Indonesia sering disebut sebagai negara maritim. Dua pertiga dari kawasan Indonesia adalah lautan dengan berbagai potensi kekayaan lautnya. Salah satu contoh dari kekayaan laut ini adalah rumput laut. Mungkin banyak yang berpendapat bahwa rumput laut seperti jenis ”rerumputan” pada umumnya yang selalu berwarna hijau. Namun, tahukah Anda bahwa banyak sekali jenis rumput laut yang memiliki warna- warni yang cukup menarik? Pada artikel ini akan dibahas mengenai beberapa senyawa kimia yang merupakan pewarna alami atau sering disebut pigmen sehingga terdapat variasi warna pada rumput laut.
Apa sebenarnya rumput laut itu?
Rumput laut merupakan salah satu jenis alga makroskopis. Rumput laut tumbuh melekat pada substrat tertentu, baik itu terumbu karang maupun bebatuan. Tanaman ini tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, rumput laut termasuk ke dalam golongan tanaman yang berderajat rendah. Tanaman ini hanya memiliki bagian tubuh yang menyerupai batang yang sering disebut thallus.
Rumput laut diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan pewarna alami atau pigmen yang dikandungnya, antara lain rumput laut hijau (Chlorophyta), merah (Rhodophyta), dan coklat (Phaeophyta). Rumput laut hijau banyak ditemukan di daerah pantai, sedangkan rumput laut merah dan rumput laut coklat banyak ditemukan di daerah yang lebih dalam dengan cahaya matahari yang terbatas.
Apa yang menghasilkan beragam warna pada rumput laut?
Rumput laut pada umumnya memiliki warna yang bervariasi, tidak sebatas hijau saja. Bagi para penggemar makanan Jepang mungkin banyak yang hanya mengetahui rumput laut bewarna hijau, seperti yang digunakan dalam pembuatan sushi. Warna hijau pada rumput laut jenis ini disebabkan karena dominasi senyawa pigmen alami klorofil.
Salah satu jenis rumput laut hijau adalah Enteromorpha sp, yang umumnya digunakan pada berbagai jenis makanan Jepang. Selain klorofil, pada rumput laut hijau juga terkandung berbagai jenis karotenoid yang dominan, seperti β-carotene, neoxanthin, dan lutein.
Jenis rumput laut lain berdasarkan sumber pigmennya adalah rumput laut merah atau sering disebut Rhodophyta. Warna merah yang terdapat pada jenis ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah yang banyak dibandingkan pigmen lain seperti klorofil maupun karotenoid. Berdasarkan karotenoidnya, rumput laut merah dibagi menjadi dua grup, yaitu rumput laut merah yang mengandung β-carotene dan zeaxanthin, serta rumput laut merah yang mengandung α-carotene dan lutein. Eucheuma cottonii yang sering digunakan dalam pembuatan makanan/minuman pencuci mulut, seperti es buah, itu termasuk dalam jenis rumput laut merah.
Rumput laut coklat atau sering disebut dengan Phaeophyta merupakan salah satu jenis rumput laut yang mempunyai jumlah spesies paling banyak dibandingkan rumput laut lainnya. Umumnya, rumput laut coklat bersifat makroskopis dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30 meter, disertai dengan adanya gelembung-gelembung udara pada permukaan thallus yang berfungsi sebagai pelampung. Rumput laut coklat mengandung beberapa jenis karotenoid yang dominan, seperti fucoxanthin, β-carotene, zeaxanthin, dan violaxanthin. Berbagai jenis rumput laut coklat banyak digunakan dalam berbagai makanan kecil di Jepang, di antaranya Konbu (Laminaria japonica), Wakame (Undaria pinnatifida), Gagome (Kjellmaniella crassifolia), Akamoku (Sargassum horneri), dan Hijiki (Sargassum fusiforme).
Selain yang telah disebutkan ini, masih ada beberapa jenis rumput laut lainnya seperti rumput laut emas (Chrysophytae). Warna rumput laut ini yang kuning keemasan berasal dari kandungan karotenoid yang dominan pada bagian kloroplasnya sehingga warna klorofil tidak terlalu tampak. Jenis rumput laut lainnya adalah rumput laut kuning-hijau atau sering disebut dengan istilah xanthophytes. Beberapa jenis pigmen yang terdapat dalam sel kloroplas dari rumput laut ini seperti klorofil, β-carotene, dan jenis karotenoid diadinoxanthin. Pada jenis rumput laut ini tidak terkandung senyawa fucoxanthin.
Perlu diketahui juga, kandungan pigmen pada rumput laut bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti jenis rumput laut, musim, aktivitas fotosintesis, dan lokasi tumbuhnya rumput laut. Hal inilah yang selanjutnya menghasilkan keberagaman warna-warni rumput laut seperti yang kita lihat keindahannya di lautan Indonesia.
Manfaat lain di balik warna-warni rumput laut
Senyawa pigmen yang terdapat di rumput laut memiliki fungsi dalam reaksi fotosintesis, reaksi biokimia, dan dapat menjadi senyawa fitokimia yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Karotenoid, yang merupakan aksesori dalam pengumpul cahaya (light harvesting) pada proses fotosintesis, juga dapat berfungsi melawan senyawa radikal bebas yang berbahaya seperti singlet oxygen. Dengan fungsi tersebut karotenoid yang ditemukan di dalam berbagai jenis rumput laut ini merupakan senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Senyawa ini dapat membantu mengurangi terbentuknya radikal bebas yang dapat merugikan kesehatan.
Selain sebagai antioksidan, karotenoid yang terkandung dalam rumput laut dapat berfungsi sebagai zat antiobesitas (seperti senyawa fucoxanthin), senyawa provitamin A (seperti β-carotene dan lutein), senyawa antikanker, dan masih banyak lagi. Dengan berbagai potensi ini rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan pangan fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, pewarna alami, dan juga sebagai sumber bahan baku yang digunakan untuk suplemen (nutraceuticals) dalam bidang farmasi. Indonesia yang diberi karunia oleh Tuhan berupa laut yang luas dengan beragam rumput laut yang tumbuh di sepanjang pantainya tentu memiliki peluang besar untuk memanfaatkan karunia tersebut.
Bahan bacaan:
- A. Bocanegra dkk. Characteristics and nutritional and cardiovascular-health properties of seaweeds. Journal of Medicinal Food 12, 236–258 (2009) .
- N. Schubert dan E. García-Mendoza. Photoinhibition in red algal species with different carotenoid profiles. Journal of Phycology 44, 1437–1446 (2008).
- Shinichi Takaichi. Carotenoids in Algae: Distributions, Biosyntheses and Functions (review). Marine Drugs 9, 1101-1118 (2011).
- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3131562/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Alga
- http://id.wikipedia.org/wiki/Rhodophyta
- http://www.seaweed.ie/
Penulis:
- Andriati Ningrum, mahasiswi Institute of Food Science, BOKU Vienna, Austria.
Kontak: andriati_ningrum(at)yahoo(dot)com - Eko Susanto, mahasiswa Graduate School of Fisheries Sciences, Hokkaido University, serta pengajar di FPIK Universitas Diponegoro, Semarang. Kontak: ekothpundip(at)gmail(dot)com