Bagaimanakah makanan yang bergizi dan baik bagi tubuh kita? Dahulu, kita akan menjawab makanan yang bergizi adalah “makanan 4 sehat 5 sempurna” yang terdiri dari nasi, lauk, buah, sayur dan dilengkapi dengan susu. Namun konsep 4 sehat 5 sempurna sudah tidak lagi digunakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ini disebabkan adanya anggapan di masyarakat bahwa susu adalah penyempurna makanan dan dapat menggantikan zat gizi lain.
Dalam praktiknya, banyak orang tua yang menjadikan susu sebagai solusi anak jika tidak mau makan. Mereka beranggapan bahwa susu dapat menggantikan zat gizi yang diperlukan tubuh. Padahal tidak demikian, memberikan susu secara berlebihan akan menyebabkan balita merasa kenyang dan semakin tidak mau makan sehingga akan kekurangan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Gizi yang seimbang terdiri dari makanan yang bervariasi dan mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti kaborhidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin dalam jumlah yang cukup. Pemenuhan gizi seimbang ini juga didukung dengan aktivitas fisik yang cukup, perilaku hidup bersih dan sehat, pemantauan pertumbuhan serta perkembangan tubuh, dan minum air putih yang cukup.
Kekurangan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral pada 1000 hari pertama kehidupan akan menyebabkan hambatan pada perkembangan fisik dan juga kognitif. Selain itu, kekurangan gizi di masa ini juga berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke, dan diabetes. Agar masalah tersebut tidak terjadi, perlu diterapkan pedoman gizi seimbang. Pemenuhan gizi seimbang pada anak dan remaja dapat dimulai dari sejak berada dalam kandungan ibu, usia 0-6 bulan, usia 6-24 bulan, usia 2-5 tahun, 6-9 tahun, serta 10-19 tahun.
Sejak dalam kandungan, anak seharusnya mendapatkan gizi yang cukup. Oleh karena itu ibu hamil sebaiknya menjaga asupan gizi dan makan makanan yang beraneka ragam. Jika asupan gizi yang dimakan ibu tidak cukup, bayi akan mengambil persediaan yang ada di dalam tubuh ibunya seperti lemak sebagai sumber kalori, dan zat besi yang disimpan dalam tubuh ibu. Kenyataannya, di Indonesia masih banyak ibu yang memiliki status gizi kurang dan anemia sehingga bayi yang berada dalam kandungan tidak mendapatkan gizi yang cukup.
Pada usia 0-6 bulan, asupan yang paling sesuai untuk anak adalah ASI Eksklusif tanpa tambahan makanan apapun. Pemberian Makanan pendamping ASI (MPASI) terlalu dini memberikan beberapa risiko seperti meningkatkan alergi dan makanan kurang mudah dicerna. Pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan dengan Inisiasi Menyusui Dini sesegera mungkin setelah persalinan. Pemberian ASI dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun.
Pada usia 6-24 bulan, anak sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang beraneka ragam secara bertahap mulai dari buah sayur, lauk yang mengandung protein hewani maupun nabati, nasi atau bubur yang mengandung karbohidrat. Tekstur makanan yang diberikan pun secara bertahap dari lumat, lembik, kemudian makanan keluarga. Pada usia 12 tahun lebih, anak mulai dapat diberikan makanan keluarga.
Pada usia 2-5 tahun, anak akan memiliki aktivitas yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat sehingga memerlukan asupan gizi yang lebih banyak dibandingkan periode usia sebelumnya. Tantangan dalam usia ini adalah anak sudah mulai memilih-milih makanan sehingga diperlukan kreativitas dan kesungguhan dari orang tua untuk memberikan makanan yang bervariasi dan beraneka ragam, tetapi tetap memenuhi gizi anak. Pada usia ini, anak juga banyak bersosialisasi dan terpapar lingkungan luar sehingga perlindungan terhadap infeksi perlu ditingkatkan.
Anak sebaiknya tetap mendapatkan makanan secara teratur 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam yang kaya akan protein. Selain itu, perlu diperbanyak makan sayur dan buah, mengurangi makanan manis, asin, dan berlemak. Anak juga sebaiknya aktif dan mengurangi permainan yang bersifat pasif. Orang tua yang memiliki anak pada usia ini sebaiknya lebih jeli dalam memilihkan makanan terutama jika makanan olahan. Komposisi, label, dan batas kedaluwarsa perlu diperhatikan terutama jika makanan tersebut mengandung pemanis buatan yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak berusia di bawah 5 tahun.
Pada usia 6-9 tahun, anak memasuki masa sekolah dan banyak bermain di luar sehingga seringkali mendapatkan tawaran makanan, jajanan, maupun ajakan teman. Pada masa ini aktivitas yang dilakukan anak tinggi, berbanding lurus dengan paparan terhadap infeksi. Sebagian anak di usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa prapubertas sehingga perlu mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
Usia 10-19 tahun anak telah memasuki masa remaja hingga dewasa muda. Pada masa ini anak sudah mengalami masa pubertas. Selain itu, anak sudah mulai mendapatkan gambaran mengenai body image. Kondisi tersebut perlu diperhatikan, khususnya pada remaja putri. Pemenuhan kebutuhan dan kecukupan gizi perlu diperhatikan agar anak tidak mengalami kekurangan gizi maupun anemia yang akan berpengaruh pada usia lanjut.
Salah satu pesan yang digalakkan pemerintah yaitu kebiasaan sarapan yang masih seringkali ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Sarapan terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Sarapan yang baik terdiri dari karbohidrat, lauk pauk, sayuran, buah dan minuman.
Pemenuhan gizi yang seimbang dapat diamati melalui pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan yang baik dapat diamati melalui status gizi anak berdasarkan usia, tinggi badan, maupun berat badan. Sedangkan perkembangan anak dapat dilihat dari perkembangan motorik kasar, motorik, halus, adaptasi sosial, dan bahasa.
Anak dan remaja yang sehat merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Anak dan remaja yang sehat akan tumbuh menjadi individu yang sehat dan dapat berperan serta dalam pembangunan bangsa Indonesia. Sehatkan anak, sehat remaja, sehatkan bangsa ☺.
Bahan bacaan:
- Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf
- Direktorat Standarisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang. http://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Buku_Pedoman_PJAS_untuk_Pencapaian_Gizi_Seimbang__Pengawas_dan-atau_Penyuluh_.pdf
- Allison Sylvetsky,et al. Artificial sweetner use among children : epidemiology, recommendations, metabolic outcomes, and future directions. Pediatr Clin North Am. 2011. Dec 58 (6): 1467-1480
- Johanna Dwyer. 2014. Defining Nutritions Breakfasts and Their Benefits. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics. https://jandonline.org/article/S2212-2672(14)01502-0/abstract
Penulis:
Suyatno dan Rani Tiyas Budiyanti, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.