“Semuanya terjadi secara ilmiah dan tanpa rasa sakit.”
Pada tahun 1915, seorang perawat panti jompo, Frederick Mors meyatakan pengakuannya. Perawat yang lahir di Vienna Austria ini diduga sebagai pelaku dari pembunuhan 8 orang tua di panti jompo tempatnya bekerja. Latar belakangnya sebagai kalangan bawah menyebabkan cita-citanya sebagai dokter kandas. Tak puas dengan kenyataan itu, ia keluar-masuk rumah sakit dan mempelajari obat-obatan secara ilegal.
Dengan pengetahuan kedokteran yang didapatnya, ia memutuskan untuk merantau ke Amerika. Meskipun ia tidak belajar kedokteran secara profesional, pihak agensi imigrasi memberikannya pekerjaan sebagai perawat di sebuah panti jompo. Dalam kurun waktu 4 bulan, ada 17 orang pasien yang meninggal di panti jompo tersebut. Jumlah yang besar ini menyebabkan kecurigaan. Setelah petugas kepolisian melakukan investigasi, dengan penampilan aneh, Frederick Mors datang dan mengaku telah membunuh 8 orang pasien panti jompo tersebut.
Satu hal yang paling membingungkan dari kasus ini ialah betapa santai dan santunnya Mors menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan hakim. Awalnya, ia menggunakan arsenik untuk membunuh pasiennya. Namun, cara ini menyebabkan pasiennya merasa tersiksa, kesakitan, memunculkan gejala yang mengerikan dan dapat bertahan lama hingga beberapa hari sebelum ajal menjemput. Mors mengatakan cara itu sangat menyiksa korbannya dan juga dirinya sendiri sebagai pelaku pembunuhan.
Dengan pengetahuan farmasi yang diperolehnya dari rumah sakit di Austria, ia menemukan bahwa kloroform dengan bau yang manis (seperti sakarin) dan juga volatil (mudah menguap) mampu membius tanpa menyisakan penderitaan pada korbannya. Dalam pengakuannya dikatakan, “Semuanya (pembunuhan dengan bantuan kloroform itu) terjadi secara ilmiah dan tanpa rasa sakit.”
Kisah ini seperti sejarah gelap dari senyawa kimia kloroform. Namun, kloroform sebetulnya saat itu dikenal sebagai senyawa ajaib yang membantu menyelamatkan ribuan orang di meja operasi. Mari kita kenal lebih jauh senyawa ini agar tidak disalahgunakan.
Kloroform dalam dunia medis
Namanya James Young Simpson, seorang dokter di Edinburg yang melakukan penelitian mengenai obat bius yang lebih baik untuk digunakan di meja operasi dan saat melahirkan. Dalam eksperimen bersama dengan rekan kerjanya, ia mengalami kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan tumpahnya cairan kloroform. Setelah menghirup uap kloroform di ruang laboratorium, hanya dalam dua menit mereka sudah kehilangan kesadaran. Tiga puluh menit kemudian, saat sadar, mereka paham bahwa mereka telah menemukan solusi bahan kimia pengganti eter untuk bius.
Bahan kimia ini dikenal luas hingga lima dasawarsa mendatang. Meski demikian, kloroform memiliki mekanisme bius yang tidak dipahami dengan baik pada saat itu. Dalam beberapa operasi, terjadi kematian yang diakibatkan kloroform. Pada tahun 1932, setidaknya perbandingan kematian akibat penggunaan kloroform dalam bius terhadap jumlah operasi ialah 1:3000. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan bahan bius sebelumnya, eter, yang hanya 1 kasus dalam 14.000 kali penggunaan. Popularitas kloroform dalam dunia medis akhirnya menurun dan hilang setelah ditemukannya gas nitrogen oksida dan hexobarbital sebagai bius.
Identifikasi kloroform
Rumus kimia dari kloroform ialah CHCl3, yang termasuk ke dalam golongan senyawa haloalkana. Penamaan ilmiahnya ialah trikloro-metana. Karena senyawanya tersusun dari rantai alkana dan gugus halogen, kita akan sulit mengenalinya ketika telah masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Inilah salah satu alasan mengapa pembunuhan menggunakan kloroform sangat populer di masa lalu. Mors yang telah membunuh 7 orang korban dengan menggunakan kloroform tidak dapat dimasukkan ke bui karena tidak adanya hasil otopsi kepolisian yang bisa membuktikan penggunaan kloroform pada mayat orang tua yang telah dibunuhnya.
Hingga sekarang, senyawa ini masih menyimpan potensi bahaya karena begitu mudahnya penggunaannya dalam kasus pembunuhan, penyekapan, dan penculikan. Efek bius yang dapat terjadi dalam waktu singkat dan sangat tenang membuatnya sangat efektif. Fakta lainnya ialah mudahnya mendapatkan maupun memproduksi senyawa ini. Oleh karenanya, kloroform cukup populer dalam aksi penodongan dan perampokan di Indonesia pada tahun 1990-an.
Untunglah, otopsi untuk kasus penggunaan kloroform sudah sangat mudah di era modern ini. Caranya dengan melumatkan jaringan tubuh yang terindikasi mengandung kloroform, kemudian didistilasi uap, campurkan sirup hasilnya dengan NaOH dan benzena, lalu direbus. Jika terbentuk larutan kuning-kehijau-hijauan, pasti ada kloroform berperan di sana. Karena begitu mudahnya identifikasi kloroform saat ini, jangan pernah coba-coba menggunakannya untuk melanggar hukum!
Penggunaan kloroform di dalam Industri
Meskipun kloroform sudah tidak dikenal dalam dunia medis, penggunaannya masih sangat banyak di dalam industri. Sifatnya yang efektif sebagai pelarut organik adalah salah satu alasan penggunaannya di dunia industri. Industri pestisida masih menggunakan kloroform sebagai bahan aktif di dalam produknya, tetapi penggunaan ini berangsur-angsur dikurangi.
Berdasarkan penelitian beberapa tahun terakhir ini, ada indikasi bahwa kloroform merupakan senyawa karsinogenik (penyebab kanker). Kloroform saat ini digunakan di dalam pembuatan Kloro-difluoro-metan, CHClF2, senyawa pendingin pada produk elektronik, AC, dan kulkas. Penggunaan lainnya ialah pada laboraturium dalam ekstraksi DNA dan RNA.
Lalu, bagaimana dengan nasib Frederick Mors pada kasus yang diceritakan di awal? Karena gagalnya pihak kepolisian membuktikan kandungan kloroform pada tubuh korban, Mors hanya mendapatkan hukuman pengasingan di rumah sakit jiwa. Dalam vonis ini, hakim beralasan bahwa kesehatan mental Mors terganggu. Pengakuannya membunuh dengan kloroform pun tidak dapat dibuktikan dalam otopsi sehingga dia tidak dihukum tahanan/mati. Namun, beberapa waktu kemudian, Mors melarikan diri dari rumah sakit jiwa dan nasibnya tidak diketahui lagi. Itulah kenapa ilmu kimia forensik menjadi sebuah cabang ilmu penting untuk menegakkan keadilan hukum.
Bahan bacaan:
- Blum, D. 2010. The poisoner’s handbook: Murder and the birth of forensic medicine in Jazz Age New York. New York: Penguin Press.
- Black, D. 2017. Serial killer murdered 8 residents of the nursing home where he worked before confessing to police. www.lifedeathprizes.com. Diakses tanggal: 25 September 2018.
- https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/chloroform#section=Top. Diakses tanggal: 25 September 2018
Penulis:
Muhammad Mahfuzh Huda, mahasiswa kimia, blogger sains.
Tulisan lainnya dapat diakses di blog pribadinya, mystupidtheory.com.