Gempa dan tsunami yang melanda Jepang beberapa Maret 2011 lalu, berdampak negatif besar bagi Jepang. Dikarenakan kerusakan parah pada PLTN Fukushima dan beberapa PLTU di wilayah Kanto yang mengakibat pasokan energi berkurang, perusahaan TEPCO (PLN-nya wilayah Kanto, Jepang), terpaksa mengadakan rencana pemadaman listrik (blackout) bergiliran di wilayah Kanto. Bila pemadaman listrik ini terjadi terus menerus, tidak hanya aktivitas sehari-hari warga di wilayah tersebut yang akan terganggu, dampak besar juga dapat terjadi pada perekenomian Jepang secara keseluruhan.
Meski demikian, seringkali rencana pemadaman berhasil dibatalkan. Di luar perhitungan TEPCO, kebutuhan listrik di wilayahnya berkurang menjadi di bawah kapasitas listrik yang mampu mereka produksi sehingga blackout kemudian dapat dihindari. Hal ini tidak lain disebabkan oleh maraknya gerakan menghemat energi, yang di dunia maya terkenal sebagai operasi Yashima. Operasi Yashima lahir bukan atas inisiatif pemerintah Jepang, melainkan lahir dan berkembang dengan sendirinya oleh pengguna internet di Jepang.
Operasi Yashima diilhami dari sebuah anime Jepang, Neon Genesis EVANGELION. Pada anime tersebut (chapter ke-5) digambarkan semua masyarakat Jepang bekerja sama mengumpulkan energi untuk menyalakan roket pembasmi musuh dengan jalan menghemat listrik seperti dengan mengubah jadwal penggunaan rice cooker menjadi lebih awal, mematikan lampu, dan lain-lain. Pada anime tersebut, tujuan penghematan listrik adalah demi mengumpulkan energi untuk menjalankan roket pembasmi musuh. Namun, pada Operasi Yashima, penghematan ditujukan untuk menghindari musuh “pemadaman”.
Operasi ini berkembang melalui jalur media sosial, twitter, yang dikuti oleh ribuan pengguna di Jepang. Lewat media ini, mereka saling berbagi informasi rencana pemadaman, memberikan tips menghemat listrik, dan informasi terkini lainnya. Tidak hanya ajakan untuk menghemat listrik saja, operasi ini juga merambah pada ajakan untuk menghindari pembelian secara berlebihan dan ajakan untuk saling berbagi. Gerakan ini kemudian disebut gerakan “dozo-dozo”, yang artinya “silakan-silakan”. Dari dunia maya, operasi ini pun menyebar ke dunia nyata. Mereka yang selama ini aktif di dunia maya mulai aktif mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan listrik dengan penyebaran poster dan stiker, hingga belakangan ini melalui iklan komersial yang sering muncul di TV. Ajakan untuk menghemat listrik dicontohkan antara lain dengan melepaskan colokan listrik bila sedang tidak dipakai.
Tidak hanya individu, perusahaan pun kemudian banyak berpartisipasi dalam gerakan penghematan listrik ini. Di supermarket beberapa lampu penerangan dimatikan dan waktu tutup dipercepat, sedangkan di stasiun ada banyak eskalator yang dimatikan. Berkat operasi Yashima ini, penduduk di wilayah Kanto kemudian seringkali berhasil mengalahkan musuh pemadaman. Seiring dengan belum diketahuinya sampai kapan krisis nuklir di Fukushima akan berakhir, operasi ini nampaknya akan terus berjalan hingga tidak perlu ada pemadaman lagi. Walaupun dalam keadaan sulit, dengan saling kerja sama dan saling berbagi masyarakat Jepang yakin dapat melewati masa-masa ini.
Penulis:
Dedy Eka Priyanto, pegawai IHI Corporation, Jepang. Kontak: dedlier(at)yahoo(dot)com.