Obat Tradisional (Herbal) dan Metabolit Sekunder

Pengobatan alternatif menggunakan herbal menjadi sangat populer di Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir. Tingginya biaya berobat ke dokter dan rumah sakit serta kekhawatiran terhadap efek samping dari obat-obat kimia yang dikonsumsi secara terus menerus menjadi alasan masyarakat memilih obat herbal.

Obat herbal adalah obat-obat yang dibuat dari bahan alami seperti tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral, atau gabungan antara ketiganya Obat-obat tradisional ini telah dikenal sejak jaman nenek moyang dan dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Ilustrasi contoh obat-obat herbal tradisional yang digunakan di Indonesia.
Ilustrasi contoh obat-obat herbal tradisional yang digunakan di Indonesia.

Para ahli pengobatan tradisional pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik, gangguan pada salah satu organ tubuh akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Metode penyembuhan dengan obat tradisional bukan hanya menghilangkan gejala penyakit tetapi juga menyeimbangkan kondisi organ-organ. Efek samping yang ditimbulkannya relatif kecil sehingga lebih aman digunakan daripada obat-obatan modern. Terkadang obat herbal ini dianggap tidak memiliki efek samping, walaupun sebenarnya dalam setiap tumbuhan ini memiliki bahan kimia, hanya saja dosisnya relatif kecil sehingga tidak memberikan efek yang besar pada penggunanya (kecuali pada kasus-kasus tertentu).

Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia kaya akan plasma nuftah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Berbagai tumbuhan telah digunakan masyarakat secara luas, baik sebagai obat tradisional maupun penjaga stamina tubuh. Tapi tahukah Anda mengapa tumbuhan dapat digunakan sebagai obat? Zat apakah yang terdapat pada tumbuhan sehingga dapat mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh, kerja suatu organ dan menyembuhkan suatu penyakit?

Suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai obat tradisional karena kandungan  metabolit sekunder. Sel tumbuhan melakukan dua macam metabolisme, yaitu metabolisme primer yang terlibat secara langsung dalam pertumbuhan, serta metabolisme sekunder yang umumnya tidak terlibat dalam aktivitas pertumbuhan. Metabolisme primer menghasilkan metabolit primer, sedangkan metabolisme sekunder menghasilkan metabolit sekunder.

Tidak seperti metabolit primer, metabolit sekunder memiliki karakteristik khusus untuk setiap mahluk hidup dan dibentuk melalui jalur khusus dari metabolit primer seperti karbohidrat, lemak, dan asam amino penyusun protein. Metabolit sekunder dihasilkan oleh organisme tertentu yang tidak mempunyai fungsi umum di dalam proses kehidupan, tetapi mungkin penting untuk organisme yang menghasilkan. Apabila metabolit primer bersifat sama pada semua organisme hidup, maka metabolit sekunder umumnya bersifat spesifik pada organisme tertentu.

Struktur Kimia Metabolit Primer: Karbohidrat (contohnya Glukosa), Asam Lemak (contohnya Asam Linoleat) , Asam Amino Penyusun Protein  (contohnya Phenylalanin).
Struktur Kimia Metabolit Primer: Karbohidrat (contohnya Glukosa), Asam Lemak (contohnya Asam Linoleat) , Asam Amino Penyusun Protein (contohnya Phenylalanin).

Bagi organisme penghasil, metabolit sekunder bisa berfungsi sebagai racun untuk mempertahankan diri dari serangan hama dan penyakit, berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya, antibiotik, penghambat kerja enzim, dan zat pengatur tumbuh. Sebagai contoh, tanaman dapat menghasilkan quinon, flavonoid, dan tanin, yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya.

Sementara itu, bagi manusia, kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Beberapa metabolit sekunder lainnya digunakan juga dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami seperti resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil. Salah satu contoh metabolit sekunder yang dapat menimbulkan rasa, yaitu rasa pahit, adalah kafein. Senyawa ini di antaranya terdapat pada tanaman kopi, teh, dan kakao.

Kafein (caffeine) yang dapat ditemukan di beberapa bahan minuman, seperti kopi, teh, dan coklat.
Kafein (caffeine) yang dapat ditemukan di beberapa bahan minuman, seperti kopi, teh, dan coklat.

Ada beberapa penggolongan metabolit sekunder baik menurut fungsi maupun struktur kimianya. Pada tulisan ini akan dibahas tentang 4 metabolit sekunder saja, yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid dan tanin.

Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang mengandung nitrogen aromatik dan paling banyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar alkaloid berupa zat padat, tidak berwarna, berasa pahit, memiliki efek farmakologis dan umumnya sukar larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform dan eter. Alkaloid merupakan turunan dari asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, tirosin, dan triptofan (Harborne, 1987).  Alkaloid dalam bidang kesehatan dipakai sebagai antitumor, antipiretik (penurun demam), antinyeri (analgesik), memacu sistem saraf, menaikkan dan menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobia (Solomon, 1980; Casey, 2006).

Struktur kimia beberapa senyawa alkaloid.
Struktur kimia beberapa senyawa alkaloid.

Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Flavonoid mempunyai banyak manfaat, di antaranya sebagai antioksidan, antimutagenik, antineoplastik (antitumor atau antikista) dan vasodilator (melebarkan pembuluh darah). Antioksidan pada flavonoid berperan mencegah kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas sehingga flavonoid dapat digunakan untuk mengendalikan sejumlah penyakit pada manusia. Kemampuan flavonoid dalam menangkap radikal bebas 100x lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan vitamin E.

Beberapa flavonoid seperti morin, fisetin, kuersetin, katekin dan gosipetin berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat menghambat oksidasi LDL (low density Lipoprotein). Bagi organisme yang menghasilkannya, flavonoid berfungsi melindungi tumbuhan dari sinar UV, serangga, fungi (jamur), virus, bakteri, sebagai atraktan pollinator, antioksidan, kontrol hormon, dan penghambat enzim (Robinson, 1995). Salah satu jenis flavonoid adalah isoflavon pada kedelai yang dipercaya dapat mengobati kanker dan baik untuk kesehatan reproduksi.

Struktur kimia beberapa senyawa flavonoid.
Struktur kimia beberapa senyawa flavonoid.

Terpenoid

Terpenoid merupakan senyawa kimiawi tumbuhan yang memiliki bau dan dapat diisolasi dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Terpenoid mengandung komponen aktif obat alam yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes dan malaria. Bagi organisme penghasil, terpenoid berfungsi sebagai insektisida, fungisida, antipemangsa, antibakteri, dan antivirus (Robinson, 1995).

Struktur kimia beberapa senyawa terpenoid.
Struktur kimia beberapa senyawa terpenoid.

Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol. Tanin menimbulkan rasa pahit, sepat dan bau yang memusingkan.  Rasa yang pahit ini tidak disukai serangga, sehingga tanin dapat berfungsi sebagai anti serangga bagi organisme yang menghasilkan. Tanin terdistribusi pada hampir semua jenis tanaman dengan letak dan jumlah yang berbeda.

Struktur kimia tanin.
Struktur kimia tanin.

Metabolit sekunder pada obat herbal

Metabolit sekunder dapat tersebar di seluruh organ tubuh tumbuhan seperti daun, akar, batang, bunga, kulit, umbi, dan buah.  Jenis dan kandungannya dapat sama maupun berbeda di setiap organ tumbuhan. Obat herbal biasanya berupa ekstrak bahan baku dari tanaman herbal (simplisia). Bahan bakunya bisa terdiri dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit, serta buah, maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut.

Simplisia bisa diolah dalam bentuk segar ataupun kering. Masyarakat biasanya menggunakan obat herbal dengan cara merebus bagian tumbuhan ataupun direndam dengan air mendidih. Proses ini adalah metode ekstraksi yang paling sederhana. Beberapa metabolit sekunder akan larut dalam air dan proses pemanasan mempercepat reaksi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa metabolit sekunder dapat rusak pada suhu tinggi sehingga perlu berhati-hati saat membuatnya.

Mengekstrak metabolit sekunder langsung dari tanamannya dirasa kurang efektif dan kurang menguntungkan untuk penggunaan dalam skala besar. Hal ini dikarenakan hasil metabolit sekunder yang diperoleh sedikit sehingga dibutuhkan bahan baku tanaman yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan langkah alternatif untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan teknik kultur jaringan tumbuhan

Salah satu kelemahan obat herbal adalah kandungannya tidak selalu bisa sama sehingga khasiatnya dapat berbeda. Jumlah metabolit sekunder dalam satu simplisia amat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, umur tanaman sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan paska panen. Waktu panen sangat berhubungan dengan pembentukan metabolit sekunder sehingga paling baik adalah memanen pada saat kandungan metabolit sekunder dalam kadar maksimum. Selain itu, senyawa metabolit sekunder juga tidak dihasilkan sepanjang waktu, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Perbedaan spesies, kondisi lingkungan tempat tumbuh termasuk nutrisi dalam tanah, kandungan air, pH tanah atau lainnya, dapat menghasilkan metabolit sekunder yang berbeda.

Sebagai contoh cekaman dari faktor lingkungan adalah kekeringan. Cekaman kekeringan menginduksi berbagai respon biokimia dan fisiologis pada tumbuhan, seperti turunnya potensial air dan tekanan turgor. Hal ini menyebabkan perluasan sel, kemudian pembelahan sel pun terhambat dan bisa berujung pada kematian. Akibat dari cekaman kekeringan sangat kompleks bagi sitoplasma. Sitoplasma menjadi lebih pekat dan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam proses biokimia. Berbagai zat diakumulasikan ketika tanaman mengalami cekaman kekeringan. Akumulasi berbagai metabolit sekunder adalah hasil sampingan dari jalur metabolik normal yang terganggu.

Kelemahan lain dari obat herbal adalah mekanisme kerja bahan aktifnya. Tidak seperti obat kimia yang cenderung memiliki satu bahan aktif saja, simplisia tanaman terkadang memiliki lebih dari satu bahan aktif atau multicompound.  Pada senyawa multicompound ada yang bekerja secara sinergis (saling menguatkan) atau justru bersifat antagonis. Apabila senyawa-senyawa tersebut bekerja secara antagonis, khasiatnya akan berkurang atau bahkan tidak ada.

Mudah-mudahan ulasan singkat tentang kandungan metabolit sekunder ini dapat menambah wawasan pembaca tentang obat herbal. Ketika jatuh sakit, kita harus melakukan upaya penyembuhan. Mengenali kelebihan dan kekurangan dari suatu metode penyembuhan dapat meningkatkan efektivitas kerja dan mempercepat kesembuhan.

Bahan bacaan:

Penulis
Woro Anindito Sri Tunjung, Dosen Fakultas Biologi UGM, lulusan Tohoku University, Jepang.
Kontak: wanindito(at)gmail(dot)com.

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top