“Meringankan penderitaan pasien dan memperpanjang angka harapan hidupnya”
Sudah berabad-abad dokter menjadi salah satu profesi yang paling diminati. Dikatakan dokter merupakan salah satu profesi yang mulia. Walaupun tidak dipungkiri saat ini muncul banyak masalah yang tidak sesuai untuk seorang dokter. Banyak terjadi kasus malpraktik. Hal ini telah membuat profesi dokter banyak disorot dan diincar oleh para ahli hukum. Namun, tentu saja hal tersebut bisa dihindari apabila para dokter bekerja dengan hati, sesuai standar atau panduan, melakukan komunikasi yang baik, selalu berkeinginan untuk belajar dan memajukan dirinya dengan mengikuti perkembangan ilmu. Sesuai filosofi lambang dokter di atas, tongkat yang dililit ular, tongkat menggambarkan kekuatan dan solidaritas para dokter, sedangkan ular yang kerap berganti kulit menggambarkan bahwa seorang dokter harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Jika kita berkeinginan untuk menolong orang, kita sangat mungkin cocok menjadi seorang dokter karena bekal utama seorang dokter adalah punya keinginan untuk menolong orang lain. Menjadi dokter adalah panggilan hati. Kita harus punya keinginan yang kuat. Kita harus punya passion untuk membantu orang lain, harus senang tantangan, dan mau belajar sepanjang hidup. Kita harus rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk merawat pasien, kadang melebihi keluarga dan diri kita sendiri. Senang membantu orang lain merupakan hal yang tidak bisa diajarkan. Keinginan tersebut harus ada dalam diri seperti halnya keinginan untuk bernafas dan makan.
Namun, apabila uang adalah motivasi kita menjadi dokter, kita harus mencari profesi atau bidang lain karena menjadi dokter mungkin tidak cocok untuk kita. Dikatakan sebagai sarjana ekonomi, teknik atau profesi lain bisa mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi pada saat awal kerja, dan akan lebih mudah mendapatkan posisi di mana-mana. Meski demikian, profesi dokter dikatakan merupakan salah satu profesi yang akan bisa memberikan kehidupan yang baik dan keamanan secara finansial. Tinggal di manapun, dokter bisa berperan dan dibutuhkan. Selain itu, dengan menjadi seorang dokter tidak hanya akan menikmati uang yang didapatkan, tetapi juga penghargaan kemanusiaan yang tak ternilai harganya.
Menjadi dokter memberi kesempatan kita untuk berkarir tidak hanya di satu bidang karena profesi ini menawarkan banyak pilihan. Kita bisa memilih untuk memberikan layanan kesehatan dengan melakukan praktik sebagai seorang dokter. Kita juga bisa menjadi pengajar selain melakukan praktik dokter. Atau pilihan lain, kita juga bisa melakukan penelitian di bidang yang diminati, yang berpotensi untuk memberikan terobosan penting di bidang kesehatan, misalnya dalam biologi molekular, pencegahan penyakit, alat-alat penentu penyakit (alat diagnostik), ataupun pengobatan (terapi). Alternatif lainnya, kita bisa berkarir di bidang manajerial untuk mengelola rumah sakit atau klinik. Atau kita bisa bekerja sebagai pembuat keputusan dan kebijakan dalam bidang kedokteran. Tidak banyak profesi yang bisa menawarkan semua hal tersebut selain profesi sebagai dokter.
Bagaimana kuliah di jurusan kedokteran? Sulitkah? Lamakah?
Menjadi dokter tidaklah sulit, yang diperlukan adalah kemauan dan ketekunan. Tentu saja hal ini bukan hanya menjadi milik profesi seorang dokter. Semua profesi memerlukan kemauan dan ketekunan untuk menjadi ahli di bidangnya. Sekalinya kita berniat untuk menjadi dokter, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati.
Diperlukan waktu minimal 6 tahun untuk menjadi seorang dokter umum, lebih lama dibandingkan sarjana atau profesi yang lain. Empat tahun pertama diperlukan untuk mencapai gelar sarjana kedokteran. Kita akan mempelajari ilmu-ilmu dasar dan klinis, melakukan berbagai eksperimen di laboratorium, mendapatkan keterampilan medis dan komunikasi di laboratorium keterampilan medis (skills lab). Kita akan belajar teknik wawancara dan cara memeriksa pasien. Semua bekal tersebut nantinya akan diaplikasikan saat rotasi klinik dalam dua tahun terakhir.
Saat rotasi klinik ini, kita akan lebih sering berada di rumah sakit untuk berhubungan langsung dengan pasien, belajar dari pasien, menimba pengalaman dari dokter dan tenaga kesehatan lain yang sudah berpengalaman, dan mulai mempelajari cara merawat pasien sesungguhnya. Saat ini kita akan mulai bisa menjelajah berbagai bidang spesialis di kedokteran, misalnya bidang kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, bedah, syaraf atau kedokteran jiwa. Selain di rumah sakit, kita juga akan mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung tentang masalah-masalah kesehatan di masyarakat.
Untuk menjadi dokter tentu saja tidak hanya berkutat belajar ilmu memberi obat. Kita akan bisa belajar banyak hal, antara lain:
Anatomi, kita akan mencoba mengetahui seluk beluk tubuh sehingga kita bisa mengenal tubuh lebih baik, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bagaimanakah jalur pembuluh darah kita? Bagaimanakan ruangan-ruangan jantung itu? Seperti apakah struktur otak itu?
Selain bentuk, kita juga mempelajari bagaimana tubuh bekerja atau berfungsi (fisiologi). Bagaimana tiap organ bekerja sendiri-sendiri atau bersinergi menghasilkan suatu kinerja yang optimal agar tubuh bisa tumbuh dan berkembang secara normal. Setelah mempelajari kinerja normal tubuh, kita akan mulai mempelajari bagaimana kinerja yang tidak normal, yang nantinya bisa menyebabkan masalah di tubuh kita (patofisiologi). Dengan demikian kita bisa memprediksi apa yang terjadi di dalam tubuh saat kita sakit.
Fisika, biokimia dan histologi, kita akan mempelajari bagaimana hukum-hukum fisika dan reaksi-reaksi kimia terjadi di dalam tubuh kita setiap saat dan mempelajari sel-sel tubuh secara lebih mendalam.
Komunikasi dan etika, mempelajari bagaimana berhubungan dengan orang lain secara profesional dan hal-hal yang layak atau tidak layak dilakukan oleh seorang dokter. Ilmu ini akan menjadi sangat penting untuk mendukung profesi seorang dokter karena kita berinteraksi dengan sesama manusia maka kita harus selalu mengingat bahwa kita harus memperlakukan pasien seperti kita ingin diperlakukan.
Epidemiologi mempelajari masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, pentingnya masalah, penyebab masalah, mengapa penyakit atau masalah tersebut menyebar, dan bagaimana kita akan memecahkan masalah tersebut.
Faktor risiko, kita akan belajar faktor-faktor yang berisiko menyebabkan penyakit dan masalah kesehatan lain. Dengan mengetahui faktor risiko, kita bisa menghindari risiko tersebut agar terhindar dari penyakit karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
Diagnosis, mempelajari bagaimana dokter mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan untuk menentukan penyakit atau masalah yang dialami pasien. Informasi ini bisa didapatkan dari wawancara dengan pasien atau orang tua pasien (berupa gejala atau symptom), ataupun informasi yang didapatkan dari hasil memeriksa pasien (tanda atau sign). Apabila dokter menguasai ilmu di bidangnya dengan baik, dengan menggabungkan gejala dan tanda tersebut, dokter akan mempunyai gambaran tentang apa yang terjadi pada pasien. Dikatakan dengan bisa mengorek gejala dan memeriksa tanda dengan baik, maka 80% penyakit atau masalah yang diduga dokter adalah benar. Kebenaran mutlak tentu saja hanya milik Tuhan. Namun, dengan informasi-informasi yang ada, dokter akan bisa memprediksi apa yang terjadi karena tubuh kita memberitahu apa masalah yang sebenarnya. Untuk meyakinkan prediksi tersebut bisa dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan darah, kencing, feses, atau foto rontgen.
Terapi atau pengobatan. Setelah penyakit atau masalah diketahui, dokter akan mulai membuat planning (perencanaan) yang akan dilakukan untuk pasien. Terapi yang diberikan kepada pasien tidak hanya berupa obat, tetapi juga meliputi terapi edukasi atau konseling, pemilihan diet atau makanan yang sesuai untuk pasien, imunisasi, atau pemberian terapi penunjang lainnya. Tindakan atau terapi yang diberikan dokter bisa sebagai terapi emergensi untuk pasien yang kondisinya gawat, terapi kausatif untuk mengobati penyebab penyakit, terapi suportif untuk mengurangi gejala yang muncul, atau hanya terapi paliatif yaitu terapi yang bisa diberikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya karena terapi lain sudah tidak memungkinkan lagi. Dari sini kita akan belajar tentang apa yang sebaiknya dilakukan bila kita atau keluarga kita sakit. Apakah kita perlu mengkonsumsi obat saat kita sakit? Minimal kita bisa menjadi dokter yang baik untuk diri sendiri, untuk keluarga kita dan juga untuk orang-orang disekitar kita.
Follow-up atau tindak lanjut, dalam mengelola pasien tidak hanya berhenti dengan memberikan resep. Tetapi kita harus bisa merencanakan tindak lanjut yang akan dikerjakan untuk pasien. Apakah terapi yang kita berikan memberikan perbaikan kondisi pasien? Atau sama saja? Atau justru kondisinya lebih memburuk? Bila hal ini terjadi, adakah penyulit atau masalah pada pasien yang menyebabkan pengobatan yang diberikan tidak optimal? Atau kita harus memikirkan apakah diagnosis kita salah? Atau telah terjadi komplikasi karena beratnya penyakit pasien itu sendiri?
Prognosis, kita akan mencoba memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya bila kita sudah tahu penyakit pasien. Kita akan belajar menyimpulkan apakah penyakit tersebut bisa disembuhkan, apakah penyembuhan akan cepat atau perlu waktu lama, atau bahkan sulit disembuhkan? Apakah akan terjadi komplikasi atau penyulit? Faktor-faktor apa saja yang berperan sebagai faktor penentu dalam proses kesembuhan atau ketidaksembuhan pasien?
Hal penting untuk selalu diingat oleh seorang dokter bahwa pasien tidak hanya berperan sebagai pasien yang kedudukannya lebih rendah, tetapi pasien adalah guru terbaik bagi para dokter. Dengan belajar dari pasien, dokter bisa menjadi ahli. Perlakukanlah pasien seperti kita ingin diperlakukan karena pasien merupakan mitra yang kedudukannya sama, tanpa perlu dibedakan. Ilmu-ilmu di atas harus digabungkan menjadi satu saat berhadapan dengan pasien agar pasien mendapatkan pelayanan yang terbaik.
Proses penentuan masalah atau penyakit dan penatalaksanaannya merupakan proses yang sangat menarik dan menantang. Dokter akan berperan seperti detektif, yang punya banyak pertanyaan dan harus mengumpulkan informasi yang penting dari wawancara (anamnesis) dan pemeriksaan pasien. Informasi tersebut kadang subjektif sehingga dokter harus mampu melakukan wawancara yang terarah dan pemeriksaan fisik yang baik untuk mendapatkan data yang objektif dari pasien. Hal-hal tersebut akhirnya dipadukan untuk menentukan masalah yang ada pada pasien. Masalah ini dinamis, terkadang dokter bisa sangat pasti menentukan penyebab masalah pasien. Tapi kadang dokter hanya bisa menduga dengan beberapa kemungkinan penyebab masalah. Penatalaksanaan masalahpun tidak kalah menariknya. Dokter seharusnya selalu melakukan tindakan yang berdasar bukti (evidence-based medicine) untuk memberikan pelayanan yang prima dan berkualitas dengan tanpa melupakan aspek manfaat (benefit), kerugian (harm), sosial dan ekonomi pasien.
Sekolah untuk menjadi dokter hanya satu langkah awal, selanjutnya semua ada di tangan dokter itu sendiri. Menjadi dokter adalah tentang siapa diri kita, bukan hanya apa yang kita lakukan. Tertantangkah Anda?
Bahan bacaan:
Penulis:
Indah Kartika Murni, staf kesehatan di RSUP dr Sardjito dan dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Kontak: ita_kartika(at)yahoo(dot)com.