Kanker Payudara: Kenali Gejala dan Pencegahannya

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab terbesar kematian pada wanita. Di Eropa ada lebih dari 250.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta mencatat angka insiden kanker payudara sebesar 32%, mengalahkan angka insiden kanker serviks yang berkisar sebesar 17% selama 5 tahun terakhir. Kanker payudara saat ini telah menjadi momok menakutkan baik bagi kaum muda maupun kaum lanjut usia.

Apakah yang dimaksud kanker payudara?

Secara umum, kanker adalah sel-sel abnormal tubuh yang tumbuh dan membelah tidak terkendali. Kanker payudara terjadi jika sel pada kelenjar payudara tumbuh dan membelah secara abnormal. Jika dibiarkan begitu saja, sel-sel kanker ini dapat menyerang jaringan di sekitarnya, hingga bermetastasis atau menyebar ke organ lain melalui sirkulasi darah dan atau kelenjar getah bening.

Apa saja tanda dan gejalanya?

  1. Benjolan pada payudara atau penebalan yang berbeda dari jaringan di sekitarnya
  2. Keluar darah dari puting susu
  3. Perubahan ukuran atau bentuk payudara
  4. Perubahan pada kulit payudara seperti kulit jeruk
  5. Bentuk puting susu yang terbalik
  6. Pengelupasan kulit puting susu
  7. Kemerahan pada kulit payudara

Bagaimana kanker payudara dapat terjadi?

Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab dari kanker payudara. Akan tetapi, menurut ilmu kedokteran, salah satu penyebab utama kanker payudara adalah hormon estrogen. Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi secara fisiologis oleh pria dan wanita.

Pada wanita, produksi hormon estrogen lebih banyak daripada pada pria. Hormon estrogen ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

  1. Merangsang pertumbuhan organ seks pada wanita, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder.
  2. Mengatur siklus menstruasi.
  3. Mencegah gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas didaerah tubuh bagian atas dan gangguan mood).
  4. Mengatur pola distribusi lemak di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang
  5. Mengatur pembentukan dan pemecahan massa tulang.

Hormon estrogen sendiri merupakan senyawa steroid yang berfungsi sebagai pemicu perkembangan organ seks dan reproduksi baik pada wanita maupun pria. Namun, peran hormon ini lebih dominan pada wanita dibanding pria. Inilah mengapa payudara pada wanita tumbuh lebih besar, sedangkan pada pria tidak.

Produksi hormon estrogen meningkat pada saat setelah menstruasi dan saat terjadinya pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Peningkatan produksi estrogen juga bisa diperoleh dari pola makan, seperti terlalu sering mengonsumsi makanan yang disuntik dengan estrogen, penggunaan kontrasepsi oral, dan terapi hormonal. Salah satu dampak dari kadar estrogen yang berlebihan dalam tubuh adalah memicu pembelahan sel secara cepat dan abnormal, terutama pada payudara.

Apa sajakah faktor risiko kanker payudara?

Semua orang, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berisiko terkena kanker jenis ini, meskipun insidensinya lebih banyak terjadi pada wanita. Berikut adalah faktor risiko terjadinya kanker payudara:

  1. Riwayat keluarga
    Wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara memiliki risiko dua kali lebih besar dibandingkan wanita yang memiliki riwayat keluarga tanpa kanker payudara. Hal ini tidak berarti pasti dan akan selalu terjadi. Maka, dianjurkan untuk wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara agar rutin memeriksa payudara sendiri dan menjaga pola makan.
  1. Obesitas
    Obesitas meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita pasca menopause karena kelebihan lemak tubuh dapat meningkatkan produksi hormon estrogen dan insulin yang diduga sebagai penyebab utama kanker payudara.
  1. Umur
    Semakin tua seorang wanita, semakin tinggi risiko terkena kanker payudara.
  1. Hormon Replacement Therapy
    Terapi yang sering digunakan oleh wanita usia lanjut untuk menggantikan hormon estrogen yang sudah berhenti diproduksi ini meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 66%. Tetapi, jika terapi ini dihentikan, risiko tersebut pun menurun.
  1. Kontrasepsi oral
    Kontrasepsi oral bekerja secara hormonal, mengatur produksi hormon-hormon seks di dalam tubuh. Oleh karena itu, wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara dianjurkan untuk memakai kontrasepsi nonhormonal.
  1. Alkohol

Apakah benjolan di payudara selalu kanker?

Banyak perempuan yang menemukan benjolan di payudaranya yang terasa nyeri sehingga menjadi cemas dan takut serta melakukan diagnostik pribadi bahwa benjolan tersebut adalah kanker payudara. Dalam ilmu kedokteran, benjolan disebut sebagai tumor. Tumor ada yang bersifat jinak ada pula yang bersifat ganas. Tumor yang bersifat ganas bisa disebut juga sebagai kanker. Namun, saat menemukan benjolan pada daerah payudara, jangan langsung cemas dan khawatir. Benjolan tersebut belum tentu adalan kanker payudara.

Benjolan di payudara bisa saja berasal dari jaringan otot pektoral atau adanya sebuah kelainan yang disebut mammary dysplasia, yaitu berupa pemadatan dan pembesaran jaringan payudara yang bersifat hormonal saja. Kelainan ini ditandai dengan payudara terasa sakit dan bengkak saat menjelang menstruasi, tetapi setelah itu kembali normal. Ini dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen yang naik dan turun.

Jika menemukan benjolan di daerah payudara, lebih baik segera konsultasikan ke dokter untuk mengetahui diagnosis pasti. Pemeriksaan penunjang seperti USG, mamografi, dan patologi anatomi dapat mendukung tegaknya diagnosis tersebut.

Bagaimana cara mendeteksi benjolan di payudara?

Cara mengetahui adanya benjolan di payudara dapat dilakukan dengan metode SADARI, yaitu langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Jangan khawatir bila bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris.
  2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku, dan posisikan tangan di belakang kepala. Dorong siku ke depan dan cermati payudara, dorong siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran payudara. Otot dada Anda dengan sendirinya berkontraksi saat Anda melakukan gerakan ini.
  3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda.
  4. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.
  5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
  6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak. Ulangi langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati payudara sebelah kiri.

Bagaimana mencegah kanker payudara?

Para wanita normal atau wanita dengan kadar estrogen tinggi tetap dapat mencegah kanker payudara dengan hal berikut:

  1. Menjaga berat badan
  2. Hindari alkohol
  3. Banyak mengkonsumsi serat seperti buah dan sayuran
  4. Mengurangi konsumsi makanan yang disuntik estrogen (contoh: ayam broiler)
  5. Menghindari kontrasepsi oral pada wanita dengan risiko tinggi
  6. Deteksi dini dengan konsultasi kepada dokter bedah onkologis
  7. USG rutin setiap 6 bulan sekali terutama pada wanita dengan risiko tinggi

Jadi, jangan panik ketika menemukan benjolan pada payudara. Segera konsultasikan kepada dokter. Lakukan pemeriksaan SADARI secara rutin. Yuk kita cegah dan jaga bersama. Salam sehat!

Bahan bacaan:

Penulis:
Khairunnisa Rahadatul Aisy Sodikin, mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.
Kontak: astronomedical(at)gmail(dot)com.

Back To Top