Cuci Tangan

Perhatikan gambar di bawah. Ini menunjukkan tangan kita saat tidak dicuci bila ditempelkan pada media untuk menumbuhkan kuman. Ternyata telapak tangan kita banyak kumannya, ya?

Ed18-kesehatan-1

Cuci tangan diperkenalkan secara luas oleh Bapak Ignaz Philipp Semmelweis sekitar tahun 1847. Saat itu beliau meminta para dokter di rumah sakit tempatnya bekerja untuk mencuci tangan sebelum memegang atau kontak dengan para pasien karena beliau berpikir para dokter ini membawa ‘sesuatu’ di tangannya yang harus dibersihkan. Setelah para dokter tersebut mencuci tangan, ternyata kejadian infeksi di rumah sakit tersebut sangat menurun. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menunjukkan keefektifan cuci tangan untuk menurunkan kejadian infeksi. Selanjutnya, banyak penelitian tentang cuci tangan yang hasilnya konsisten menunjukkan bahwa cuci tangan efektif menurunkan tingkat infeksi, baik infeksi di rumah sakit maupun infeksi di masyarakat.

Rendahnya kesadaran melakukan cuci tangan merupakan penyebab utama infeksi dan penyebaran organisme penyebab infeksi atau patogen atau kuman. Kebanyakan infeksi disebarkan melalui kontak langsung yang umumnya melalui tangan. Kuman dapat ditransmisikan atau ditularkan melalui kontak langsung dengan orang sakit. Selain itu, bisa juga melalui kontak dengan lingkungan sekitar orang sakit, seperti tempat tidur, peralatan makan dan minum, serta barang-barang lain yang telah kontak dengan orang sakit tersebut.

Bagaimana cuci tangan bisa mencegah penyakit infeksi?

Lapisan kulit bagian luar (superfisial) merupakan tempat kolonisasi (hidup dan berkembang biak) transient flora, yaitu kuman yang sering didapatkan dari kontak dengan orang sakit atau lingkungan orang sakit. Cuci tangan sebenarnya dapat dengan mudah menghilangkan kuman tersebut. Transient flora merupakan kuman yang sering menyebabkan penyakit infeksi. Contohnya: Staphylococcus aureus, bakteri gram-negatif, virus, dan jamur.

Resident flora merupakan kuman normal yang telah lama menetap di lapisan kulit yang lebih dalam (profunda). Kuman ini biasanya sulit dihilangkan dengan cuci tangan. Namun kuman ini jarang menyebabkan infeksi. Contohnya: negative coagulase staphylococci.

Dengan cuci tangan yang benar dan teratur, kuman penyebab infeksi ditangan akan mudah dibersihkan. Oleh karena itu, cuci tangan merupakan upaya pencegahan infeksi yang mudah, murah dan sangat efektif.

Bagaimana tangan kita bisa menjadi kendaraan untuk menyalurkan atau menularkan kuman?

Tangan kita merupakan kendaraan untuk mentransmisikan kuman penyebab infeksi dari satu orang ke orang lain. Proses transmisi ini memerlukan tahapan berurutan berikut ini:

  1. Kuman harus ada di kulit orang sakit (terbanyak di tangan, lengan, ketiak, hidung, daerah sekitar kemaluan) atau menempel di lingkungan sekitar orang sakit tersebut (misalnya tempat tidur, selimut, tempat makan, dan meja)Ed18-kesehatan-2
  2. Terjadi kontak antara orang lain atau petugas kesehatan dengan orang sakit sehingga kuman tersebut berpindah ke tangan orang lain.Ed18-kesehatan-3
  1. Tangan merupakan media dengan kelembaban dan suhu yang sesuai sehingga kuman makin berkembang biak. Dengan tidak mencuci tangan, kuman tersebut mampu hidup di tangan selama beberapa menit atau selama waktu minimal untuk kuman tetap hidup. Kuman-kuman tertentu bisa tetap hidup di tangan sampai sekitar 3 jam atau dilingkungan sekitar orang sakit selama beberapa minggu sampai bulan.Ed18-kesehatan-4
  2. Bila cuci tangan tidak dilakukan dengan benar atau tidak dilakukan sama sekali, kuman-kuman tersebut akan tetap ada di tangan. Makin sering kontak dengan orang sakit, makin banyak kuman di telapak tangan.Ed18-kesehatan-5
  3. Tangan yang terkontaminasi kuman dari orang sakit A kemudian dipindahkan ke orang B. Transmisi ini bisa melalui kontak langsung (memindahkan kuman secara langsung) ke orang B atau dengan objek sekitar orang A yang akhirnya kontak dengan orang B.Ed18-kesehatan-6

Apa yang dipakai untuk mencuci tangan?

Cuci tangan bisa menggunakan air dan sabun biasa atau sabun non-antiseptik (hand washing), air dan sabun antiseptik (antiseptic hand washing) atau alkohol (hand rubbing). Semua istilah tersebut intinya adalah upaya untuk kebersihan tangan (hand hygiene) atau mudahnya dalam hal ini disebut cuci tangan.

Handwashing dengan sabun dan air dilakukan ketika tangan terlihat kotor atau terkontaminasi dengan material darah atau protein atau cairan tubuh lain. Bila tangan terlihat bersih, bisa dilakukan cuci tangan dengan menggunakan alkohol (hand rubbing). Untuk petugas kesehatan atau orang di lingkungan rumah sakit disarankan mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik atau alkohol.

Saat kapan perlu mencuci tangan?

Ada 5 saat untuk cuci tangan atau 5 moments for hand hygiene untuk petugas kesehatan atau orang-orang yang berada di lingkungan di rumah sakit yaitu:

  1. Sebelum menyentuh pasien atau orang sakit.
  2. Sebelum melakukan prosedur atau tindakan medis.
  3. Setelah melakukan prosedur atau berisiko kontak dengan cairan tubuh (misalnya darah, kencing, berak/feses, muntahan, air liur, air mata, ingus, dan dahak).
  4. Setelah menyentuh pasien atau orang sakit.
  5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien atau orang sakit (misalnya tempat tidur, selimut, bantal, meja, piring, dan gelas).

Saat tersebut juga berlaku untuk masyarakat umum bila ada orang sakit di rumah atau lingkungan sekitarnya. Selain 5 saat itu, masyarakat perlu melakukan cuci tangan saat:

  • Sebelum dan setelah makan
  • Setelah pulang sekolah/bekerja/bepergian
  • Sebelum dan setelah dari toilet
  • Setelah berkebun
  • Setelah memegang binatang
  • Setelah membersihkan rumah atau lingkungan sekitar rumah

 

Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?

Ed18-kesehatan-7

Cara melakukan cuci tangan dengan alkohol yang benar adalah mengikuti langkah-langkah seperti berikut:

  1. Ambil alkohol 2-3ml.
  2. Ratakan alkohol ke kedua telapak tangan.
  3. Telapak tangan kanan ditaruh diatas punggung tangan kiri dan sela-sela jari dibersihkan dengan cara menautkan jari-jari, demikian juga sebaliknya.
  4. Telapak tangan kanan dan kiri serta jari-jari saling ditautkan.
  5. Punggung jari mengait telapak tangan sebaliknya dengan jari-jari dikaitkan.
  6. Gosok jempol kiri secara memutar dengan telapak tangan kanan, dan sebaliknya.
  7. Gosok memutar dengan jari-jari tangan kanan menggenggam pada telapak tangan kiri, dan sebaliknya.
  8. Tunggu sampai alkohol mengering sendiri, jangan ditiup atau dikeringkan.

Ed18-kesehatan-8

Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun yang benar adalah:

  1. Siram tangan dengan air yang mengalir.
  2. Ambil sabun.
  3. Ratakan sabun ke kedua telapak tangan.
  4. Telapak tangan kanan ditaruh diatas punggung tangan kiri dan sela-sela jari dibersihkan dengan cara menautkan jari-jari, demikian juga sebaliknya.
  5. Telapak tangan kanan dan kiri serta jari-jari saling ditautkan.
  6. Punggung jari mengait telapak tangan sebaliknya dengan jari-jari dikaitkan.
  7. Gosok jempol kiri secara memutar dengan telapak tangan kanan, dan sebaliknya.
  8. Gosok memutar dengan jari-jari tangan kanan menggenggam pada telapak tangan kiri, dan sebaliknya.
  9. Siram tangan dengan air lagi.
  10. Keringkan dengan tissue sekali pakai.
  11. Tutup kran air dengan tissue yang sudah digunakan untuk mengeringkan tangan.

Bahan bacaan:

  • McFee RB. Nosocomial or Hospital-acquired Infections: An Overview. Dis Mon. 2009;55:422-38.
  • Allegranzi B, Pittet D. Role of hand hygiene in healthcare-associated infection prevention. J Hosp Infect. 2009;73:305-15.
  • Trampuz A, Widmer AF. Hand hygiene: A frequently missed lifesaving opportunity during patient care. Mayo Clin Proc. 2004;79:109-116.
  • Petroudi D. Nosocomial infections and staff hygiene. J Infect Developing Countries. 2009;3(2):152-56.
  • Pittet D, Allegranzi B, Sax H, Dharan S, Pessoa-Silva CL, Donaldson L, Boyce JM. Evidence-based model for hand transmission during patient care and the role of improved practices. Lancet Infect Dis. 2006;6:641-52.
  • Posfay-Barbe K, Pittet D. New concepts in hand hygiene. Semin Pediatr Infect Dis. 2001;12:147-53.
  • http://www.hha.org.au

Penulis:
Indah Kartika Murni, Staf di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr Sardjito/Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM, Yogyakarta. Kontak: ita_kartika(at)yahoo(dot)com

Back To Top