Saat berkunjung ke pusat perbelanjaan modern bahkan pasar tradisional, pasti tidak asing dengan deretan display buah yang didominasi oleh buah impor. Demi menambah daya tarik, tak jarang satu jenis buah memiliki banyak varietas dengan nama yang terkesan kebarat-baratan, misalnya apel Washington, apel Royal Gala, apel Granny Smith, dan apel Fiji. Apabila buah impor tersebut disandingkan dengan buah lokal Indonesia, sebut saja kemloko, juwet, dan burahol, bisa dipastikan akan terdengar asing dan kalah populer di kalangan zaman kiwari (jaman now).
Karena kurang dikenal, tak heran akan timbul pertanyaan, apa itu buah lokal? Kenapa penting? Kok jarang dengar? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang jika dituliskan mungkin bisa berlembar-lembar. Oleh karena itu, mari berkenalan agar lebih dekat dengan buah lokal Indonesia.
Buah lokal Indonesia adalah buah-buahan yang tumbuh secara alami dan berasal dari kawasan Indonesia. Menurut Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI, terdapat sekitar 226 jenis tumbuhan asli Indonesia yang dapat dimakan dan sebagian besar masih tumbuh liar di kawasan hutan. Di antara tumbuh-tumbuhan tersebut, baru 62 jenis yang telah dicoba untuk dibudidayakan. Untuk mengenal lebih detail lagi, penulis mencoba untuk mengenalkan beberapa buah lokal yang menjadi koleksi Kebun Raya Purwodadi LIPI.
Kemloko (Phyllanthus emblica L.)
Kemloko, kemlaka, nilaka, balakah, dan malaka adalah sebutan untuk buah dari tanaman yang masuk sebagai anggota dari suku Phyllanthaceae. Persebarannya cukup luas mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Suawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur. Buah kemloko termasuk dalam kelompok buah buni karena buahnya mempunyai lapisan luar yang tipis dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair.
Buah kemloko berbentuk bulat dan berukuran kecil dengan diameter 1,3-2,1 cm. Buah ini memiliki rasa yang cukup masam, sehingga tidak jarang masyarakat Sumatra mengolah buah kemloko sebagai bahan rujak dan bumbu masakan untuk pemberi rasa asam pada makanan tradisionalnya. Di balik rasa masamnya, buah kemloko memiliki beragam manfaat, seperti kaya antioksidan, mengontrol kadar gula darah, baik untuk kesehatan jantung, dan cocok sebagai salah satu pilihan penganan untuk program diet rendah kalori yang berserat tinggi.
Buni (Antidesma bunius (L) Skeels)
Rasanya, generasi jaman old yang dulunya menghabiskan masa kecil di kampung, pasti sangat mengenal buah yang satu ini. Saking populernya, buah dengan nama latin Antidesma bunius ini memiliki berbagai sebutan di berbagai daerah Indonesia. Masyarakat Jawa mengenal buah ini dengan sebutan buah buni, uni, wuni. Berbeda bagi masyarakat Sulawesi Selatan yang menyebutnya bu’ne, di Maluku disebut dengan katakuti, dan di Gorontalo disebut dengan buah malahengo. Maka, tidak berlebihan jika buah lokal ini disebut mampu menghadirkan nostalgia di masa kecil.
Jika dilihat sepintas, buah buni mirip dengan buah anggur sehingga tidak jarang bagi anak kampung buah ini disebut sebagai “anggur kampung”. Di balik buah merahnya yang berukuran kecil, buah buni memiliki segudang manfaat dengan kandungan berbagai zat yang berguna untuk tubuh. Buah buni tidak hanya dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar, tetapi juga dapat diolah sebagai selai, minuman berfermentasi, dan bahan untuk jamu tradisional.
Burahol (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson)
Burahol atau juga disebut dengan kepel, simpel, dan kecindul (Jawa) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam suku Annonaceae. Ketika berbuah, tumbuhan ini cukup mudah dikenali karena buahnya yang tumbuh bergorombol di batang pohon. Buah burahol berbentuk bulat, berwarna kecoklatan dengan diameter kurang lebih 5-6 cm.
Selain bisa dikonsumsi langsung sebagai buah segar, burahol digunakan sebagai parfum karena memiliki bau harum yang khas dan menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa. Bagi masyarakat Jawa, buah burahol memiliki nilai filosofi sebagai lambang keseimbangan lahir dan batin.
Bisbul (Diospyros blancoi A. DC)
Buah bisbul atau yang dikenal juga dengan nama buah mentega adalah buah yang sering diidentikkan dengan daerah Bogor. Ini tidaklah salah karena memang buah bisbul di Indonesia awalnya banyak dijumpai di daerah Bogor, tepatnya sejak Kebun Raya Bogor didirikan. Buah bisbul mudah dikenali karena permukaan luar kulit buahnya yang berwarna merah cerah dan diselimuti bulu-bulu halus seperti beludru. Aromanya yang khas dengan tekstur lembut dan rasa manis sedikit gurih, menjadikan buah bisbul digemari oleh banyak orang.
Buah ini dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar atau dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, seperti keripik buah, bahan rujak, campuran es buah, dan selai. Kandungan gizi dalam buah bisbul cukup tinggi dan dapat memberikan beragam manfaat bagi tubuh, di antaranya mengurangi risiko serangan jantung dan stroke, melancarkan peredaran darah, menjaga kesehatan jantung, membantu regenerasi sel-sel tubuh, dan meningkatkan jumlah sel darah.
Mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz)
Ketika manggis (Garcinia mangostana) dikenal banyak orang, lain halnya dengan mundu (Garcinia dulcis). Kedua jenis buah tersebut masih berkerabat dekat, tetapi berbeda jauh nasibnya di kalangan masyarakat umum. Buah mundu termasuk buah asli Indonesia, tetapi dikategorikan sebagai buah-buahan minor atau buah-buahan yang dianggap kurang penting. Padahal, jika dibandingkan dengan buah lain, buah mundu mempunyai manfaat yang tidak bisa dianggap sepele.
Salah satu hasil penelitian dari repositori IPB menyebutkan bahwa buah mundu mengandung asam bidroksisitrat (AHS) yang dapat digunakan untuk menurunkan bobot badan. Hal tersebut menjadikan buah mundu sebagai salah satu alternatif obat diet alami tanpa risiko penggunaan yang memberikan efek negatif bagi tubuh. Selain itu, buah mundu juga bermanfaat untuk penurun demam, antiinflamasi, antimalaria, dan sebagai obat radang nyeri akibat luka. Cara mengkonsumsi buah mundu cukup mudah karena buah yang sudah masak memiliki kulit luar yang tidak sulit dibelah dengan menggunakan tangan. Tekstur daging buah ini juga cukup lembut.
Bagaimana? Apakah sudah cukup bernostalgia dengan buah lokal? Atau malah belum pernah sama sekali mencicipi buah-buah lokal tersebut? Jika iya, bisa dibilang, masa kecilmu kurang seru dan kurang greget. Meskipun punya beragam manfaat, sayangnya keberadaan buah-buah lokal tersebut semakin jarang dan sulit untuk dijumpai.
Banyak faktor penyebab buah lokal kalah populer dengan buah impor, yaitu kurang terdeteksinya keberadaan buah lokal (baik di pasar modern bahkan di pasar tradisional), tampilan buah lokal yang cenderung kurang menarik, dan kurangnya minat masyarakat untuk membudidayakan buah lokal. Tidak kalah penting adalah kurangnya gaung informasi tentang keberadaan buah lokal kepada masyarakat luas.
Sedikit harapan dari penulis, kiranya tulisan sederhana ini mampu menjadi media untuk mendorong pengenalan keberadaan buah lokal kepada masyarakat sehingga di masa depan tidak ada tanaman buah lokal Indonesia yang menghilang tanpa jejak karena “terabaikan”. Tak kenal maka tak sayang, sini kenalan dan kamu akan sayang dengan buah lokal.
Bahan bacaan:
- Angio, Melisnawati & Irawanto, Rony. (2019). Pendataan Jenis Buah Lokal Indonesia Koleksi Kebun Raya Purwodadi. Jambura Edu Biosfer Journal. 1. 41-46. 10.34312/jebj.v1i2.2476
- Uji, T. 2007. Review. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas 8(2):157-167.
Penulis:
Melisnawati H. Angio, Peneliti di Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kontak: melisbio08(at)gmail(dot)com