Apakah peran soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill) dalam penilaian? Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam meningkatkan mutu penilaian. Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat tiga kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21, yaitu: a) karakter yang baik; b) sejumlah kompetensi; dan c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity), dan rasa percaya diri (learning self reliance) akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving). Penilaian yang berkualitas dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif.
Ditinjau dari hasil yang dicapai dalam US (Ujian Sekolah) dan UN (Ujian Nasional), terdapat tiga kategori sekolah yaitu: (a) sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b) sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN. Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu dibina. Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru level kognitifnya lebih rendah daripada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru selama ini hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang membuat peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS.
Apa itu soal HOTS? Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif yang menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda dalam memilih strategi pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Kemampuan metakognitif adalah sebuah kemampuan peserta didik dalam memonitor, merencanakan, serta mengevaluasi sebuah proses pembelajaran. Kemampuan metakognitif penting dimiliki oleh siswa karena merupakan upaya sadar diri terhadap minat dan kemampuan siswa. Kemampuan metakognitif dibagi menjadi dua yaitu: metakognitif self assessment, yang lebih condong kepada kemampuan siswa dalam mengetahui kemampuan kognitifnya atau berpikirnya secara mandiri, dan metakognitif self management, di mana seorang siswa diharapkan mampu mengelola dan mengatur perkembangan kognisi atau berpikirnya tanpa meminta bantuan orang lain.
Jika kemampuan metakognitif diterapkan, siswa diharapkan dapat bersikap mandiri dalam hal materi yang dipelajari, bersikap jujur terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan berani mencoba hal-hal baru untuk menggali pengetahuannya. Kemampuan ini sejalan dengan tuntutan pada kurikulum 2013 di mana seorang siswa diharapkan mampu bersikap mandiri dan tahu apa yang telah dipelajari, apa yang sedang dipelajari, dan apa yang harus dipelajari.
Contoh penerapan dari kemampuan metakognitif adalah siswa yang sedang belajar matematika tentang hubungan antarsudut, maka siswa harus berpikir sendiri bagaimana cara menganalisis materi tersebut. Apa yang sudah diketahui tentang sudut dan materi mana yang harus dipelajari dalam hubungan antarsudut itu sendiri.
Bloom mengungkapkan dalam konteks pendidikan ada tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan psikomotor. Berkaitan dengan karakteristik soal HOTS maka kawasan yang dikaji adalah kawasan kognitif, yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berpikir atau nalar yang terdiri dari: (1) Pengetahuan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Penguraian (analysis), (5) Penilaian (evaluation). Taksonomi Bloom disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6).
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi dalam penulisan soal HOTS. Soal HOTS umumnya menggunakan stimulus sebagai dasar untuk membuat pertanyaan. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu.
Contoh Soal HOTS
Soal di atas terlihat seperti soal perkalian biasa dari dua bilangan puluhan. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut tentu adalah pengetahuan tentang perkalian bersusun. Tetapi, soal di atas tidak sekedar tentang mengalikan dua bilangan puluhan secara bersusun seperti yang biasa dilakukan. Problem soal ini bukan sekedar menemukan hasil perkalian dua bilangan puluhan yang dilakukan secara bersusun, tetapi menemukan angka-angka yang digunakan untuk menyusun bilangan tersebut, sedemikian hingga apabila angka-angka tersebut dimasukkan menggantikan dalam bilangan yang dikalikan menghasilkan dengan tepat 3397. Di sinilah kemampuan bernalar siswa diperlukan.
Tidak sekedar prasyarat pengetahuan tentang perkalian yang dibutuhkan, tetapi soal ini menuntut kemampuan menganalisa, menemukan, dan memformulasikan strategi penyelesaian berdasarkan informasi dari soal yang telah disediakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan, siswa terlebih dahulu dapat menemukan suatu angka (X) yang apabila dikalikan dengan 9 maka angka satuan pada hasil kalinya adalah 7. Dalam hal ini yang memungkinkan adalah 3, sehingga dapat ditemukan X = 3.
Langkah selanjutnya adalah menemukan Y. Permasalahan sekarang adalah mencari Y sedemikian hingga apabila dikalikan 3 dan dijumlahkan dengan 8 akan diperoleh angka satuan 9. Angka yang mungkin memenuhi itu adalah 7, yaitu 3 × 7 = 21, dan 8 + 1 diperoleh 9. Apakah dapat ditetapkan bahwa Y = 7? Perlu dicek terlebih dahulu apakah tepat, berarti memang Y = 7. Sebaliknya apabila tidak tepat seperti yang ditetapkan dalam soal, maka perlu dicari alternatif lain. Apabila Y diganti 7, maka proses perkalian selanjutnya menemukan hasil perkalian seperti yang ditetapkan dalam soal, yaitu 3397. Dengan demikian Y = 7 dan X + Y = 10.
Beragam cara mungkin dapat dilakukan siswa untuk menyelesaikan soal di atas. Cara lain dapat dilakukan berbeda. Misal, ketika telah ditemukan X = 3, maka 4X adalah 43, sehingga apabila dikalikan Y9 hasilnya 3397, tentu Y9 adalah 3397 dibagi 43, hasilnya adalah 79. Dengan demikian Y9 = 79, yang artinya Y = 7. Sehingga X + Y = 10. Mana cara yang benar diantara kedua cara di atas? Keduanya benar. Demikianlah soal-soal HOTs biasanya dapat diselesaikan dengan beragam cara.
Berdasarkan contoh di atas, sebelum menyusun soal HOTS maka terlebih dahulu guru memilih KD (Kompetensi Dasar) yang dapat dituangkan dalam soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dijadikan bahan soal HOTS, karena itu guru perlu melakukan analisis terhadap KD, memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, merumuskan indikator soal, dan menentukan level kognitif.
Dalam pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya para guru tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Jadi, ranah (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.
Bahan bacaan:
- Anderson & Krathwohl, A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Longman, New York, 2001
- I Wayan Widana, Modul Penyusunan Soal Hots, Dirjen Dikdasmen, Jakarta, 2017
Penulis:
Drs. M. Nawi Harahap, M.Pd. Widyaiswara Matematika, PPPPTK Medan.
Kontak: mnawiharahap(at)yahoo.com