Potret Pendidikan di SDN 03 Wringin Anom

Pada tanggal 22-24 Februari 2020, penulis bersama beberapa rekan mahasiswa jurusan PGSD UHAMKA mengikuti kegiatan PKL dan Studi Pengembangan Wawasan PGSD FKIP UHAMKA 2020, yang didampingi oleh Bapak Drs. Aslam, M.Pd.  Penulis berkesempatan belajar dan mengajar di SDN 03 Wringin Anom yang terletak di Jalan Raya Besuki Wringin Anom, Desa. Poncokusumo, Malang, Jawa Timur. Sekolah ini memiliki enam kelas dengan total siswa sebanyak 115 anak. Setiap kelas terdiri dari 15-20 siswa. Meski fasilitas ruangan kelas kurang memadai, semangat siswa untuk belajar tidak pernah berkurang.

Halaman sekolah cukup luas dengan dikelilingi persawahan dan perkebunan warga. Tak lupa keindahan Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa juga bisa dinikmati langsung dari halaman sekolah. Sayangnya, rumput ilalang di halaman sekolah begitu tinggi sehingga membuat sekolah terlihat menyeramkan, seolah kurang terawat. Menjadi kurang tepat rasanya jika SDN ini kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat, padahal terletak di samping jalan raya yang sering dilalui oleh para wisatawan yang akan mengunjungi tempat-tempat wisata di Malang.

Selain itu, sarana dan prasarana di sekolah yang belum maksimal membuat pembelajaran terlihat pasif dan terkesan kurang inovatif. Hal ini terlihat dari belum adanya ruangan perpustakaan sekolah, ruangan laboratorium, ruangan komputer, alat olahraga yang masih sedikit, alat peraga atau media pembelajaran yang terbatas, alat tulis yang masih menggunakan kapur, alat kebersihan yang terbatas, serta kurangnya buku bacaan. Di sekolah ini juga belum ada pembelajaran berbasis digital. Tidak ada proyektor dan hal-hal lain yang dapat menunjang keberlangsungan pembelajaran seperti itu.

Berbagai kekurangan fasilitas membuat SDN 03 Wringin Anom belum bisa  sepenuhnya menerapkan kurikulum 2013 yang mengharuskan guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran masih dilakukan secara manual dengan media seadanya.

Ruang guru dan ruang tata usaha yang masih bergabung, ruang perpustakaan yang masih menjadi satu dengan ruangan kelas 4, dan beberapa ruangan yang seharusnya ada di sekolah dan sudah ditetapkan dalam kategori sekolah layak pun tidak terlihat. Perpustakaan hanya ada di pojokan kelas, biasa disebut dengan pojok baca. Guru di sekolah berjumlah 9 orang, tetapi yang mendapatkan status PNS hanya 2 orang.

Kemampuan siswa berbahasa daerah yang kuat patut diapresiasi mengingat sebagian sekolah sudah kehilangan identitas daerahnya. Penyampaian materi oleh guru mayoritas dilakukan dalam bahasa Jawa yang terkadang diselingi dengan bahasa Indonesia. Demikian pula komunikasi antarsiswa kerap dilakukan dalam bahasa Jawa.

Kedatangan rombongan mahasiswa PGSD FKIP UHAMKA pada hari pertama untuk observasi terlebih dahulu dilakukan dengan menggali informasi dari guru serta siswa di SDN 03 Wringin Anom. Selanjutnya adalah perkenalan oleh sebagian mahasiswa sambil yang lainnya mempersiapkan media pembelajaran yang integratif dan penyuluhan cara merawat kebersihan diri untuk hari esoknya.

Tepat pukul 12.00 WIB semua siswa berhamburan dari kelas karena jam pulang sudah tiba. Beberapa siswa terlihat dijemput oleh keluarga mereka karena jarak sekolah ke perkampungan warga bisa dikatakan jauh. Beberapa siswa lainnya berjalan pulang bersama-sama.

Keesokan harinya pembelajaran dilakukan oleh mahasiswa PGSD yang masuk ke setiap kelas. Semangat dan antusiasme siswa dalam belajar sepertinya bertambah karena ada hal yang berbeda. Kami mengajak seluruh siswa untuk membersihkan kelasnya masing-masing yang dilanjutkan dengan kegiatan menghias dan membuat pojok baca di setiap kelas.

Hari terakhir di SDN 03 Wringin Anom diisi dengan melakukan penyuluhan kebersihan diri bersama siswa. Penulis bersama rekan-rekan menyosialisasikan cara mencuci tangan dan menggosok gigi dengan baik dan benar yang kemudian dilakukan bersama-sama siswa. Suasana di hari perpisahan menjadi sangat haru ketika kami harus berpamitan dari sekolah tersebut. Terlihat beberapa siswa meneteskan air mata. Semoga ini adalah pertanda adanya ikatan antara kami dan para siswa meskipun hanya melalui kebersamaan yang singkat.

Kegiatan penyuluhan gosok gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.

Penulis:
Rifka Khoirunnisa dan Drs. Aslam, Jurusan PGSD Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
Kontak: khoirunnisa(dot)rifka(at)gmail(dot)com

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top