Pernahkah kita membayangkan bahwa binatang di alam mampu berhitung layaknya pedagang? Bagi mereka yang pernah melihat pertunjukan sirkus, jangan bayangkan satwa liar di alam melakukan perhitungan matematis sederhana seperti dalam pertunjukan tersebut. Satwa liar bahkan mampu melakukan perhitungan yang lebih rumit yang menyangkut hidup dan matinya!
Mari kita coba lihat contoh perilaku ikan di laut. Ada beberapa jenis ikan yang hidup sendiri (soliter) dan, apabila kita perhatikan, beberapa jenis ikan hidup secara berkelompok seperti ikan Sarden. Pada contoh yang terakhir, mengapa ikan tersebut hidup berkelompok dan bergerak ke sana kemari? Ternyata, ikan memiliki strategi untuk menghadapi ancaman predator. Setiap ekor ikan memiliki satu pasang mata, tetapi apa yang terjadi apabila mereka hidup berkelompok? Kelompok ikan tersebut seakan-akan memiliki mata sebanyak dua kali jumlah ikan yang ada. Dengan cara seperti ini, mereka mampu mendeteksi keberadaan predator dan menginformasikan kepada anggota kelompok yang lain, arah gerakan untuk menghindari predator.
Membentuk kelompok secara bersama-sama nampaknya memberikan keuntungan kepada individu ikan untuk memperoleh perlindungan dari satwa predator. Namun di lain pihak, dengan membentuk kelompok, seekor individu akan memiliki risiko untuk berkompetisi untuk memperoleh makanan. Contoh di atas menunjukkan bahwa ikan mampu menghitung risiko yang akan diperoleh apabila mereka bergerak sendiri-sendiri dibandingkan dengan apabila mereka bergerak secara bersama-sama dalam sebuah kelompok. Dalam contoh yang ekstrem, seekor ikan akan memiliki risiko kematian hingga 100% apabila individu tersebut hidup sendiri. Sementara itu, jika hidup dalam kelompok, risiko kematiannya mendekati 1%, meski disertai dengan risiko individu memperoleh jatah makan yang lebih sedikit. Di sini, kita bisa melihat nyata kerja sama antarsatwa yang memberikan banyak keuntungan bagi anggota kelompoknya.
Mengapa bekerja sama?
Faktor apa yang menggerakkan satwa untuk hidup berkelompok? Salah satu alasan utama terjadinya pengelompokan dan kerja sama antarindividu adalah sifat altruistic yang ada di dalam satwa. Altruistic mengandung arti bahwa seekor individu lebih memilih mengorbankan diri dan memberikan keuntungan kepada individu yang lain. Sifat altruistic ini tidak hanya terjadi pada saat menghadapi predator, tetapi juga dapat terjadi pada kehidupan dalam keluarga binatang semisal pada kehidupan serangga.
Perlu dicatat, tidak semua binatang yang berkerabat dapat bersifat altruistic, seperti pada kasus satwa vertebrata. Para ahli biologi telah lama memahami bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku sosial. Misalnya, untuk memiliki keturunan, satwa membutuhkan berbagai sumber daya, termasuk makanan, wilayah, dan pasangan. Tanpa sumber daya tersebut, seekor satwa lebih memilih membantu keluarganya untuk membesarkan saudaranya daripada gagal untuk bereproduksi seperti dalam berbagai spesies ikan, burung dan mamalia.
Jelas, ya? Satwa liar di alam ternyata memiliki kemampuan berhitung!
Bahan bacaan:
- S. B. Hager, The Diversity of Behavior, Nature Education Knowledge 1, 3 (2010).
- T. McGlynn, How Does Social Behavior Evolve? Nature Education Knowledge 1, 33 (2010).
- D. Rubenstein and J. Kealey, Cooperation, Conflict, and the Evolution of Complex Animal Societies, Nature Education Knowledge 1, 47 (2010).
Penulis:
Muhammad Ali Imron, Dosen Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta.
Kontak: muhammadali.imron(at)gmail(dot)com.