Nobel Bidang Kesehatan 2020: Hepatitis C

Hepatitis adalah penyakit inflamasi organ hati. Pada 1940, telah diketahui ada dua jenis hepatitis. Jenis pertama yang menyebar melalui makanan dan lingkungan kotor, dan tidak berdampak panjang bagi orang yang tertular, disebut sebagai Hepatitis A. Jenis kedua yang ditularkan melalui cairan tubuh dan darah, adalah penyakit kronis yang dapat berujung pada kerusakan dan atau kanker hati. Banyak orang tidak sadar telah terjangkiti hepatitis jenis ini sampai akhirnya ada komplikasi serius yang terjadi bertahun-tahun setelahnya. Hepatitis yang ditularkan melalui darah ini menyebabkan kematian lebih dari satu juta orang per tahunnya, menempatkannya pada posisi yang sejajar dengan infeksi HIV dan tuberkulosis.

Kunci utama penanganan suatu penyakit adalah mengetahui penyebabnya. Pada 1960-an, Baruch Blumberg menemukan bahwa penyakit hepatitis yang menyebar lewat darah ini disebabkan oleh virus yang sekarang kita kenal sebagai virus Hepatitis B. Blumberg pun dianugerahi Nobel bidang kesehatan atas penemuannya pada 1976.

Pada saat itu Harvey J. Alter sedang melakukan penelitian di US National Institutes of Health tentang hepatitis pada penerima donor darah yang masih banyak terjadi meskipun tes terhadap Hepatitis A dan Hepatitis B terhadap darah donor telah dilakukan. Oleh karena itu, hepatitis jenis ini disebut sebagai hepatitis “non-A, non-B”. Darah dari pasien penderita hepatitis ini juga dapat menyebabkan penyakit yang sama pada simpanse.

Usaha untuk menemukan virus penyebab hepatitis “non-A, non-B” ini terbukti sangat sulit, sampai akhirnya Michael Houghton yang saat itu bekerja di perusahaan farmasi Chiron, melakukan hal yang tidak biasa. Houghton dan koleganya mengumpulkan semua fragmen DNA yang ditemukan di dalam darah simpanse dengan hepatitis yang misterius itu. Tentu saja mayoritas DNA yang ditemukan adalah DNA simpanse, tetapi mereka memprediksi bahwa akan ada DNA yang berasal dari virus target. Untuk itu mereka mengambil serum darah dari pasien penderita hepatitis “non-A, non-B” dengan harapan antibodi terhadap virus tersebut akan “memancing” DNA virus. Setelah pencarian yang panjang, ternyata penyebab hepatitis ini adalah virus RNA dari family Flavivirus, yang kemudian diberi nama virus Hepatitis C.

Gambar 1. Berbagai jenis Hepatitis B dan kerusakan hati yang dapat ditimbulkannya.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah virus Hepatitis C saja bisa menyebabkan hepatitis? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Charles M. Rice dari Washington University dan peneliti lain yang meneliti tentang virus RNA ini. Mereka menemukan ada bagian dari sekuens genom virus tersebut yang berperan penting untuk replikasi virus. (masukkan link 1000guru tentang genom). Rice mengamati adanya variasi pada genom virus Hepatitis C, ada yang memiliki bagian tersebut ada pula yang tidak. Virus yang tidak memilikinya, tidak dapat bereplikasi. Rice pun memodifikasi virus tersebut dengan menambahkan bagian yang tidak dipunyai. Hasilnya, RNA dari virus yang dimodifikasi itu dapat menyebabkan hepatitis yang sama pada simpanse. Pertanyaan pun terjawab, virus Hepatitis C saja, cukup untuk menyebabkan penyakit hepatitis.

Gambar 2. Sumbangsih Harvey J. Alter, Michael Houghton dan Charles M. Rice yang berkaitan dengan Hepatitis C.

Komite Nobel Prize menganugerahkan Nobel bidang kesehatan pada Harvey J. Alter, Michael Houghton, dan Charles M. Rice, atas usahanya yang dinilai penting untuk memerangi penyakit Hepatitis C. Hasil penelitian ketiganya telah mendorong penciptaan alat deteksi Hepatitis C yang sensitif, yang kemudian menurunkan angka kejadian hepatitis secara signifikan di banyak negara. Penelitian mereka juga memungkinkan produksi obat antivirus Hepatitis C, yang memungkinkan pemunahan penyakit ini di seluruh penjuru dunia.

Bahan bacaan:

https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2020/press-release/

Penulis:

Ajeng K. Pramono, alumnus Tokyo Institute of Technology, Jepang.

Kontak: ajengpramono(at)gmail(dot)com

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top