Tentunya teman-teman sering melihat kartun SpongeBob di layar televisi, bukan? Namun, tahukah teman-teman sebenarnya hewan apakah SpongeBob itu? SpongeBob rupanya adalah hewan dari filum Porifera. Hewan filum Porifera lebih dikenal dengan sebutan sponge atau spons. Nama Porifera berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu poros yang berarti “pori” dan feres yang berarti “memiliki” sehingga porifera dapat diartikan sebagai hewan yang memiliki pori.
Air mengalir melalui badan spons dan membawa bahan makanan berupa partikel organik renik, plankton kecil, bakteri, dan mikroalga. Melalui pori-pori, air diserap oleh koanosit, yaitu sel yang bisa disebut sebagai sel leher atau collar cell. Koanosit memiliki 3 bagian: bagian tubuh sel, bagian tengah berbentuk seperti kerah baju, dan bagian seperti cambuk (flagellum).
Spons merupakan hewan multiseluler primitif yang diperkirakan berasal dari zaman Paleozoik, sekitar 1,6 miliar tahun yang lalu. Wah, lama sekali ya? Lalu, bagaimana spons bisa mempertahankan generasinya? Tentunya dengan berkembang biak. Bagaimanakah tepatnya mereka berkembang biak? Spons dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual:
- Secara seksual yaitu melalui pembuahan sel telur pada spons betina dan akan terpisah dari induknya jika sudah tumbuh sel bulu getar atau flagella.
- Secara aseksual dengan menghasilkan tunas yang disebut gamul yang dapat terus menempel pada induknya, kemudian membentuk kelompok besar ataupun terpisah dari induknya serta membentuk kelompok sendiri.
Spons sebagian besar hidup di laut dan hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar. Spons menempel pada kerak di batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-tumbuhan. Bentuk spons bermacam-macam, ada yang seperti tabung, pohon, sarung tinju, cawan, ataupun kubah. Namun, ada pula spons yang terdiri dari segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya. Warna spons juga berwarna-warni, tidak hanya kuning seperti SpongeBob, namun juga ada yang putih, merah, biru, hijau, ungu, abu-abu atau bahkan hitam.
Selain dapat dibedakan melalui bentuk dan warnanya, spons juga dapat dikategorikan menjadi 3 tipe berdasarkan perbedaan pada sistem salurannya:
- Tipe ascon, terdiri dari pori-pori arus masuk, sebuah rongga lambung yang berlapiskan koanosit dan satu oskulum (lubang arus keluar).
- Tipe sycon, air mengalir melalui pori-pori kulit (ostium) ke dalam saluran arus masuk, kemudian melalui pori-pori kamar (prosopil), ke dalam saluran radial yang berjeruji dan berlapis koanosit, lalu diputar ke dalam rongga oleh cambuk koanosit dan keluar melalui oskulum.
- Tipe rhagon (leucon), air lewat melalui ostium kulit melalui saluran arus masuk mencapai kamar-kamar kecil berlapis koanosit, kemudian terbawa melalui sebuah sistem arus keluar ke rongga kloaka dan keluar melalui oskulum.
Spons juga dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik spikula-nya. Spikula merupakan kerangka yang berfungsi sebagai pembentuk tubuh spons. Melalui kriteria ini, spons dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
- Kelas Calcarea, yang berarti kapur karena spikulanya terbentuk dari bahan kapur karbonat.
- Kelas Hexactinellida, yang berarti enam jari, dengan spikula terbentuk dari silikon dan berbentuk triakson. Triakson merupakan bentuk dari 3 sumbu yang dibentuk oleh 3 sel skleroblast, yaitu sel yang membentuk spikula.
- Kelas Demospongia, yang berarti masyarakat spons, dengan spikula terbentuk dari silikon dengan berbagai bentuk namun tidak berbentuk triakson dan mengandung jaringan spongin.
Spons kelas Demospongia merupakan kelas terbesar pada spons. Spons kelas Demospongia banyak dimanfaatkan oleh manusia, misalnya sebagai spons untuk mencuci, bahan makanan tambahan, bahan kosmetika, sampai bahan obat. Salah satu contoh yang terkenal dan sudah banyak dipakai sebagai bahan obat antikanker adalah Halichondria okadai.
Nah, sekarang kita sudah mengenal lebih dekat filum Porifera. Spons merupakan organisme laut yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan bahan bioaktif yang bermanfaat bagi manusia. Spons juga berperan penting dalam keseimbangan ekosistem bawah laut. Kini saatnya kita untuk ikut menjaga kelestariannya dan mengoptimalkan kegunaannya bagi ilmu pengetahuan dan kebaikan hidup manusia.
Bahan bacaan:
- K. Rohmimohtarto dan S. Juwana, Biologi laut: ilmu pengetahuan tentang biota laut, Penerbit Djambatan (2001).
- E. W. Muller dan I. M. Muller, Sponges (Porifera): 37 Progress in Molecular and Subcellular Biology, Springer (2003).
Penulis:
Yuni Elsa Hadisaputri, mahasiswi S3 di Graduate School of Medicine, Gunma University.
Kontak: yuni_elsa_imoet(at)yahoo(dot)com