Kiat Sukses Menjadi Penulis Produktif

Tidak sedikit orang yang gemar membaca, baik membaca karya ilmiah maupun karya sastra.  Akan tetapi, sangat sedikit orang yang gemar menulis.  Adapun sebabnya adalah menulis itu tidak mudah. Kadang-kadang seseorang mempunyai ide atau gagasan, tetapi ia sulit mengungkapkannya dalam bentuk tulisan.  Hal itu karena ia tidak mengetahui bagaimana cara mengungkapkannya, dari mana memulainya, kata-kata apa yang harus digunakan, dan sebagainya. Mungkin juga seseorang mempunyai banyak tulisan tetapi karyanya tidak dapat diterbitkan.  Akhirnya ia pun kapok untuk menulis lagi.

Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan, 1986:15). Menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan (Djago Tarigan dalam Sumarno, 2009:5). Menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain (Sumarno, 2009:5).

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks (Heaton dalam St. Y. Slamet, 2008:141). Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan (M. Atar Semi, 2007:14). Menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa (Burhan Nurgiantoro, 1988: 273).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikutip, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan berupa penuangan ide/gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif produktif dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Sementara itu, kemampuan menulis adalah kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini maksudnya menghasilkan tulisan (St. Y. Slamet, 2008:72).

Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis. Kemampuan menulis adalah kemampuan yang bersifat aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara terus-menerus.

Tujuan Menulis

Ketika kita menulis pasti mempunyai tujuan. Secara umum tujuan dari menulis di antaranya yang disebutkan di bawah ini.

  1. Untuk memberikan informasi: Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwa.
  1. Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca: Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil meyakinkan pembaca.
  1. Untuk sarana pendidikan: Menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan karena seorang guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis, seperti mencatat di buku, merangkum, menulis soal, dan mengerjakan soal.
  1. Untuk memberikan keterangan: Menulis untuk memberikan keterangan terhadap sesuatu baik benda, barang, atau seseorang. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut.

Tahapan Menulis

Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun sebuah gedung.

Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya.

1. Tahap Pratulis

Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.

2. Tahap Pembuatan Draf

Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan daripada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.

3. Tahap Revisi

Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. Penulis berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar tulisan tetap fokus pada tujuan.

4. Tahap Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draf. Tulisan pada draf kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.

5. Tahap Publikasi

Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah memublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca.

Kiat-Kiat Menulis

Abdullah dalam tulisannya di Majalah Sabili menjelaskan kiat-kiat menulis seperti diuraikan di bawah ini.

  1. Melakukan penyerapan ilmu pengetahuan: Membaca merupakan kegiatan belajar (berguru) kepada penulis, sedangkan menulis merupakan kegiatan mengajar (menggurui) pembaca. Oleh karena itu, seseorang yang akan menulis harus menyerap ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, seperti buku, internet, majalah, khutbah, dan sebagainya.  Hal ini dilakukan untuk mencari bahan tulisan. Tentu saja, informasi (ilmu pengetahuan) yang diserap harus yang baik-baik saja sebagaimana lebah menghisap sari bunga lalu mengeluarkannya kembali menjadi madu.
  1. Memodifikasi tulisan: Tulisan harus dimodifikasi atau diolah sedemikian rupa agar menarik sehingga pembaca dapat menikmati tulisan yang kita sajikan. Tulisan dapat dimodifikasi dalam beberapa bentuk, seperti kritik, esai, artikel, cerpen, novel, dan lain-lain sesuai dengan tujuan penulisan.  Jangan lupa, kita terlebih dahulu harus membuat kerangka tulisan agar membantu kelancaran kita dalam proses penulisan.
  1. Mempunyai motivasi menulis: Motivasi menulis harus benar-benar tertancap dalam lubuk hati kita. Untuk apa kita menulis? Ingin berdakwah, ingin menjadi penulis terkenal, dan lain-lain.  Motivasi atau tujuan kita menulis haruslah jelas.  Secara ideal, motivasi kita menulis hanya untuk Allah agar kita tidak salah arah dan dapat mencapai tujuan dengan baik.

Tulislah dengan huruf yang besar-besar tujuan kita menulis di atas kertas karton dan ditempelkan di dinding kamar agar kita selalu ingat.  Contoh: “AKU INGIN MENJADI PENULIS SEPERTI HAMKA”.  Hal itu bertujuan untuk memotivasi kita dan meluruskan niat kita.  Jangan sampai kita menulis hanya untuk mencari ketenaran dan uang semata.

  1. Menuangkan ide atau gagasan: Tuangkanlah ide atau gagasan yang ada dalam benak kita dengan relax, jangan tegang, agar ide atau gagasan kita dapat keluar dengan lancar, tidak mampet. Carilah tempat yang nyaman untuk menulis.  Tulislah dengan bahasa yang menarik dan lakukanlah dengan maksimal, jangan setengah hati.  Ingatlah sebuah pepatah, “man jadda wajada”, barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan dapat meraih yang dicita-citakannya.
  1. Tawakal (berserah diri) kepada Tuhan: Tawakal merupakan langkah terakhir agar kita tidak tertekan dengan segala kemungkinan, baik kemungkinan tulisan kita ditolak oleh penerbit maupun tulisan kita dikecam banyak orang. Jangan stres, rileks saja, selama kita sudah melakukan yang terbaik pasti Tuhan akan mengganjarnya.  Apabila kemungkinan terburuk itu kita temui, mungkin itulah cara Tuhan menegur kita untuk melejitkan kualitas.  Kita tahu bahwa penulis buku laris 100 Tokoh Orang Paling Berpengaruh di Dunia pun tak luput dari kecaman. Hal itu dapat diibaratkan seperti pohon, semakin tinggi pohon tersebut maka semakin kencang pula angin yang menerpanya.

Bahan bacaan:

  • Burhan Nurgiantoro. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE.
  • Djago Tarigan, H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
  • Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  • M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
  • Solehan T.W, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • St. Y. Slamet.2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta:UNS Press.
  • Majalah Islam Sabili Edisi 7 Juli 2011.
  • http://www.kajianpustaka.com/2013/07/pengertian-tujuan-dan-tahapan-menulis.html

Penulis:
Hanafi, Pegawai IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten. Kontak: hanafihanafi87(at)yahoo(dot)com.

Back To Top