Penanganan Pertama Kondisi Gawat Darurat

Kondisi gawat darurat (emergency) adalah keadaan yang muncul secara tiba-tiba dan orang awam biasanya akan menemui kesulitan untuk mengenalinya. Sebenarnya, tidak hanya petugas medis saja yang harus mampu menangani kondisi emergency, orang awam yang terlatih pun harus bisa memberikan pertolongan pertama dalam kondisi tersebut. Perhatikan istilah “orang awam terlatih” di sini, yaitu orang awam yang pernah mengikuti pelatihan penanganan pertama kegawatdaruratan. Kalau tidak terlatih, ditakutkan malah melakukan hal-hal yang bisa memperparah keadaan korban tersebut.

Ada lima langkah penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pertama kondisi gawat darurat. Mari kita bahas satu per satu.

#1 Ambil napas panjang

Bernapas ini tujuannya mengambil oksigen untuk otak agar bisa berpikir dengan baik. Ambillah napas yang panjang dan dalam. Ini dilakukan beberapa kali sampai dirasa bahwa Anda bisa menangani hal itu. Jika masih tidak bisa, panggil bantuan.

#2 Melakukan dengan benar dan cepat

Berpikir dan menentukan apa yang bisa dilakukan serta efeknya, lalu lakukanlah yang dirasa tepat. Time is running, be fast. Terlalu banyak berpikir bisa mengurangi tingkat kesembuhan pasien. Namun, jika bertindak terlalu cepat pun (tanpa memikirkan akibatnya) bisa menambah penderitaan pasien. Jadi, sebelum melakukan tindakan, pastikan bahwa manfaatnya lebih besar daripada dampaknya.

#3 Telepon ambulans

118, tiga digit angka penyelamat yang bisa dipencet jika bingung harus melakukan apa. Nomor 118 ini akan tersambung ke bagian Emergency Service setiap daerah. Nanti dari kantor tersebut yang menghubungkan ke ambulans/rumah sakit terdekat untuk menolong dan menjemput pasien.

Jika Anda adalah penolong seorang diri, telepon ambulans setelah melakukan pertolongan pertama, tetapi jika 2 orang atau lebih, minta tolong ke orang lain untuk menelepon sembari Anda memberi pertolongan. Ketika meminta tolong orang lain memanggilkan ambulans, jangan teriak tanpa arah. Teriaklah pada satu orang yang spesifik, lebih baik orang yang pertama kali Anda lihat. Teriakan tanpa arah hanya akan membuat mereka menganggap bahwa ada orang lain yang akan melakukan panggilan itu.

Ed37-kesehatan-1

#4 Recovery position

Saat pasien mengalami penurunan kesadaran, kita harus memastikan bahwa ia tetap bernapas. Oleh karena itu, hindari posisi terlentang yang membuat lidah jatuh ke belakang dan menutup saluran napas. Posisi terlentang juga bisa membuat cairan mudah masuk ke paru-paru. Kalau Anda menemukan pasien dengan kondisi gawat darurat, miringkan badannya atau seperti sedang memeluk guling. Hal ini membantu pernapasan karena cairan mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga saluran pernapasan tidak tersumbat. Posisi ini dinamakan recovery position.

Ilustrasi recovery position. Penolong perlu memastikan pasien kondisi gawat darurat dalam posisi no. 4.
Ilustrasi recovery position. Penolong perlu memastikan pasien kondisi gawat darurat dalam posisi no. 4.

#5 Jangan sembarangan memindahkan pasien

Pada pasien karena kecelakaan di jalan, harus dipastikan apakah ada patah tulang leher. Caranya adalah dengan meraba leher belakang pasien untuk mencari apakah ada krepitasi, yaitu bunyi yang khas pada patah tulang seperti “krek”. Memindahkan pasien gawat darurat dengan gegabah dapat berakibat fatal, dari lumpuh sampai meninggal. Jadi, disarankan jika menemukan pasien kecelakaan di jalan, jangan langsung dipindahkan badannya, tetapi dicek dulu apakah ada bagian tubuh yang dalam kondisi rawan atau tidak.

***

Kurang lebihnya lima hal inilah yang harus diperhatikan saat kita menemui kasus gawat darurat di jalan. Jangan panik, lakukan pertolongan pertama, hubungi ambulans. Yang terpenting kita sudah berusaha membantu sebisa mungkin, selanjutnya kita bantu dengan berdoa.

Bahan bacaan:

Penulis:
dr. Yusrina Adani, asisten dosen Departemen Anatomi, Embriologi, dan Antropologi FK UGM.
Kontak: yusrina(dot)adani(at)yahoo(dot)com

Back To Top