Mari Berbelanja dengan Tas dari Fungi

Jika musim hujan tiba, ada salah satu hal yang banyak dilakukan orang di desa, yaitu mencari jamur. Aha! Ketika musim hujan, lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan jamur. Kita bisa melihat banyak jamur tumbuh di sisa-sisa dedaunan yang rontok, di atas tanah, kayu lapuk, atau bangkai hewan. Ada berbagai macam jamur, baik yang bisa dikonsumsi maupun yang merugikan. Jamur shitake dan jamur merang merupakan contoh jamur yang biasa kita makan. Sebaliknya, ada juga jamur yang beracun atau menyebabkan penyakit seperti panu pada kulit, atau gatal-gatal di kepala yang kita kenal sebagai ketombe.

ed26-biologi-0

Jamur atau cendawan (dikenal dengan istilah fungi) adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Sebelum dikenalkannya metode molekuler untuk analisis filogenetik, dulu fungi dimasukkan ke dalam kerajaan tumbuhan/plantae karena memiliki beberapa kemiripan dengan tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari kerajaan tumbuhan dan mempunyai kerajaan sendiri.

Fungi ada yang uniseluler dan multiseluler. Contoh fungi bersel satu adalah jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan contoh jamur bersel banyak adalah jamur penisilin (Penicillium notatum), jamur tempe (Rhizopus oryzae), dan jamur merang (Volvariella volvacea). Struktur tubuh fungi multiseluler terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang kemudian membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Fungi menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Fungi merupakan konsumen sehingga bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, fungi dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.

Cara hidup fungi lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Fungi yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Fungi berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.

Fungi pengganti plastik

Pemanasan global merupakan isu yang sangat sering dibahas akhir-akhir ini. Bahkan efek dari pemanasan global sudah semakin terasa. Salah satu penyebabnya adalah sampah plastik yang tanpa kita sadari menjadi konsumsi kita sehari-hari seperti saat kita berbelanja. Plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang lalu, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Kantong plastik yang digunakan penduduk dunia dalam satu tahun diperkirakan mencapai 1 miliar. Ini berarti ada sekitar 1-2 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Plastik tersusun dari polimer. Dalam proses pembuatannya, ikut dimasukkan pula sejenis bahan pelembut (plasticizers) supaya plastik bertekstur licin, lentur, dan gampang dibentuk. Namun, jika plastik dipakai untuk membungkus makanan, plasticizers bisa mengkontaminasi makanan. Apalagi kalau makanan yang dibungkus masih panas, si plasticizers dan monomer-monomernya makin cepat keluar dan pindah ke makanan lalu masuk dalam tubuh.

Kantong plastik kresek yang biasa kita pakai sehari-hari ternyata mengandung zat karsinogen berbahaya karena berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihannya. Zat pewarnanya juga bisa meresap ke dalam makanan yang dibungkusnya dan menjadi racun. Walaupun murah, bahkan sering diberikan gratis, plastik dibuat dengan menggunakan minyak bumi, sumber energi yang mulai langka dan sangat dibutuhkan manusia. Materi plastik baru akan terurai oleh tanah dalam waktu 200-400 tahun, dan akan terurai secara sempurna dalam waktu 1000 tahun. Lama sekali, bukan? Nah, karena banyaknya hal negatif yang disebabkan oleh plastik ini, banyak orang mencoba mengembangkan bahan yang ramah lingkungan untuk mengganti plastik. Dan, ya! Fungi adalah salah satu jawabannya.  8)

Kampanye menghindari penggunaan kantong plastik (sumber gambar: http://newswatch.nationalgeographic.com/tag/infographics/).
Kampanye menghindari penggunaan kantong plastik (sumber gambar: http://newswatch.nationalgeographic.com/tag/infographics/).

Fungi mempunyai peranan yang begitu luas, dapat tumbuh pada lingkungan tertentu, dan dapat didegradasi secara keseluruhan. Akhir-akhir ini telah ditemukan bahwa fungi berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti plastik. Profesor Steve Horton dari Union College Biology menemukan bahwa rahasianya terletak pada miselium fungi. Anyaman benang-benang miselium inilah yang bisa berhubungan dengan dunia luar, untuk melihat adanya makanan, cahaya, juga kelembapan.  Miselium dapat mengambil nutrisi dari material organik yang ada seperti kayu dan menggunakannya sebagai makanan sehingga fungi dapat tumbuh.

Miselium sangatlah penting untuk biodegradasi. Tanpa fungi dan bakteri, kita tidak akan bisa membayangkan tingginya tumpukan sampah atau bangkai, baik hewan maupun tumbuhan. Miselium dapat tumbuh pada substrat organik, dapat mendegradasi daun-daunan dan pupuk, juga dapat mengikatnya menjadi lapisan yang kohesif. Ecovative Design di New York memanfaatkan kekuatan dari fungi ini dengan menggunakan beberapa spesies fungi untuk membuat produk ramah lingkungan. Prosesnya bermula dari penyediaan produk turunan seperti sampah kain, sekam padi dan gandum, serta material yang berasal dari tumbuhan lainnya. Miselium tumbuh dengan optimal pada substrat tersebut. Dalam area yang kecil, jutaan serat fungi tumbuh membentuk sebuah matriks. Matriks tersebut kemudian dapat dibentuk dalam cetakan sesuai kebutuhan. Ketika tekstur, kekakuan, dan karakter lainnya sudah sesuai dengan yang diinginkan, matriks fungi ini bisa dikeluarkan dari cetakannya kemudian dipanaskan dan dikeringkan untuk menghentikan pertumbuhan miselium.

Pembuatan ecoproduct yang alami ini hanya membutuhkan waktu sekitar lima hari saja, tidak menyebabkan alergi, dan tidak beracun. Hal menarik lainnya adalah produk ini anti air seperti styrofoam dan juga tahan panas, sehingga tidak akan terbakar. Penumbuhan fungi tidak memakan lahan yang luas. Kelebihan lainnya, poduk fungi ini tahan terhadap UV karena tidak dibuat secara petrokimia. Selain itu, produk ini tidak menghasilkan komponen organik yang menguap.  Ketika terekspos pada mikroba, produk ini akan terdegradasi dalam 180 hari saja pada berbagai lahan. Wow, sangat cepat dibandingkan dengan plastik yang membutuhkan ratusan tahun.

Proses penumbuhan fungi dalam berbagai media.
Proses penumbuhan fungi dalam berbagai media.

Miselium yang digunakan untuk pembuatan ecoproduct ini sangatlah murah, karena dapat diproduksi dari sampah pertanian yang sudah tidak bisa dijadikan makanan ternak. Selain itu, fungi dapat merambat tanpa adanya sinar matahari, bahkan tidak membutuhkan pengawasan selama tumbuhnya, dan dapat tumbuh pada tempat yang sederhana di suhu ruang (tidak membutuhkan greenhouse dengan suhu dan sistem yang terkontrol). Hal ini juga berarti bahwa senyawa karbon lebih bisa diminimalkan. Dengan adanya berbagai keunggulan miselium fungi ini, diharapkan penggunaan plastik di pasaran dapat digantikan oleh fungi. Profesor Steve Horton dan peneliti Ronald Bucinell saat ini sedang mengembangkan jenis fungi yang cocok untuk pembuatan produk ini dengan mempertimbangkan kecepatan tumbuhnya.

Nah, menarik sekali, bukan? Selain ramah lingkungan, dan pembuatannya yang murah meriah, plastik dari fungi ini juga bisa mengurangi efek pemanasan global.  Selain itu, masih banyak peran dari fungi yang bisa memudahkan kebutuhan hidup kita sehari-hari. Luar biasa! Fungi yang imut-imut ini ternyata menyimpan sejuta potensi.  :)

Bahan bacaan:

Penulis:
Astari Dwiranti, mahasiswi S3 di Departemen Bioteknologi, Graduate school of engineering, Osaka university, Jepang. Kontak: astari_dwiranti(at)yahoo(dot)com.

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top