Bulan Mei erat kaitannya dengan pendidikan nasional dan astronomi. Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, sedangkan tanggal 7 Mei 2011 diperingati sebagai Hari Astronomi Dunia. Oleh karena itu, marilah kita membahas tentang pendidikan astronomi.
Astronomi adalah cabang ilmu yang unik. Unik karena selain salah satu cabang ilmu yang tertua, para ahli yang berkecimpung di bidang ini juga tidak pernah menyentuh objek yang menjadi bahan kajian mereka. Astronomi memerlukan peralatan pengamatan yang tidak murah dan pengetahuan tentang matematika dan fisika yang cukup rumit. Namun, bukan berarti hal ini membatasi kalangan awam untuk mencicipi bidang ini atau menikmati indahnya langit ciptaan Tuhan Yang Maha Indah. Astronomi amatir adalah istilah yang sering dikenal untuk menyebut kegiatan pengamatan langit yang dilakukan oleh non-peneliti. Terdapat banyak pendapat tentang definisi astronomi dan astronom amatir sebenarnya.
Pada pertemuan IAU (International Astronomical Union) tahun 1998, Williams mengusulkan definisi astronom amatir adalah seseorang yang melakukan kegiatan astronomi dengan kemampuan yang sangat bagus tetapi tidak mendapatkan upah atau gaji. Namun, beberapa orang cenderung untuk menghindari penggunaan istilah amatir ini. Kata amatir sering berkonotasi negatif. Mungkin lebih tepatnya kita menggunakan istilah astronom sukarelawan.
Astronom amatir terdiri dari berbagai kalangan, tua muda, pendidikan dasar sampai tinggi. Bahkan astronom amatir ada yang menjadi astronom profesional begitu pula sebaliknya astronom profesional setelah dia pensiun ada yang bertransformasi menjadi astronom amatir. Astronom amatir ini penting dalam kaitannya dengan pemasyarakatan ilmu pengetahuan khususnya astronomi pada kalangan awam. Ujung tombak kegiatan ini salah satunya adalah institusi pendidikan. Siswa dan guru sekolah tentunya dapat bergabung dan berpartisipasi aktif belajar astronomi melalui tahapan sebagai astronom amatir. Berikut ini kita akan berbagi kiat-kiat belajar astronomi secara otodidak dengan menjadi astronom amatir.
Bergabung dengan klub astronom amatir
Tidak hanya di luar negeri, saat ini klub astronomi amatir sudah menjamur di berbagai daerah di Indonesia. Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), Jogja Astro Club (JAC), Surabaya Astronomy Club (SAC) adalah beberapa contoh klub astronomi amatir. HAAJ dan JAC sering mengadakan pengamatan langit bersama yang melibatkan siswa dan guru. Bila di kota tempat guru dan siswa berada belum ada klub astronomi, maka jangan segan-segan untuk mendirikan klub astronomi amatir.
Teleskop dan Binokular bukan alat pengamatan bintang yang utama
Mata kita adalah alat pengamatan yang utama. Pengamatan rasi bintang, bulan, dan hujan meteor bisa dinikmati oleh mata tanpa bantuan alat. Bila dana yang tersedia tidak cukup membeli teleskop atau binokular, guru dan siswa dapat bekerjasama untuk mencoba membuat teleskop sendiri.
Sumber bacaan di internet
Pembelajaran astronomi dapat menggunakan sumber bacaan di internet. Banyak kampus yang sudah mempunyai kuliah online. Bahkan ada banyak software gratis peta langit. Software ini memudahkan kita mengenali obyek langit yang bisa dilihat pada lokasi dan waktu tertentu.
Kunjungan ke planetarium, observatorium, dan pusat kegiatan IPTEK
Di tempat-tempat tersebut, guru dan siswa dapat belajar lewat alat peraga, simulasi, dan berinteraksi langsung dengan astronom profesional. Kunjungan ke departemen fisika di universitas terdekat juga bisa dilakukan. Beberapa fisikawan memfokuskan penelitiannya pada bidang astrofisika dan kosmologi.
Meneliti kesalahpahaman astronomi
Setiap tahun, selalu ada hoax (kebohongan ilmiah) tentang astronomi. Hoax yang paling terkenal adalah ukuran planet Mars yang akan tampak sebesar Bulan pada bulan Agustus. Ini tentu sangat bohong, tidak mungkin terjadi begitu. Hoax lainnya yang cukup populer adalah tentang pendaratan manusia di bulan, masih saja ada yang tidak percaya dan menghembuskan kebohongan bahwa manusia tidak pernah mendarat di bulan. Nyatanya, manusia memang pernah mendarat di bulan. Bahasan dan bukti-bukti ilmiahnya akan cukup panjang jika diuraikan.
Film fiksi sains seperti Armageddon juga penuh kesalahan dalam hal dinamika gerakan asteroid. Nah, kesalahan dan hoax tadi bisa dipakai sebagai titik awal diskusi interaktif antara siswa dan guru.
Manfaatkan budaya lokal
Di beberapa daerah, terdapat cerita lokal terkait fenomena langit. Salah satunya tentang gerhana matahari yang dikisahkan sebagai suatu peristiwa Batara Kala menelan matahari. Penamaan rasi bintang di Indonesia berbeda dengan penamaan rasi di negara lain. Penamaan rasi bintang ini berkaitan dengan adat rakyat Indonesia. Pendirian bangunan candi yang menggunakan bantuan bayangan matahari tentu tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam. Kita dapat menggunakan kearifan lokal ini untuk belajar astronomi lebih jauh.
Tentu tulisan ini tidak ditujukan untuk berhenti sampai disini. Penulis mengharapkan para guru dan siswa memberikan umpan balik. Sehingga, kita bersama-sama dapat meningkatkan kualitas pendidikan sains pada umumnya dan astronomi pada khususnya di Indonesia.
Bahan bacaan:
- IAU Colloqium 162, Trends in Astronomy Teaching, Cambridge University Press (1998).
- http://www.badastronomy.com/bad/movies
- http://langitselatan.com/2011/01/02/jejak-langkah-astronomi-di-indonesia
Penulis:
Yudhiakto Pramudya, dosen fisika di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, meraih doktor dalam bidang fisika temperatur rendah dari Wesleyan University, Amerika Serikat. Kontak: yudhirek(at)gmail(dot)com.