Fitohormon dalam Pertumbuhan Tanaman

Berbicara tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tentu bukanlah hal yang baru bagi kita. Pertumbuhan tanaman sering kita jumpai sehari-hari di lingkungan sekitar. Misalnya proses perkecambahan pada biji kacang hijau. Bagaimana perkecambahan tersebut terjadi dan apa saja faktor yang mempengaruhinya? Mari kita ulas bersama.

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses metabolisme pada tanaman yang bersifat kuantitatif karena terdapat penambahan jumlah dan massa sel. Artinya, proses pertumbuhan tanaman dapat diukur. Namun, pertumbuhan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke kondisi awal. Contoh dari pertumbuhan tanaman, yaitu bertambahnya tinggi batang, jumlah daun, panjang akar, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan perkembangan tanaman, yakni suatu proses pematangan organ pada tanaman yang bersifat reversible dan prosesnya tidak dapat diukur atau bersifat kualitatif. Contoh dari perkembangan tanaman, yaitu pemasakan buah, pembungaan, daun muda berubah menjadi daun tua, dan lain sebagainya.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh media tanamnya, namun terdapat faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman itu sendiri yang meliputi gen dan hormon tanaman. Untuk hormon tanaman sendiri biasanya dikenal dikenal dengan istilah fitohormon. Tedapat beberapa macam hormon tanaman, yaitu hormon auksin (Indole Acetic Acid), giberelin, sitokinin, kalin, etilen, dan asam absisat. Beberapa hormon tersebut mempunyai peran masing-masing dan sebagian besar bekerja secara sinergis atau saling mendukung.

Hormon auksin

Peran hormon auksin yang paling utama ialah membantu pertumbuhan tanaman dengan mempengaruhi aktivitas pembelahan meristem primer yang terletak pada bagian apikal atau pucuk tanaman. Aktivitas tersebut membuat tanaman mengalami pertumbuhan primer yang menyebabkan batang dapat tumbuh menjadi lebih tinggi. Di samping itu, terdapat aktivitas meristem sekunder yang akan mempengaruhi pembelahan sel secara lateral atau menyamping, sehingga batang akan menjadi lebih besar. Aktivitas tersebut juga dipengaruhi oleh keberadaan kambium.

Tanaman Padi (Oryza sativa) berumur 45 hari

Auksin juga berperan dalam proses perkecambahan biji. Ketersediaan air sangat mempengaruhi proses imbibisi pada biji, sehingga proses perkecambahan dapat terjadi. Imbibisi merupakan proses masuknya air dari lingkungan ke dalam biji. Air tersebut akan mengaktivasi hormon auksin yang terkandung di dalam biji. Hormon auksin memiliki sifat yang sensitif terhadap cahaya matahari. Apabila biji dikecambahkan dengan intensitas cahaya yang tinggi, maka biji akan sulit berkecambah karena auksin akan terurai. Oleh karena itu, proses perkecambahan biji sebaiknya dalam dilakukan pada kondisi gelap untuk mengoptimalkan aktivitas auksin. Setelah muncul plumula, maka kecambah harus segera dipindahkan ke tempat yang lebih terang agar dapat melakukan fotosintesis, sehingga mencegah resiko terjadinya klorosis yang sangat besar.

Hormon giberelin dan sitokinin

Hormon giberelin mempunyai peranan utama, yaitu untuk mempercepat proses pembungaan, munculnya buah, dan perkembangan tanaman. Sementara hormon sitokinin dapat mempengaruhi aktivitas pembelahan meristem, baik meristem apikal maupun meristem lateral. Meristem apikal menyebabkan pertumbuhan tinggi pada batang, sedangkan meristem lateral menyebabkan pembesaran diameter pada batang. Giberelin dan sitokinin saling bekerja sama untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hormon kalin

Hormon kalin berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman. Hormon ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu filokalin, antokalin, kaulokalin, dan rizokalin. Filokalin berfungsi mendukung pertumbuhan organ daun, antokalin berfungsi mendukung pertumbuhan organ bunga, kaulokalin berfungsi mendukung pertumbuhan organ batang, dan rizokalin berfungsi mendukung pertumbuhan organ akar.

Hormon etilen

Hormon etilen adalah hormon yang berupa gas, sehingga biasa disebut gas etilen. Gas etilen ini mempunyai peranan untuk mempercepat proses pemasakan buah. Biasanya para pedagang buah menggunakan hormon ini untuk mematangkan buah yang belum matang.

Hormon asam absisat

Dari semua fitohormon, ada satu hormon yang bekerja secara antagonis atau berlawanan, yaitu asam absisat. Hormon ini akan mempengaruhi fisiologi tanaman saat lingkungan tidak mendukung. Misalnya, pada musim kemarau tanah akan kekurangan air karena proses evaporasi pada tanah sangat cepat akibat temperatur yang tinggi. Pada kondisi tersebut, asam absisat akan aktif dan salah satunya adalah memicu tanaman untuk melakukan pengguguran daun, sehingga proses transpirasi berkurang. Bisa dibayangkan apabila asam absisat ini tidak bekerja. Kemungkinan besar tanaman akan mati karena kekurangan air yang lebih besar. Oleh sebab itulah asam absisat mempunyai peran antagonis terhadap fitohormon lainnya dan hal tersebut dilakukan demi kebaikan dari tanaman itu sendiri.

Selain faktor internal, pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu air, kelembapan, cahaya matahari, dan tanah yang mengandung unsur hara atau nutrisi di dalamnya. Faktor internal dan eksternal secara bersama akan menentukan kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Namun terdapat suatu kasus dimana pertumbuhan tanaman sangat lambat, sehingga menjadi kerdil. Padahal faktor eksternalnya sudah optimal dan mendukung. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Pertama adalah karena faktor genetik atau biji tersebut memang membawa fenotip (sifat yang tampak) kerdil. Sementara kemungkinan kedua adalah karena hormon pada biji tersebut tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini juga memperkuat bahwa fitohormon memiliki peran yang sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.

Bahan bacaan:

  • Hartanti, ayu. 2020. Biofertilizer Terhadap Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UNWAHA Press

  • Hartanti, ayu. 2020. Potensi Bakteri Endofit. UNWAHA Press

Penulis:

Dyah Ayu Sri Hartanti, M.Si, Alumni S1-S2 Biologi UNAIR. Dosen Fakultas Pertanian Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah, Jombang.

Kontak: adyah674(at)yahoo(dot)com

Gerakan 1000guru adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat nonprofit, nonpartisan, independen, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah “gerakan” atau “tindakan” bahwa semua orang, siapapun itu, bisa menjadi guru dengan berbagai bentuknya, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Back To Top