Pembelajaran Bahasa Jawa “Zaman Now”

Zaman sekarang smartphone, computer, dan internet bukanlah barang eksklusif. Hampir semua orang bisa mengoperasikan dan memiliki. Barang-barang elektronik itu dijual di hampir semua counter HP dan toko elekrtonik. Harganya pun beragam. Mulai cash sampai kredit. Singkatnya, zaman now adalah zaman teknologi informasi.

Teknologi informasi (TI) menurut UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah teknik mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi. Sarifah berpendapat dalam pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berperan sebagai: 1) alat produksi dan penyaji materi pembelajaran, 2) distribusi materi pembelajaran, 3) pengevaluasi pembelajaran, 4) media kolaborasi pembelajaran, dan 5) pencari sumber materi pembelajaran.

Sayangnya hanya sebagian kecil guru bahasa Jawa memanfaatkan TI dalam membelajarkan aksara Jawa. Biasanya guru menuliskan contoh di papan lalu dijelaskan. Jika tidak ada pertanyaan dari siswa, gurupun langsung memberikan tugas. Umumnya tugas yang diberikan yakni menerjemahkan aksara Latin ke aksara Jawa. Pengerjaannya di buku tulis lalu dikumpulkan. Guru yang mengajar banyak kelas, meja kerjanya pun penuh tumpukan pekerjaan siswa, terkadang sampai menggunung dan mengganggu meja teman kerjanya.

Kondisi ini makin diperparah dengan persepsi bahwa pelajaran bahasa Jawa kurang penting dibanding pelajaran UNAS. Ketika mendekati UNAS, biasanya penggunaan jam kelas bahasa Jawa digeser oleh pelajaran Matematika, IPA, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Persepsi lainnya mengenai pelajaran bahasa Jawa yakni ndeso atau katrok. Terlepas dari itu semua, pola pembelajaran bahasa Jawa perlu sebuah pembaharuan.

Memang sah saja mengajar bahasa Jawa seperti cara di atas, namun sangat baik jika memanfaatkan TI. Permendikbud RI No. 103 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran menjelaskan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Jadi, pembelajaran bahasa Jawa dengan memanfaatkan TI sangat diperlukan. Berikut ini beberapa alternatif teknisnya:

 

Pertama, membuat grup kelas. Grup dapat dibuat dengan aplikasi Whats App, Line, Telegram, dan aplikasi sejenis. Dalam grup, guru sebagai admin. Tujuannya: 1) membantu manajemen pembelajaran, 2) mengingatkan siswa akan materi yang akan dibahas di kelas, 3) sebagai tempat siswa mengumpulkan tugas pembelajaran.

 

Kedua, menggunakan layanan email. Aplikasi ini ada di semua smartphone Android. Guru dapat memanfaatkannya sebagai saluran penugasan siswa. Contohnya untuk pembelajaran materi menulis surat. Siswa tidak perlu menulis di buku tapi langsung di smartphone-nya. Hasilnya langsung dikirim ke email guru. Jadi selain belajar tentang struktur surat dan cara menulis surat juga belajar fitur dalam email. Setelah mengirimkan tugas, siswa melapor di grup kelas.

Ketiga, menggunakan aplikasi pengolah kata. Aplikasi yang umum Microsoft Word. Aplikasi ini dapat digunakan untuk pembelajaran materi menulis aksara Jawa. Caranya mudah yakni unduh huruf hanacaraka (hanan font) lalu di-install, Microsoft Word dibuka, pilih hanan font dalam tab font, dan aksara Jawa siap digunakan. Hasil penulisannya dikirim ke e-mail guru. Bisa juga discreenshot lalu dikirim ke grup. Aplikasi menulis aksara Jawa berbasis android juga ada di Google Play Store. Hanya saja kurang memotivasi siswa menguasai penulisan aksara Jawa. Fungsinya menterjemahkan dari teks latin ke aksara Jawa saja. Pengetahuan dan keterampilan siswa menggunakan aksara dan sandangan-nya tidak berkembang karena sifatnya instan, tapi dari segi pengembangan aksara Jawa, aplikasi ini patut diberi jempol.

Keempat, menggunakan aplikasi desain grafis. Aplikasi dapat berbasis komputer seperti photoshop, corel draw, atau yang paling sederhana Microsoft Paint. Dapat juga berbasis android seperti Painter Mobile, Drawing Desk, dan jenis lain. Aplikasi tersebut memiliki fitur lengkap mencakup garis dan warna serta obyek gambar dan teks. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran materi menulis iklan berbahasa Jawa. Fitur garis, warna, dan objek untuk mengolah aspek non-kebahasaan iklan. Fitur teks untuk mengolah aspek kebahasaannya. Penggunaan aplikasi tersebut tentu menyenangkan bagi siswa. Kelas juga tidak kotor oleh guntingan kertas warna dan lem yang mengotori meja, kalaupun tugas membuat iklan ini dikerjakan di rumah mengefisienkan waktu siswa. Siswa tidak perlu beli kertas warna, lem, spidol, dan alat lainnya. Tugas membuat iklan dapat dilakukan di komputer. Bisa juga sambil duduk santai dengan smartphone Android-nya.

Kelima, menggunakan aplikasi multimedia. Aplikasi yang dimaksud adalah perekam suara dan video kamera. Perekam suara digunakan siswa untuk merekam tugas guru dalam materi membaca gegurtitan atau membaca ekpresif cerita pendek. Video kamera dapat dipergunakan dalan penugasan materi menyanyikan tembang macapat dan penugasan materi wawancara. Hasil perekaman suara dan video dapat dikirimkan siswa ke grup sebagai bukti siswa telah mengerjakan tugasnya.

Keenam, memaksimalkan website sekolah. Hampir semua sekolah memiliki website tapi sebagian besar isinya kurang kekinian. Maka, sangat baik jika guru aktif mengisinya dengan informasi relevan dengan pembelajaran (dibantu admin website tentunya). Website sekolah ini dapat dimanfaatkan guru bahasa Jawa mengunggah ringkasan materi pembelajaran. Bentuknya berupa ppt, pdf, atau doc/ docx. Dapat juga mengunggah video pembacaan tembang macapat yang didemonstrasikan guru. Tujuannya agar siswa dapat mengakses materi dan media pembelajaran. Bagi guru yang sekolahnya belum memiliki website dapat menggunakan web yang menyediakan penyimpanan data gratis seperti mediafire, youtube, megaupload, dan lainnya.

Sebagian guru bahasa Jawa mungkin kesulitan menerapkan teknis pembelajaran di atas. Sarifah menjelaskan dengan penggunaan TI akan terjadi pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: 1) dari pelatihan kepenampilan, 2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, 3) dari kertas ke on line, 4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan 5) dari waktu siklus ke waktu nyata.

Semua pergeseran itu harus dihadapi. Jadi sudah jelas, guru sebaiknya melek teknologi. Pemanfaatan TI dalam pembelajaran akan sangat baik jika dipenuhi. Sehingga, embelajaran bahasa Jawa “zaman now” tidak harus terfokus di kelas. Evaluasi dan penugasan tak selamanya dengan kertas dan pensil. Pemanfaatan TI dalam pembelajaran bahasa Jawa dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Pelajaran bahasa Jawa bukan pelajaran ndeso dan katrok. Pelajaran bahasa Jawa bisa mengikuti perkembangan zaman, punya teknik serta trik pembelajaran efektif, efisien, menyenangkan dan rasional. Sekarang tinggal sang guru, mau mengikuti zaman atau apatis saja.

Bahan bacaan:

Penulis:
Ilham Wahyu Hidayat, S. Pd, Guru Bahasa Jawa SMPN 11 Malang.
Kontak: ilham.weha(at)gmail.com. 

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top