Teman Sebaya Sebagai Wadah Generasi Muda

Tidak dapat dipungkiri manusia pasti akan berinteraksi dengan orang lain. Sama halnya seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pada masa anak-anak mereka akan lebih banyak berinteraksi dengan keluarga dan menerima sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang berpengaruh pada pembentukan kepribadiannya.

Nilai yang dimaksud di sini adalah hal-hal atau prinsip-prinsip mengenai baik buruknya suatu perilaku, sedangkan norma adalah wujud dari nilai mengenai pedoman bertingkah laku dalam suatu masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu seorang anak akan tumbuh menjadi remaja yang mengenal dunia luar lebih luas dan berperan sebagai generasi muda yang akan memimpin Indonesia.

Pada masa remaja mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya (peer group) dibandingkan dengan keluarga. Dengan demikian, mereka sedikit banyak akan mendapat pengaruh dari teman sebaya, baik positif maupun negatif. Remaja akan menemukan teman sebaya dengan latar belakang yang berbeda-beda yang dapat mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas dan penerapan nilai dan norma oleh grup teman sebayanya.

Dalam grup teman sebaya, remaja memiliki status yang sederajat dan persamaan pembicaraan di segala bidang. Mereka lebih nyaman mengungkapkan opini, perasaan,  ide-ide, pikiran-pikiran, dan permasalahan pada teman dekatnya atau yang biasa disebut klik (clique).

ed50-sosialbudaya-1

Terbentuknya klik di sekitar remaja secara tidak langsung disetujui oleh orang tua dan sekolah karena memudahkan pengawasan dan memenuhi harapan sekolah agar hubungan sosial remaja berkembang. Grup teman sebaya ini juga berpengaruh di masyarakat sebagai sumber informasi. Jika anggota klik bersikap baik, biasanya citra klik itu di mata masyarakat akan baik. Demikian pula berlaku hal sebaliknya jika anggota klik bersikap tidak baik.

Pengaruh teman sebaya dengan demikian tecermin dalam perilaku anggotanya di kehidupan sehari-hari. Grup teman sebaya yang menerapkan nilai dan norma tertentu biasanya diikuti begitu pula oleh anggotanya. Sebagai contoh, seorang remaja yang memiliki teman sebaya yang  menerapkan norma seperti menaati peraturan sekolah, rajin belajar, taat agama, menghormati yang lebih tua, menjaga tata pergaulan antara lawan jenis, dan tidak berbohong, tentunya remaja anggota grup tersebut akan mengaplikasikan norma tersebut di sekolah dan masyarakat.

Bersama teman sebaya yang baik, remaja akan belajar tentang nilai-nilai keadilan, kejujuran, kerja sama, kebersamaan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepedulian. Kreativitas dan inovasi pun dapat berkembang karena keluarga, sekolah, dan masyarakat memberikan tanggapan yang positif pada remaja tersebut melalui grup teman sebayanya.

Di sisi lain, perilaku negatif dalam grup teman sebaya juga tecermin pada kenakalan remaja seperti tawuran dan pemakaian narkoba. Menurut teori differential association yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Masalah tersebut kemudian terus membesar karena kurangnya kepedulian keluarga dan masyarakat pada perkembangan moral remaja. Pemerintah juga belum menunjukan keseriusan untuk melakukan pembinaan moral remaja, padahal remaja merupakan generasi penerus bangsa.

Lantas, bagaimana kita bisa mengatasi kenakalan remaja dan membentuk grup teman sebaya yang baik? Ini sangat bergantung dari kerja sama keluarga, masyarakat, dan pemerintah, yang masing-masingnya memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Keluarga

Pemberian kasih sayang dan kondisi yang harmonis dalam keluarga merupakan faktor terpenting untuk perkembangan kepribadian remaja. Keluarga harus melaksanakan fungsi sosialisasi dengan menerapkan nilai dan norma pada remaja sehingga remaja terhindar dari teman sebaya yang buruk. Keluarga juga harus menerapkan fungsi proteksi dengan mengawasi pergaulan remaja.

Sekolah

Sekolah dapat berperan dengan memberikan informasi dampak negatif dari hal semacam narkoba dan tawuran. Kegiatan-kegiatan yang positif perlu diberikan pada remaja sesuai bakat dan minatnya melalui organisasi maupun ekstrakurikuler. Sekolah harus mengondisikan lingkungannya agar siswa tidak terpengaruh hal-hal yang negatif dan mendukung kreativitas yang dihasilkan siswa dengan memberikan fasilitas yang memadai dan aktif mengikutsertakan siswa dalam kompetisi. Dengan adanya peran sekolah tersebut remaja dapat mengembangkan bakatnya dengan maksimal.

Pemerintah

Pemerintah sebagai pemilik wewenang tertinggi harus memberikan perhatian khusus pada generasi muda. Pemerintah dapat menyelenggarakan berbagai kompetisi, baik di bidang sains, seni, maupun olahraga. Dengan begitu, remaja memiliki motivasi untuk mengembangkan kemampuannya.

Terkait maraknya kenakalan remaja seperti narkoba dan tawuran, pemerintah perlu memberantas peredaran narkoba serta memberikan peraturan dan sanksi yang tegas mengenai tawuran. Jika pemerintah menemukan remaja yang melanggar, emerintah harus bisa mempertemukan remaja tersebut dengan pihak keluarga dan sekolah dengan melakukan rekonsiliasi sanksi yang akan diberikan. Sanksi diharapkan menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Namun, hal tersebut akan terwujud jika keluarga, masyarakat, dan pemerintah melakukan perannya dengan seirama dan bersungguh-sungguh.

Kepedulian keluarga, sekolah, dan pemerintah pada kondisi pergaulan remaja diharapkan dapat menciptakan berbagai grup teman sebaya yang dapat menerapkan nilai dan norma yang baik. Dengan begitu, setiap anggota suatu grup teman sebaya dapat memiliki kepribadian yang baik. Pergaulan yang baik bersama teman sebaya akan sangat bermanfaat mengembangkan kreativitas, inovasi, dan jiwa kompetitif seorang remaja. Pada akhirnya, Indonesia akan memiliki generasi muda yang siap membawa kemajuan bagi bangsa dan negaranya.

Bahan bacaan:

 Penulis:

Putri Intan Rengganis, siswi jurusan IPS SMAN 1 Kebumen.

Kontak: putriintanrengganis(at)gmail(dot)com.

Back To Top