Apa Pentingnya Pendidikan Seni dan Olahraga?

Tulisan ini sengaja didahului dengan sebuah kalimat pertanyaan dengan tujuan para pembaca dapat mencari tahu jawabannya setelah membaca tulisan ini secara keseluruhan.  Tujuan tulisan ini  adalah agar kita bisa menanamkan sikap-sikap positif yang merupakan hasil dari pembelajaran seni dan olahraga, sehingga tidak memaknai pembelajaran seni dan olahraga hanya sekedar menghasikan karya seni dan menjaga kebugaran tubuh.

Pendidikan

Sebelum membahas lebih dalam tentang pendidikan seni dan olahraga, maka alangkah lebih baiknya kita melihat sejenak hakikat, fungsi, dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, hakikat pendidikan digariskan dalam pasal 1 yang menyebutkan bahwa,”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Bagaimana kaitan antara pendidikan seni dan olahraga seperti yang tertulis dalam judul tulisan ini dengan makna pendidikan nasional tersebut? Berikut ini kita akan bahas lebih mendalam.

Pembelajaran Seni

Pembahasan pertama yaitu pembelajaran seni, khususnya musik. Seperti yang diungkapkan oleh Gerald Ford, mantan presiden Amerika Serikat, pendidikan musik membuka pintu bagi anak-anak dari sekolah ke dalam dunia di sekelilingnya: sebuah dunia kerja, budaya, aktivitas intelektual dan keterlibatan dengan komunitas. Sementara itu, Dr. Frank Wilson, seorang profesor neurologi dari University of California Los Angeles, menyimpulkan bahwa seni merupakan produk dari sebuah proses yang sengaja disusun dari berbagai macam komponen (seringkali dengan makna simbolis) dengan suatu cara yang saling mempengaruhi satu atau lebih indra, emosi (perasaan) dan kemampuan (intelektual).

Dari makna tersebut, selama penulis mengamati banyak sekolah pada tingkatan dasar di Jepang selalu memberikan pembelajaran seni kepada anak didiknya dengan segala jenis dan fasilitasnya. Dengan merujuk pada pengertian seni seperti tersebut di atas dan melihat kenyataan bahwa Jepang sampai saat ini tidak hanya mengejar hasil akhir dari apa yang ada diajarkan, melainkan lebih menekankan dalam proses pembelajarannya, penulis akhirnya menyadari bahwa tujuan utama pembelajaran seni sejak kecil adalah untuk mengasah segala indra yang kita miliki, emosi, dan kemampuan secara bersamaan. Hal ini bisa kita ambil contoh tentang pembelajaran seni musik.  Dengan belajar musik sejak dini maka anak-anak sudah diajarkan bagaimana mengerti harmoni yang senada dan kebersamaan. Tanpa adanya harmoni yang senada dan kebersamaan dalam tim maka mustahil musik yang indah akan bisa terwujud.

Contoh sederhana bisa kita lihat dalam musik gamelan Jawa. Sengaja penulis mengambil contoh musik yang berasal dari salah satu budaya Indonesia, dengan harapan tidak selalu berkiblat kepada budaya negara lain. Dalam musik gamelan, setiap pemain harus mengerti dan memahami pentingnya unsur-unsur musik gamelan, baik dari alat musiknya seperti gong, kendang, dan kemung maupun yang lainnya serta dari sindennya itu sendiri. Jika salah satu unsur dalam gamelan tidak berfungsi, maka yang terjadi adalah musik yang tidak bisa dinikmati. Di sinilah peran rasa (sense), kemantapan emosi serta kemampuan kecakapan dari setiap unsur pendukung harus bersatu. Tanpa ada persatuan dan keharmonisan rasa dari para pemain gamelan, mustahil gamelan dapat dinikmati para pencintanya. Namun sayangnya, saat ini kita masih memandang seni hanya dari segi produk, belum sampai pada tatanan pemahaman proses untuk menghasilkan karya seni tersebut.

Makna yang lebih dalam tentang belajar seni dengan contoh pembelajaran musik yang penulis bahas dalam bagian di atas adalah pentingnya mengerti kontribusi sekecil apapun sumbangan alat musik yang ada serta unsur terkecil lainnya yang ikut berpartisipasi dalam sebuah karya seni. Dengan begitu, setiap individu yang ada di dalamnya akan selalu menghargai kontribusi orang lain dalam berkarya serta unsur-unsur terkecil yang terlibat di dalamnya. Jika dalam setiap individu telah tertanam sikap untuk saling menghargai orang lain dan setiap unsur dalam berkarya, maka diharapkan akan memiliki implementasi dalam kehidupan sehari-hari dengan menghargai orang lain. Efek belum tertanamnya sikap kerja sama dan menghargai kontribusi orang lain, sekecil apapun kontribusinya, adalah sikap meremehkan orang lain, menganggap dirinya paling bagus atau paling benar, dan cenderung mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Pembelajaran Olahraga

Pembelajaran kedua yaitu tentang olahraga. Mengutip sumber DSOB (Deutscher Olypischer Sport Bund), yang mempublikasikan salah satu pernyataan Presiden Republik Federal Jerman, Mr. Horst Kohler, “Sport is a part of our society. It not only mirrors, it shapes and influences our society as a whole. That is why it is important that we maintain and promote the values closely linked with sport: achievement and performance, competition, fair play, discipline, team spirit and a rejection of violence.”.  Dengan pemahaman makna kalimat tersebut, serta merujuk kepada hakikat pendidikan seperti yang tertulis dalam bagian awal, maka olahraga juga merupakan kegiatan yang sengaja dibuat untuk berkompetisi yang memerlukan komitmen, strategi, dan sportivitas yang memiliki efek positif yang cukup besar bagi seluruh pemain yang berada di dalamnya.

Setiap cabang olahraga, baik yang bersifat permainan tim maupun perseorangan, selalu memiliki aturannya masing-masing dan setiap pemain wajib mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Jika pemain terlihat secara langsung melanggar aturan tersebut maka pemain tersebut akan langsung mendapatkan hukuman. Sebagai contoh, dalam pertandingan sepakbola ketika pemain terkena offside, maka pemain harus sportif dengan mengakui bahwa posisinya salah sehingga tidak bisa dilanjutkan dengan aktivitas selanjutnya walaupun jika dilanjutkan akan menghasilkan goal. Inilah sikap sportivitas yang harus ditunjukkan oleh para pemain dalam bidang olahraga.

Efek lebih jauh dari pembelajaran olahraga, dengan ketatnya aturan yang ada, adalah menumbuhkan sikap sportif. Tanpa ada rasa sportif yang dimiliki para pemainnya, maka mustahil suatu cabang olahraga layak untuk dipertandingkan dan dipertontonkan kepada para penikmat olahraga. Nilai sportivitas inilah yang ingin ditanamkan kepada generasi muda sejak kecil di negara yang memberikan segala macam cabang olahraga dengan segala fasilitasnya di sekolah-sekolah, seperti halnya Jepang.  Jika jiwa sportif belum ada, maka yang kemungkinan terjadi adalah  adanya kenyataan sikap saling lempar tanggung jawab dari para tokoh maupun golongan tertentu disetiap individu, seperti yang sering kita saksikan di negeri kita tercinta.

Foto kegiatan seni-budaya dan olahraga di sekolah Jepang.
Foto kegiatan seni-budaya dan olahraga di sekolah Jepang.

 Catatan Akhir 

Dengan pemahaman ini pulalah, akhirnya penulis berpikir bahwa pembelajaran seni sejak dini bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan dan melestarikan produk dari karya seni itu sendiri, melainkan menanamkan nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk membangun kebersamaan, saling menghargai, tanggung jawab, disiplin dan selalu patuh kepada aturan baik yang dibuat oleh masyarakat setempat, agama yang dianut, maupun aturan yang berlaku dalam suatu negara. Begitupun dengan pembelajaran olahraga. Pembelajaran olahraga sejak kecil tidak hanya bertujuan menjaga kesehatan, mengharapkan kemenangan dari setiap kompetisi yang diikutinya, maupun hanya untuk arena menuangkan hobi. Tetapi efek lebih dalam dari pembelajaran olahraga adalah penanaman sikap sportif dan tanggung jawab dari setiap pemain.

Sebagai penutup, penulis berharap melalui tulisan singkat ini para pembaca mendapatkan jawaban atas pertanyaan pada judul tulisan di awal. Dengan demikian, kita diharapkan mampu memberikan dan menanamkan nilai-nilai positif dari pembelajaran seni dan olahraga, yaitu harmonisasi kehidupan, saling menghargai, sportif, dan tanggung jawab kepada generasi penerus bangsa sejak dini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga!

Penulis:
Agung Premono, Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Jakarta.
Kontak: agungpremono(at)yahoo(dot)com.

Back To Top