. Selain itu, mereka menghasilkan angin (flatus = kentut) berupa $latex {\rm CH}_4$, $latex {\rm CO}_2$, dan $latex {\rm H}_2$, serta zat pencipta wewangian tak sedap seperti indole, skatole, asam butirat, $latex {\rm H}_2{\rm S}$, dan $latex {\rm NH}_3$. Apakah sudah cukup sampai sini peran mereka? Ternyata tidak! Kenyataannya, bakteri-bakteri ini juga berperan mengaktifkan kembali asam empedu yang sudah dibuang sehingga bisa diserap lagi oleh usus. Feses mengandung bakteri yang sangat banyak, sekitar 1/3 massa feses adalah bakteri. Setiap kali bakteri terbuang, maka akan digantikan bakteri yang baru, dan begitu seterusnya.
- Saluran pernapasan. Saluran napas berhubungan langsung dengan udara luar, yang mengandung banyak sekali bakteri dan debris lainnya melayang-layang di udara. Akan tetapi, tak perlu khawatir, tubuh kita punya sistem yang hebat, yaitu mucus (lendir) yang melapisi saluran pencernaan, sehingga sebagian besar debris (kotoran) yang berukuran besar akan menempel di sana dan selanjutnya akan dibuang melalui mulut atau ditelan. Beberapa jenis bakteri bisa membuat koloni di saluran pernapasan atas (hidung, mulut, faring dan laring). Bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae bisa berkolonisasi di sana. Namun demikian, selama jumlah bakteri baik (flora normal) masih banyak, bakteri patogen tak akan menghasilkan penyakit karena berlomba dalam hal sumber daya dan metabolisme.Sistem kekebalan tubuh bawaan dan adaptif (IgA) juga menghambat aktivitas patogen. Sementara itu, pada saluran napas bawah (trakea, bronkus, dan paru), normalnya tidak ada bakteri yang hidup di sana kecuali bakteri yang terbawa aliran udara ke dalam. Kalaupun ada, aliran udara sudah sangat melambat semakin ke dalam, lalu benda-benda kecil menempel di mucus pada dinding saluran napas. Dengan bantuan gerakan silia, mucus kemudian digerakkan ke arah luar. Hanya partikel dengan ukuran kurang dari 10 mikron bisa lewat sampai paru.
- Saluran Kencing. Pada saluran kencing yang sehat, baik pria dan wanita seharusnya memiliki ginjal dan kandung kemih yang steril. Sementara itu, saluran kencing bagian ujung (yang dekat dengan luar) memiliki kolonisasi bakteri aerob fakultatif gram negatif kokus dan basil. Patogen potensial (patogen yang ada tapi belum meyerang tubuh) juga bisa ditemukan dalam jumlah kecil. Bakteri-bakteri ini terbuang bersama aliran kencing ketika buang air. Pada perempuan, vagina menghasilkan glikogen. Lactobacillus acidophilus mengolah glikogen ini menjadi asam laktat sehingga menciptakan suasana vagina wanita yang sudah puber menjadi asam. Sebelum puber, pH vagina normal karena glikogen tidak dihasilkan. Ketika sudah menopause, flora normal yang ada di vagina kembali seperti saat sebelum puber (Staphylococci. Streptococci, diphteroid, E. coli).
Wah, banyak sekali ya bakteri yang hidup di dalam tubuh kita. Sebagian besar dari mereka itu kita butuhkan untuk kesehatan. Jadi, berhati-hatilah menggunakan antibiotik. Sasaran antibiotik adalah bakteri, tetapi tak semua bakteri yang terbunuh oleh antibiotik itu bakteri jahat, bakteri yang baik juga ada yang terbunuh. Jika tak ada indikasi, jangan gunakan antibiotik demi kebaikan tubuh kita sendiri. Seperti yang sudah kita lihat tadi, bakteri baik berkompetisi dengan bakteri jahat sehingga bakteri jahat tak bisa melancarkan serangan jahatnya kepada kita. Bakteri usus juga membantu pencernaan dan menghasilkan vitamin yang nantinya kita serap. Setelah kita terapi dengan antibiotik, banyak bakteri yang terbunuh sehingga butuh waktu untuk mengembalikan bakteri normal ke posisi semula. Nah, untuk mempercepat rekolonisasi flora normal di tubuh, digunakan probiotik (suplemen yang mengandung bakteri hidup).
Bahan bacaan:
- M. Madigan dkk. Brock Biology of Microorganisms, 13th ed, Pearson (2010).
Penulis:
Parangeni Muhammad Lubis, Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kontak: parangeni.m.l(at)gmail(dot)com.