Mulut Mencong, Apakah Selalu Stroke?

Sebagai salah satu penyakit penyebab kematian manusia abad ini, stroke sudah sangat populer di masyarakat. Lumpuh pada sebagian anggota gerak dan mulut mencong merupakan dua gejala yang sering terjadi para penderita stroke. Tidak jarang, dengan melihat ekspresi wajah yang memperlihatkan mulut mencong, seseorang mudah menjustifikasi bahwa orang tersebut telah terkena serangan stroke.

Pernyataan di atas tentu saja dapat membuat si penderita jatuh mental, padahal tidak semua mulut mencong merupakan tanda dari serangan stroke. Bisa-bisa orang yang tadinya bukan terkena stroke malah jadi terkena stroke oleh karena tekanan mental disebabkan anggapan tadi.

Selain stroke, mulut mencong dapat disebabkan oleh kelumpuhan saraf fasialis atau saraf wajah (Nervus cranial VII), kelumpuhan ini dikenal sebagai Bell’s Palsy. Mungkin istilah ini kurang populer, tetapi kelumpuhan saraf wajah ini sering terjadi.

Apa yang menyebabkan Bell’s Palsy?

Bell’s Palsy disebabkan terjadinya peradangan pada sel-sel saraf wajah. Peradangan ini mengakibatkan sel-sel saraf mengalami pembengkakan sehingga fungsinya terganggu. Peradangan (inflamasi) ini sendiri dapat diakibatkan oleh infeksi virus seperti herpes zoster dan kondisi dingin karena terpapar angin yang berlebihan. Mekanisme dari penyebab yang terakhir ini belum diketahui.

Fungsi saraf fasialis sendiri mengendalikan otot-otot wajah sehingga kita dapat mengekspresikan kegembiraan kita dengan senyum dan tertawa, serta mengekspresikan kesedihan dengan ekspresi cemberut. Selain ekspresi wajah, saraf fasialis juga mengendalikan menutupnya kelopak mata kita, otot-otot pengunyah saat makan, dan pengeluaran air liur ketika mencium aroma lezatnya makanan.

Ed39-kesehatan-1

Bagaimana menentukan sisi yang lumpuh?

Mulut mencong dapat berarti ada kelumpuhan saraf di wajah. Namun, bagaimanakah cara membedakan antara sisi wajah yang lumpuh dan yang masih normal? Sebenarnya membedakannya tidaklah sulit. Prinsipnya bila otot masih normal, ia akan dapat berkontraksi (memendek), artinya otot tersebut cenderung menarik.

Jika sudut bibir yang tertarik ke atas saat penderita diperintahkan senyum, bagian itulah yang masih sehat, sedangkan bagian sudut bibir yang turun berarti sisi yang lumpuh. Pada gambar diperlihatkan penderita yang mengalami kelumpuhan nervus VII sebelah kiri.

Bagaimana gejala Bell’s palsy?

Terganggunya saraf fasialis pada Bell’s palsy akan mengakibatkan gejala berikut:

  1. Ekspresi muka datar (emosi yang diperlihatkan mimik wajah tidak jelas).
  2. Mata pada sisi yang lumpuh tidak dapat menutup sehingga mata akan berair.
  3. Kesulitan mengunyah makanan karena lumpuhnya otot-otot pengunyah di daerah wajah.
  4. Berkurangnya sensasi terhadap makanan.
  5. Mulut kering karena berkurangnya air liur.
  6. Sering terjadi penetesan air liur (drooling/ngeces/ngacai) lewat sudut bibir saraf bagian saraf yang rusak walaupun pada penderita dengan kelumpuhan saraf fasialis air liur berkurang. Hal ini dikarenakan sisi mulut tempat saraf yang terganggu tidak dapat menutup sempurna.

Perbedaan mulut mencong pada stroke dan Bell’s palsy

Ada beberapa perbedaan mulut mencong pada strok dan pada Bell’s palsy. Pada kasus stroke, biasanya mulut mencong disertai dengan kelumpuhan atau kelemahan anggota gerak, dapat disertai dengan penurunan kesadaran (pingsan) dan sakit kepala, dan dapat disertai gangguan bicara (kata-kata dalam satu kalimat letaknya tidak beraturan). Pada kasus Bell’s palsy, mulut mencong tidak disertai dengan kelumpuhan anggota badan lain dan tidak disertai dengan penurunan kesadaran.

Biasanya penderita terkena Bell’s palsy setelah bepergian jauh dengan kendaraan dan terkena terpaan angin yang lama. Bagian wajah yang mengalami kelumpuhan adalah sisi tempat angin menerpa. Sebagai contoh, seorang supir truk yang menyetir di sebelah kanan, dengan kaca jendela terbuka sering mengalami kelumpuhan pada wajah sebelah kanan.

Selain gejala-gejala yang telah disebutkan, ada pemeriksaan sederhana untuk membedakan antara mulut mencong karena stroke dan Bell’s palsy. Caranya, apabila penderita dapat mengerutkan dahi pada sisi yang lumpuh, itu berarti penderita tersebut terkena serangan stroke. Sementara itu, bila penderita tidak dapat mengerutkan dahi pada sisi yang lumpuh, keadaan tersebut merupakan Bell’s Palsy.

Tidak seperti serangan stroke, umumnya Bell’s palsy tidak berbahaya. Kelumpuhan wajah biasanya hanya sementara, penderita dapat pulih dalam 2 minggu, atau lebih cepat bila diterapi dengan terapi yang tepat.

Pengobatan Bell’s Palsy

Bila Anda terkena gejala-gejala mirip Bell’s palsy, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Jika dokter menduga penderita mengalami Bell’s palsy, biasanya dokter akan memberi obat-obatan sebagai berikut:

  1. Obat-obatan antiviral seperti acyclovir akan diberikan jika dugaan Bell’s palsy disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster.
  2. Obat-obatan antiinflamasi golongan kortikosteroid seperti prednisone akan diberikan untuk mengurangi pembengkakan saraf fasialis yang disebabkan peradangan.

Selain obat-obatan, penderita biasanya dianjurkan untuk melakukan fisioterapi pada dokter ahli rehabilitasi medik untuk mempercepat kepulihan. Akupuntur saat ini pun mulai dipercaya dapat mengembalikan fungsi dari saraf fasialis.

Bagaimana mencegah Bell’s palsy?

Menghindari terpaan angin yang berlebihan saat berkendaraan merupakan hal yang dianjurkan untuk menghindari kelumpuhan yang bersifat sementara ini. Jadi, apabila anda menggunakan mobil, ada baiknya tidak membuka jendela secara berlebihan. Jika Anda menggunakan motor, gunakan helm berkaca untuk melindungi wajah anda.

Bahan bacaan:

  • Reinhard Rohkamm. 2004. Color Atlas of Neurology, © 2004 Thieme

Penulis:
Afiat Berbudi, mahasiswa doktor di University of Bonn, Jerman, serta dosen FK Unpad, Bandung.
Kontak: berbudi(at)uni-bonn(dot)de.

Back To Top