Jika kita mendengar, membaca atau pun membayangkan satu patah kata, “sekolah”, yang pertama kali terlintas di benak kita mungkin adalah sebuah gedung dengan pintu-pintu berjejeran, jendela-jendela berdampingan, koridor-koridor dengan pasak-pasak yang bersebrangan. Sekolah dalam pikiran kita adalah sebuah gedung dengan ruangan-ruangan kelas tempat para siswa dan guru bersua dan berinteraksi satu sama lain.
Kata sekolah sebenarnya berasal dari bahasa Latin, skhole, scola, scolae, atau skhola, yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Makna ini wajar karena di masa lalu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran ataupun usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan). Dikutip dari Wikipedia, sekolah adalah tempat pendidikan bagi anak-anak.
Jika demikian, apakah bisa kita sebut rumah atau keluarga sebagai suatu “sekolah”? Dari satu sisi, memang di dalam keluarga pun tentu para orang tua memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Namun, sekolah pun secara khusus memiliki makna tambahan sebagai sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru. Dari sini kita bisa lihat bahwa sekolah dan keluarga sebenarnya memiliki peranannya sendiri-sendiri.
Lingkungan membantu pembentukan karakter
Sekolah merupakan suatu jembatan bagi orang tua untuk menjadikan anak-anaknya sebagaimana yang para orang tua pada umumnya dambakan. Bermain, belajar, berinteraksi satu sama lain, memiliki lebih banyak teman, mengenali karakter teman-teman, belajar bersosialisasi dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang tentunya sangat memengaruhi karakter yang terjadi di sekolah.
Berbicara mengenai karakter, ada beberapa hal yang menjadi faktor pembentuk karakter, salah satunya yaitu lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh. Mengapa demikian? Ini karena lingkungan adalah suatu ruang yang paling dekat dengan manusia.
Lingkungan merupakan tempat dipijakkannya kaki dan ditopangnya tubuh manusia. Lingkungan adalah tempat semua hal yang terjadi di dalamnya dapat dilihat langsung di depan mata kepala manusia yang dapat memengaruhi pola pikir yang kemudian seiring berjalannya proses menjadi suatu karakter.
Singkatnya, dari suatu lingkungan, dapat terbentuk sebuah pola pikir yang kemudian menyeruak ke sekujur tubuh manusia dan membentuk suatu karakter. Dengan demikian, untuk membentuk suatu karakter yang baik, tentunya dibutuhkan lingkungan yang baik pula.
Sekolah menjadi lingkungan yang penting
Ada banyak manusia di dalam satu tempat yang menyebabkan ada berbagai macam karakter pula tentunya yang memengaruhi di setiap sudutnya. Satu per satu karakter yang lambat laun seakan bergabung menjadi satu membentuk sebuah yang dinamakan lingkungan. Lingkungan dibentuk dari karakter-karakter manusia yang mendiaminya.
Sekolah merupakan salah satu ajang pembentukan karakter yang di dalamnya terdapat pengajar sekaligus pembimbing. Disebut sebagai pembentukan karakter karena sekolah merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pelajar setelah keluarga. Bahkan ada sebagian pelajar yang setiap harinya menghabiskan lebih banyak waktunya di sekolah dibandingkan di rumahnya masing-masing.
Itulah mengapa terkadang guru di sekolah bisa jadi lebih mengenali karakter anak didik dibanding orang tua si anak itu sendiri. Banyak guru memiliki jam interaksi yang lebih lama dengan seorang anak (di luar waktu tidur/istirahatnya) dibandingkan orang tua anak tersebut. Dengan setiap hari bertemu dan melakukan interaksi, para guru menyaksikan sendiri bagaimana cara berbicara, tata krama, sopan santun, dan pola pikir setiap anak didik. Interaksi tersebut dapat berpengaruh dalam membentuk karakter anak didik.
Terpelajar dan terdidik
Di sinilah saat-saat dibutuhkannya peran guru sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pengajar. Jika sebatas pengajaran yang diberikan, para siswa tidak mendapatkan sesuatu yang sudah seharusnya mereka terima di sekolah, yaitu pendidikan. Jika hanya pengajaran yang diberikan, lebih dari satu per dua anak-anak Indonesia sudah menjadi anak-anak terpelajar.
Jika hanya pengajaran yang diberikan, sudahlah dapat dicukupkan ketika anak-anak Indonesia telah memahami apa itu pengurangan, perkalian, apa itu pecahan, apa itu biodiversitas dan simbiosis, apa itu ekosistem dan sebagainya. Pendidikan jauh lebih penting dibandingkan pengajaran. Mengapa demikian?
Sebut saja pelajar sebagai individu yang telah diberikan pengajaran. Pelajar yang tidak terdidik tidak akan mampu mengaplikasikan atau pun memanfaatkan pelajaran-pelajaran yang telah didapatnya di masyarakat. Jika kita melihat sekelompok pelajar sedang melancarkan aksi penyimpangan sosial, itulah yang disebut pelajar yang tidak terdidik. Padahal mereka bisa jadi terpelajar.
Bisa dilihat, bukan, bagaimana perbedaan antara pendidikan dan pengajaran? Itulah sebabnya di sekolah selalu terdapat serangkaian peraturan yang bersifat memaksa. Peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga ketertiban, yang termasuk ke dalam proses pendidikan. Pendidikan yang baik akan mampu mewujudkan siswa-siswinya menjadi anak-anak yang berkarakter lebih baik pula.
Orang tua
Jika para siswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di lingkungan sekolah, lalu bagaimana peran orang tua sebagai pendidik yang sesungguhnya? Peran orang tua ialah memberi bekal pendidikan sebelum anak-anak mereka terjun ke lingkungan baru, lingkungan di luar rumah. Orang tua perlu memberi batasan-batasan antara sesuatu yang diperbolehkan secara norma-norma yang berlaku dan yang tidak sesuai untuk dilakukan.
Pendidikan yang diberikan oleh orang tua sejak dini merupakan benteng yang akan menghindari anak-anak mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pendidikan sejak dini merupakan tonggak dari seluruh kebiasaan dan pola pikir. Jika pendidikan yang anak dapatkan dari orang tua atau lingkungan keluarga baik, itu akan berpengaruh terhadap karakter ketika sang anak berhadapan dengan dunia luar. Pendidikan yang mantap merupakan sesuatu yang wajib diberikan orang tua terhadap anak-anaknya.
Bukan tidak mungkin jika lingkungan di luar rumah cenderung memberikan dampak yang tidak baik terhadap pembentukan karakter. Salah satu cara untuk mencegah masuknya dampak tidak baik ke dalam karakter anak ialah memberikan benteng yang sekokoh-kokohnya, pendidikan karakter yang baik sejak dini dari orang tua.
Penulis:
Hera Aulia Rahmah, siswi MAN 2 Serang, Banten.