Skala Nyeri

“Hello, I am Baymax, your personal healthcare companion.

On a scale of 1 to 10, how would you rate your pain?

Mungkin sobat 1000guru sudah tidak asing lagi dengan percakapan di atas. Bagi yang belum tahu, percakapan di atas diambil dari film yang dirilis Disney 2014 lalu dengan judul Big Hero 6. Dalam film tersebut digambarkan sosok robot putih gendut, Baymax, robot pendamping kesehatan.

Nah, yang akan kita bahas disini tentu bukan mengenai bagaimana membuat robot serupa. Kali ini kita akan fokus pada baris kedua dari cuplikan percakapan di atas.

Ed47-kesehatan-1

On a scale of 1 to 10, how would you rate your pain?

“Dalam skala 1 sampai 10, bagaimana Anda menilai rasa sakit yang Anda rasakan?”

Jangan terkejut ya, pertanyaan Baymax itu adalah pertanyaan sungguhan yang akan ditanyakan oleh dokter kalau kamu datang dengan keluhan nyeri. Pertanyaan ini termasuk salah satu jenis pengukuran nyeri (skala nyeri), atau istilah medisnya, Numerical Rating Scale (NRS). Apa sih NRS itu?

NRS adalah salah satu alat diagnostik yang digunakan dokter untuk mengetahui kualitas nyeri yang dialami pasien. Pasien diminta untuk memilih angka di antara 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri dan 10 menandakan nyeri yang sangat hebat.

Ilustrasi Numerical Rating Scale.
Ilustrasi Numerical Rating Scale.

Selain Numerical Rating Scale, ada beberapa variasi skala lain yang dapat digunakan dalam pengukuran nyeri, seperti Visual Analog Scale (VAS) dan Faces Rating Scale (FRS).

Visual Analog Scale

Pasien diberikan gambar garis, kemudian diminta untuk memberi titik pada garis. Semakin ke kiri berarti semakin tidak nyeri. Sebaliknya, semakin ke kanan, semakin hebat nyeri yang dialami.

Ilustrasi Visual Analog Scale.
Ilustrasi Visual Analog Scale.

Faces Rating Scale

Pasien yang kesulitan menentukan skala sakitnya dengan VAS maupun NRS dapat ditunjukkan gambar berisi ekspresi wajah dari mulai yang paling kiri (tidak nyeri) hingga paling kanan yang berarti nyeri paling hebat.

Ilustrasi Faces Rating Scale.
Ilustrasi Faces Rating Scale.

Bagaimanapun, skala pengukuran nyeri seperti yang telah disebutkan di atas bersifat subjektif. Artinya, skala tersebut tergantung pada persepsi pasien. Contoh, tukang bangunan yang kakinya sering terinjak paku, karena sudah biasa, tukang bangunan bisa saja menganggap itu tidak nyeri. Berbeda dengan anak sekolahan seperti kita yang menginjak sesuatu yang tajam sedikit saja, bisa menangis menjerit-jerit dan berkata bahwa itu adalah nyeri paling hebat yang pernah dialami.

Karena sifatnya yang subjektif, skala pengukuran nyeri yang dibahas di sini sifatnya hanya sebagai alat bantu diagnostik. Dokter tetap harus melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri.

Wah, ternyata dari secuplik percakapan bisa jadi pembahasan ilmu, ya! Semoga sobat 1000guru semuanya tak kenal lelah memetik pelajaran dari mana saja!

Bahan Bacaan:

Penulis:
Asma Azizah, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo.
Kontak: azizahasma(at)yahoo(dot)com.

Back To Top