Saat ini kehidupan kita nyaris tidak bisa lepas dari yang namanya “internet”. Apalagi dengan keberadaan situs-situs jejaring sosial yang menawarkan berbagai kemudahan berinteraksi antarmanusia layaknya kehidupan di dunia nyata. Padahal sebenarnya secara tidak sadar kita mulai terkungkung dalam penjara dunia maya. Berawal dari merenungi “apa manfaat jejaring sosial?”, saya mendapati beberapa manfaat di dalamnya sekaligus penyakit atau efek negatif dari jejaring sosial tersebut. Di balik berbagai manfaat besar dari jejaring sosial, berbagai penyakit juga bisa muncul setelah adanya jejaring ini.
Contoh jejaring sosial terpopuler adalah Facebook (FB) dan Twitter. Efek paling kentara dari jejaring sosial, baik Facebook maupun Twitter, adalah membuat masyarakat tanpa tedeng aling-aling menjadi “buka-bukaan” di media tersebut. Buka-bukaan terhadap segala macam hal, baik hal yang masih wajar untuk dibuka maupun yang tidak sepantasnya diketahui oleh banyak orang.
Ruang dunia maya telah menjadi ruang yang sangat-sangat terbuka bagi pelaku di dalamnya. Dulu, sebelum mengenal jejaring sosial, saya menganggapnya sebagai hal yang biasa-biasa saja. Namun sekarang, setelah mengerti bagaimana “sifat” jejaring sosial ini, jadi lebih disadari bahwa keterbukaan ini bukanlah hal yang biasa. Nah terkait hal ini, kita sebagai pelaku dunia maya perlu menyortir dan membuat batasan hal-hal apa saja yang perlu kita bagi kepada teman-teman dan hal apa saya yang tidak semestinya kita buka di sana.
Masalah privasi ataupun keterbukaan memang merupakan urusan masing-masing individu, tetapi kita perlu mencermati adanya penyakit jejaring sosial di dalamnya dan memperhatikan hak-hak orang lain dalam menelaah informasi. Contoh-contoh penyakit jejaring sosial akan dibahas berikut ini. Tentunya ada pandangan subjektif penulis, namun mudah-mudahan bisa menjadi bahan pelajaran kita bersama.
Drama percintaan yang diumbar di ruang publik
“In relationship with”… baru saja pacaran, sedang hangat-hangatnya, dinding FB maupun Twitter penuh dengan ungkapan cinta dan kata-kata mesra. Puluhan atau bahkan ratusan foto tak henti-hentinya diunggah sampai beralbum-album. Tiba-tiba saja suatu ketika putus, semua foto di-untagged, semua album dihapus, juga tak henti-hentinya mengalir ungkapan patah hati di status FB. Tentu saja di “dinding ratapan” muncul “in relationship with” serta merta menjadi “single”. Tak ada lagi kata-kata mesra, malah saling memaki di antara keduanya.
Drama rumah tangga
Ada dua drama dunia maya yang sering muncul terkait hubungan di dalam suatu rumah tangga:
Pertama, ungkapan mesra, cinta, dan kasih sayang yang dituangkan dalam percakapan di dinding FB yang hanya melibatkan (saling komentar dan mention) antara pasangan tersebut. Dengan demikian, semua orang menjadi tahu bahwa pasangan ini adalah pasangan mesra. Obrolan suami istri yang sebenarnya bisa disampaikan lewat belakang layar saat ini mudah sekali terbaca di dinding FB. Padahal kalau pasangan sedang duduk di samping seharusnya lebih mudah menyampaikan pesan cinta secara langsung. Atau kalaupun sedang berjauhan, lebih etis jika melalui e-mail, sms, atau telepon pribadi mengumbarnya di ruang publik. Foto-foto yang sangat mesra antara pasangan suami istri yang sebenarnya menjadi koleksi pribadi pun sekarang bisa diakses oleh siapapun.
Kedua, ungkapan kekesalan, keluhan, hingga kemarahan antarpasangan: suami yang selingkuh, istri yang tidak cinta lagi, munculnya orang ketiga-keempat, dan seterusnya. Saling marah di antara komentar-komentar mereka, semua itu kini mudah dibaca oleh khalayak ramai pengguna jejaring sosial di dunia maya.
Drama kehidupan
Pagi-pagi sudah update status keluhan hidup yang begini dan begitu. Bagi yang remaja mungkin mengeluhkan pelajaran di sekolah, atau mengumpat guru. Bagi yang dewasa mungkin mengeluhkan kemacetan di jalanan, dan banyak lagi keluhan-keluhan lainnya. Kadang yang kita baca bisa mempengaruhi semangat kita. Kalau kita membaca kata-kata semangat/doa, minimalnya kita akan ikut bersemangat dengan aura positif di dalamnya. Kalau pagi hari sudah baca status keluhan kehidupan, secara tidak langsung ikut terbawa suasana negatif dari keluhan tersebut. Ditambah lagi jika jumlah teman sampai beribu-ribu (melebihi artis?) entah itu kenal semuanya atau tidak, beribu-ribu orang bisa membaca drama kehidupan kita di sana!
Entahlah, masih banyak hal-hal yang sangat-sangat pribadi urusan domestik kita (bisa dikatakan urusan 3×4, saking pribadinya) yang tidak sewajarnya kita sampaikan di ruang publik, pun ruang dalam dunia maya. Ada hal-hal yang perlu dibagi namun ada juga yang tidak semestinya kita sampaikan di ruang itu.
Jika kita butuh teman curhat, marilah kita cari teman-teman di dunia nyata. Meski tidak bertemu langsung dengan teman-teman itu, kita bisa tetap berkomunikasi dengan mereka lewat fasilitas pesan/chatting, tentu saja ini adalah obrolan di balik layar, yang tidak perlu menjadikan seluruh dunia tahu penderitaan kita.
***
Mari kita bersih-bersih jejaring sosial kita, barangkali saja ada postingan kita di masa lampau yang menjurus pada “drama kehidupan”. Kalau perlu, kita bisa hapus akun yang tidak berkepentingan dengan kita. Sebelum posting sesuatu tentu saja kita perlu berpikir ulang, apakah ini perlu di-posting untuk khalayak ramai atau hanya untuk konsumsi pribadi, dan apakah tulisan kita bermanfaat atau tidak.
Mari jadikan ruang maya menjadi lebih aman dan terkendali.
Penulis:
Retno Ninggalih, ibu rumah tangga, alumnus Fakultas Psikologi Undip, saat ini bertempat tinggal di Sendai, Jepang.
Kontak: r.ninggalih(at)gmail(dot)com.