Sebut saja B, 19 tahun, seorang perempuan. Ia datang ke rumah sakit dengan keluhan utama tidak mengalami menstruasi selama satu tahun terakhir, nyeri perut, nyeri punggung, mati rasa, kesemutan, dan kelemahan pada tangan dan kaki.
B juga merasa ada bola yang bergulir di dalam perutnya dari kanan ke kiri lalu berputar-putar mengelilingi ususnya seperti sakit kanker usus. Dia meminta agar dokter melakukan operasi untuk mengeluarkan bola tersebut. Kira-kira, si B sakit apa, ya?
Setelah pemeriksaan menyeluruh, terungkap bahwa si B telah mengunjungi 25 dokter yang berbeda dalam 3 tahun terakhir. Bukan hanya itu, dia juga telah menjalani sampai 50 pemeriksaan berbeda yang semuanya memakan biaya tidak sedikit! Setelah pemeriksaan menyeluruh, akhirnya dokter memberikan diagnosis Münchausen syndrome.
Apakah Munchausen syndrome itu?
Münchausen syndrome adalah penyakit jiwa, yang ditandai oleh pasiennya secara sengaja membuat atau memalsukan gejala dan tanda suatu penyakit dengan tujuan utama memerankan tokoh yang sedang sakit. Pasien Münchausen syndrome memiliki karakteristik khas berupa:
- Pemalsuan kondisi fisik, psikis, atau sengaja mencederai diri sendiri untuk menimbulkan penyakit, disertai dengan membuat cerita bohong tentang kondisi tubuhnya.
- Pasien menampilkan atau memosisikan dirinya kepada orang lain sebagai orang sakit, cedera, atau mengalami gangguan.
- Perilaku ini tidak dapat dijelaskan dengan kelainan mental lainnya.
- Perilaku menipu tetap berlangsung walaupun tanpa keuntungan eksternal. Hal ini membedakannya dengan malingering.
Malingering adalah memalsukan kondisi medis demi keuntungan eksternal. Yang dimaksud keuntungan eksternal antara lain bolos masuk kerja, ganti rugi kecelakaan, atau asuransi kesehatan.
Sebaliknya, pada Münchausen syndrome, pasien merasa kecanduan dirawat di rumah sakit. Dia merasa mendapat kenikmatan bila menjadi pusat perhatian secara medis. Itu sebabnya cerita tentang penyakitnya bersifat dramatis dan berlebih-lebihan.
Pada tingkat yang parah, pasien Münchausen syndrome bisa dengan sengaja melukai dirinya sendiri untuk memalsukan penyakit agar dokter percaya terhadap ceritanya. Seperti yang pernah dilakukan B. Dia dengan sengaja memasukkan jarum dan kerikil ke dalam duburnya agar berdarah-darah, kemudian datang ke rumah sakit untuk memeriksakan diri sambil mengeluh merasa sakit kanker usus.
Terkadang, padapasien Münchausen syndrome bisa didapatkan tanda berupa gridiron abdomen, yaitu bekas jahitan yang malang-melintang pada dinding perutnya. Bekas jahitan ini muncul akibat seringnya pasien meminta operasi.
Mengapa seseorang mengalami Münchausen syndrome?
Belum ada yang tahu pasti mengapa seseorang mengalami Münchausen syndrome. Salah satu faktor risiko munculnya penyakit ini adalah memiliki pengalaman, baik sendiri maupun anggota keluarga, dengan kondisi medis atau psikis yang membutuhkan perhatian orang banyak dalam jangka waktu lama. Pada kasus B misalnya, setelah ditelusuri ternyata ayahnya memiliki gangguan mental yang menyebabkan dia harus dirawat selama lima tahun terakhir. Saudara laki-lakinya juga seorang penderita epilepsi.
Selain itu, rasa dendam terhadap petugas medis juga bisa menjadi faktor risiko munculnya penyakit ajaib ini. Pasien Münchausen syndrome terkadang merasakan kenikmatan bisa membohongi petugas medis yang mendorongnya untuk terus melakukan penipuan.
Mengapa dinamakan Münchausen syndrome?
Barangkali inilah bagian paling menarik. Pada tahun 1951, seorang dokter bernama Richard Asher menemukan tiga orang pasien yang dengan sengaja mengarang cerita bohong dan memalsukan gejala-gejala penyakitnya. Sang dokter kemudian teringat tentang seorang bangsawan Jerman yang terkenal karena cerita-ceritanya yang lebay dan tidak dapat dipercaya, Baron Münchausen. Itu sebabnya, dia menamakan penyakit pasien yang ditemuinya dengan Munchausen syndrome.
Dalam satu kisah dikatakan, Baron Münchausen mampu berlari di atas meriam untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Di kisah lainnya, sang Baron berkuda di bawah air untuk menyeberangi sungai. Kisah-kisah tersebut sampai membuatnya dijuluki ‘Lügenbaron’ alias ‘Baron of Lies’.
Ada pelajaran penting yang bisa kita ambil dari Baron Münchausen dan Munchausen syndrome. Jadilah pribadi yang jujur dan tulus ikhlas. Kebiasaan berbohong ternyata bisa menjadi candu. Apabila ada anggota keluarga kita yang sakit, rawatlah dengan tulus ikhlas.
Semoga kita dijauhkan dari Münchausen syndrome.
Bahan bacaan:
- http://en.wikipedia.org/wiki/Münchausen_syndrome
- http://emedicine.medscape.com/article/291304-overview
Penulis:
Widya Eka Nugraha, mahasiswa program magister biomedik FK Undip, Semarang, dan peneliti tamu di Radboud University Medical Centre, Belanda. Kontak: widyaekan(at)gmail(dot)com.