Pendidikan: Jalan Untuk Menaikkan Derajat Seorang Manusia

Pembaca yang budiman, semua orang mungkin sepakat bahwa pendidikan merupakan salah satu wadah terpenting dalam kehidupan kita. Bagaimana tidak, segala hal yang menjadi dasar bagi seseorang, seperti mendapat kepercayaan, dianugerahi suatu tanggung jawab, kemampuan bersosial, dan keterampilan menyelesaikan masalah, itu berasal dari pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang menentukan bagaimana seseorang memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik entah dalam karir maupun sosial.

Kemajuan teknologi semakin tumbuh pesat. Ini salah satu hal yang wajib kita jadikan sebagai motivasi untuk meraih pendidikan yang berkualitas. Tanpa pendidikan yang berkualitas SDM kita akan kalah bersaing dengan kemajuan itu sendiri. Mengapa harus dengan jalan pendidikan? Seperti yang sudah sedikit disinggung, kita dapat meraih hal-hal dasar dari pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dilakukan untuk memanusiakan manusia. Bahkan, kualitas pendidikan dapat dijadikan acuan maju atau mundurnya suatu bangsa.

Bukan hanya kemajuan teknologi yang bisa kita jadikan sebagai motivasi. Menuntut ilmu pun bisa juga dinilai sebagai ibadah kepada Tuhan karena  menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban. Nah, untuk menuntut ilmu bisa didapat melalui lembaga pendidikan. Sebab, lembaga pendidikan merupakan wadah bagi kita untuk menumpahkan segala kemampuan, kreativitas yang kita miliki, dan mendapatkan pengetahuan yang belum kita ketahui.

Berbicara tentang lembaga pendidikan, berarti berbicara tentang seorang guru, guru itu siapa? Ya, seorang guru menjadi salah satu syarat berjalannya sebuah lembaga pendidikan. Karena tidak akan pernah berjalan sebuah pengajaran bila hanya ada murid dan bangunan saja. Menjadi syarat penting, karena seorang guru bukan hanya menjelaskan pelajaran setiap hari, tetapi merupakan sosok yang menjadi teladan bagi murid-muridnya. Guru juga bukan hanya memberi nilai akademis, tetapi juga menamkan nilai-nilai kehidupan bagi siswanya.

Pembaca yang budiman, pendidikan yang berkualitas dan guru yang berkompeten adalah jalan yang sangat baik untuk menuju kemuliaan. Namun, apakah kita benar-benar mau melalui jalan tersebut? Mungkin sudah waktunya kita mulai berpikir ulang sudahkah kita memanfaatkan pendidikan dengan sungguh-sungguh? Contohnya menghormati guru, mentaatinya, bertanya dengan penuh kesopanan dan setidaknya datang ke sekolah tepat waktu.

Rasa ingin tahu itu fitrah yang dimiliki oleh manusia. Untuk memuaskan rasa ingin tahu kita mari kita mulai dengan mengerjakan tugas dan memerhatikan penjelasan guru. Selain itu, buku bisa menjadi referensi kita untuk mencari ilmu. Namun, ada baiknya kita tetap mendapatkan bimbingan dari guru, atau orang tua, atau orang yang lebih tahu dari pada kita.

Tidak dapat dipungkiri pendidikan yang kita jalani mungkin masih ada kekurangan. Salah satunya pergantian kurikulum yang membuat siswa bingung. Sistem kurikulum sangat menentukan efisiensi pendidikan, maka bukan hal yang aneh jika di luar sana banyak kaum pelajar tidak setuju dengan aturan-aturan pada kurikulum yang terkadang membuat mereka merasa terikat dan terteka. Sistem kurikulum yang cenderung maju mundur tidak menentu akan memunculkan banyak pertanyaan pada benak kita sebagai seorang pelajar, ”Apa sih ini?”

Pendidikan yang saat ini meluap di negara kita sudah bukan lagi pendidikan yang hanya untuk dipandang sebelah mata saja, melainkan kita harus berusaha dan bertekad untuk lebih memajukannya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang hanya menekankan atau menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja akan membuat pelajar jauh dari masyarakatnya. Ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, tetapi di sisi lain tetap harus diperlakukan secara adil.

Bagaimana kita bisa berjalan di jalan menuju kesuksesan ini, selain menghormati guru dan membaca atau melalui peran-peran di atas? Mungkin dengan mengajukan pertanyaan how, why, what, where, dalam menuntut ilmu akan menghasilkan pengetahuan yang luar biasa. Jawaban yang kita dapat akan menambah kecintaan kita terhadap suatu ilmu. Ketika kita sudah cinta dengan suatu ilmu atau suka belajar, kita akan menikmati belajar dan menganggap belajar sebagai kegiatan yang asyik untuk dilakukan. Sama halnya dengan jatuh cinta, kita akan merindukan yang dicintai. Semoga saja hal serupa terjadi ketika kita mencintai ilmu pengetahuan.

Berikut ini beberapa elemen yang cukup berpengaruh dalam proses pendidikan.

  1. Keluarga

Keluarga merupakan tempat atau wadah yang paling utama seseorang dalam bersosialisasi. Seseorang akan mulai belajar dari pengalaman-pengalaman yang sering ia dapati terjadi setiap harinya, terutama dari keluarga terdekatnya. Hal ini akan terus terbawa hingga usianya, menginjak kedewasaan. Apa yang sering dikatakan orang tua akan menjadi sugesti yang akan terus terbawa hingga ia mampu memahami segala hal yang terjadi di sekitarnya, hingga ia mampu mengontrol emosi dan alam bawah sadar yang akan terus mengontrol tindakannya. Sosialisasi yang baik dari keluarga akan memberikan manfaat yang sangat baik.

  1. Teman atau Sahabat

Teman atau sahabat merupakan wadah kedua setelah keluarga sebagai tempat bersosialisasi. Oleh karena itu, teman dan sahabat yang baik perlu dicari. Teman yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada kepribadian kita, akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan-pendidikan kecil yang akan kita peroleh. Setelah keluarga, kita akan sering bertemu dan bergabung dengan seorang teman, sebagai tempat berinteraksi, dan bertukar pendapat. Sebagai contoh, ketika dalam satu kotak terdapat dua buah kertas, kertas A kita coba untuk sirami sebuah tinta maka kemungkinan besar kertas B juga akan ikut terkena juga, bukan? Nah, seperti itulah 2 buah kertas sama dengan seseorang yang selalu bersama-sama dan ia akan saling mempengaruhi satu sama lain.

  1. Media

Media yang dimaksud di sini adalah media massa. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, segala hal yang sering kita saksikan akan menjadi acuan. Sebab, apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan tanpa sadar akan mempengaruh diri kita. Maka dari itu kita harus cerdas dalam menggunakan media dan memanfaatkannya. Aktif di media tidak masalah, karena ini penting juga, tapi selalu ada batasannya karena hal-hal yang berlebihan tidak baik.

Sebenarnya, ilmu itu tidak hanya kita peroleh dalam suatu ruang setiap hari. Ilmu itu tidak hanya dari pembelajaran yang dijelaskan oleh seorang guru, baik itu di sekolah, di kampus atau bahkan penjelasan yang terus dijelaskan oleh atasan kepada bawahannya di tempat kerja, melainkan lebih dari itu. Ketika kita menjalani kehidupan di luar, selain di rumah dan di tempat yang biasanya menjadi tempat keseharian kita, akan ada banyak hal yang kita temui, baik itu pengalaman baru, pandangan baru atau tindakan baru yang sebelumnya tidak sempat terpikir untuk kita lakukan. Beberapa hal inilah merupakan suatu wujud pembelajaran dan pengenalan terhadap alam.

Pembaca yang budiman, memperbaiki diri tidak akan merugikan orang lain, bermimpi tidak akan merugikan orang lain. Melakukannya tidak akan juga membebani dan membuat orang lain kesakitan. Maka, berusaha memperbaiki diri itulah yang perlu dicamkan dalam kehidupan sebagai seorang pelajar yang masih belum mendapatkan pencapaian maksimal.

Pendidikan akan memberikan dorongan akan pentingnya jiwa yang baik dalam suatu tindakan, baik diperlukan orang lain atau tidak. Diperlukan oleh orang lain bukan juga menjadi tujuan yang paling utama, namun jika pendidikan yang kita peroleh akan membuat orang lain terus membutuhkan kita, inilah yang luar biasa.

Sudah banyak dorongan seperti ini, jadi tunggu apa lagi untuk mengenyam pendidikan sebaik-baiknya? Menyesal tidak akan ada gunanya, dan penyesalan merupakan hal yang paling memilukan. Ada banyak sekali alasan mengapa pendidikan begitu penting. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik, perlu adanya pikiran tentang bagaimana jalan untuk membuat negara lebih maju lagi di bidang pendidikannya. Mungkin hal inilah yang harus sama-sama kita junjung tinggi sebagai kaum pelajar dan sebagai generasi penerus yang baik dan bijaksana.

 Bahan bacaan:

Penulis:

  1. Atika Rizki, siswa MAN 2 Model Makassar jurusan IPS. Kontak: atikarizki18(at)yahoo(dot)com.
  2. Pepi Nuroniah, Guru BK di MAN 2 Serang, Banten. Kontak: pepinuroniah(at)yahoo(dot)com.

Back To Top