Kamuflase merupakan salah satu interaksi yang terjadi antara suatu organisme terhadap lingkungannya. Kamuflase biasanya dilakukan oleh suatu organisme sebagai usaha melindungi diri dari pemangsanya atau kondisi yang mengancam hidupnya. Aktivitas kamuflase ini sering kita jumpai di dunia hewan. Namun, apakah hanya hewan saja yang mampu melakukan kamuflase?
Layaknya pada hewan, ternyata tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk berkamuflase. Kamuflase yang dilakukan ini adalah strategi tumbuhan agar keberadaannya tidak terdeteksi oleh herbivora atau organisme pemakan tumbuhan. Mari kita ulas beberapa jenis tumbuhan yang dapat berkamuflase.
Corydalis hemidicentra
C. hemidicentra termasuk dalam suku Papaveraceae yang tersebar di bagian barat daya Tiongkok. Tumbuhan ini berkamuflase dengan warna daun yang menyerupai bebatuan dan tanah. Pembentukan warna daun ini disebabkan oleh kombinasi antara senyawa antosianin dengan pigmen lainnya seperti klorofil.
Tipe kamuflase yang dilakukan oleh tumbuhan ini adalah masquerade camouflage, yaitu strategi kamuflase suatu organisme dengan menyerupai obyek yang tidak menarik perhatian, seperti batu atau ranting. Pada hewan, tipe kamuflase ini salah satunya dilakukan oleh larva kupu-kupu ekor walet (Papilio sp.), yang bentuk dan warnanya menyerupai kotoran burung sehingga tidak menarik perhatian predatornya.
Monotropsis odorata
Sama halnya dengan S. hemidicentra, tumbuhan jenis M. odorata juga melakukan masquerade camouflage. Pada tumbuhan ini, ranting yang telah mati akan menyerupai warna seresah daun di sekitarnya dan melindungi batang reproduktif serta bunga yang terletak di bawahnya. Selain itu, bentuk ranting tersebut tidak menarik dan terkesan menakutkan seperti kuku sehingga predator akan menghindarinya.
Vigna unguiculata
V. unguiculata merupakan kelompok polong-polongan yang umumnya di Indonesia dikenal sebagai sayur kacang panjang. Kamuflase tumbuhan ini terjadi pada bagian bijinya yang memiliki corak yang sangat kontras sehingga menyamarkan bentuk yang sebenarnya. Tipe kamuflase ini adalah disruptive coloration, yaitu kamuflase dengan menciptakan tampilan yang menipu dan membuat obyek sulit dikenali. Melalui strategi kamuflase ini, para burung pemakan biji-bijian sering terkelabui dan menyebabkan tingginya tingkat keberhasilan biji V. unguiculata dalam berkecambah. Pada hewan, tipe kamuflase ini biasanya dilakukan oleh koloni zebra.
Saussurea medusa
S. medusa merupakan salah satu tumbuhan yang melakukan kamuflase dengan menyerupai warna dari habitat tumbuhnya. Saking miripnya, hampir dipastikan tumbuhan ini tidak terlihat dan dikenali apabila tidak diperhatikan dengan seksama. S. medusa memiliki trikoma berupa rambut-rambut keperakan di bagian permukaan daunnya sehingga membuat tumbuhan ini serupa dengan warna batu-batuan di lingkungan pertumbuhannya. Tipe kamuflase ini disebut background matching. Pada hewan, kamuflase tipe ini sering digunakan oleh kepiting hantu bertanduk (Ocypode ceratophthalma) yang hidup di pesisir pantai.
Crassula alpestris
C. alpestris merupakan salah satu tumbuhan padang pasir yang tersebar di Afrika Selatan. Agar terhindar dari herbivora, tumbuhan ini berkamuflase dengan “menutupi” bagian tubuhnya dengan pasir. Ini bukan berarti ia “mengambil” pasir lalu “menaburkan” ke seluruh tubuhnya, melainkan dengan bantuan trikoma.
Para peneliti telah mengungkapkan bahwa C. alpestris memiliki trikoma atau rambut-rambut halus yang lengket di permukaan tubuhnya. Fungsi trikoma ini adalah untuk “menjebak” butiran pasir yang tersapu angin dan mengenai tubuh C. alpestris sehingga seluruh permukaan luar tumbuhan tertutup oleh pasir. Tipe kamuflase ini disebut decoration karena organisme memanfaatkan akumulasi material yang ada di lingkungannya.
Sekarang kita tahu bahwa kamuflase tidak hanya berlaku pada hewan, tetapi tumbuhan juga dapat melakukannya. Sebenarnya masih banyak jenis tumbuhan di alam yang perlu dieksplorasi kemampuan kamuflasenya. Namun, tidak semua tumbuhan dapat berkamuflase, karena kamuflase hanyalah salah satu bentuk perlindungan diri dari suatu organisme untuk terhindar dari pemangsanya, seperti halnya pada kelompok tumbuhan kantong semar (Nephentes) yang memiliki cairan pembunuh bagi organisme yang hendak mengusiknya.
Bahan bacaan:
- Lev-Yadun, S. 2006. Defensive functions of white coloration in coastal and dune plants. Israel Journal of Plant Sciences, 54: 317-325.
- Niu, Y., H. Sun, and M. Stevens. 2018. Plant Camouflage: Ecology, Evolution, and Implications. Trends in Ecology & Evolution, 2404: 1-11. https://doi.org/10.1016/j.tree.2018.05.010.
- https://www.sciencespacerobots.com/camouflaged-plants-in-south-west-60620181.
- https://phys.org/news/2018-06-camouflaged-animals.html.
Penulis:
Elga Renjana, Peneliti di Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kontak: elgarenjana(at)gmail(dot)com