Teknologi Properti: Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA)

Apakah teman-teman pernah mendengar tentang hotel kapsul atau rumah kapsul (capsule house) di Jepang? Itu lho, sejenis rumah kecil (2x1x1,25 m3) untuk tempat tinggal sementara, biasanya untuk para backpacker yang senang bepergian ke negeri Sakura atau para pekerja kantoran yang pulang terlalu malam atau mereka yang tertinggal di kereta.

Rumah kapsul ini didesain pertama kali oleh Kisho Kurokawa dan telah dibangun sejak tahun 1979 di kawasan Umeda, Osaka, Jepang. Dalam sebuah kapsul biasanya terdapat lampu, televisi, jam, colokan listrik, koneksi internet, dan tirai untuk menjaga privasi. Di samping itu, setiap pengunjung juga mendapat fasilitas umum seperti loker dan kamar mandi.

Ed61-teknologi-1

Rumah kapsul di Jepang. Gambar dari tinyhouseswoon.com.
Rumah kapsul di Jepang. Gambar dari tinyhouseswoon.com.

Itulah sedikit cerita mengenai keberadaan rumah kapsul di Jepang. Sekarang mari kita tengok ke negeri sendiri, Indonesia. Meskipun negeri kita lebih luas dari Jepang, kebutuhan papan terus meningkat sangat pesat setiap tahunnya (rata-rata mencapai 3,5%), khususnya di perkotaan. Akumulasi jumlah perumahan telah mencapai angka 6 juta unit, sedangkan kebutuhan rumah baru setiap tahun mencapai 800.000 unit.

Untuk mengatasi masalah ini, Pusat Litbang Pemukiman mengeluarkan sebuah hasil kajian yang disebut dengan inovasi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Lingkup prototipe desain ini berkaitan dengan rancangan teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal dengan sistem knockdown atau bongkar pasang dengan komponen-komponen yang dibuat secara komersial.

Desain RISHA dan hasil rumah teknologi RISHA. Gambar dari: puskim.pu.go.id

Ed61-teknologi-4
Desain RISHA dan hasil rumah teknologi RISHA. Gambar dari: puskim.pu.go.id

Penerapan RISHA di Indonesia dilatarbelakangi oleh kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat umum. Selain itu, pertumbuhan keluarga muda di Indonesia juga mengakibatkan kebutuhan hunian yang layak semakin meningkat sehingga diperlukan terobosan teknologi berkualitas dengan biaya yang cukup terjangkau. Oleh karenanya, pusat litbang pemukiman mengeluarkan hasil kajian sistem RISHA ini.

Pada dasarnya, sistem pembangunan RISHA menggunakan precast concrete (beton cetak) menggunakan tiga modul dalam jumlah besar. Dengan cara ini, sistem fondasi rumah-rumah sederhana dapat dibuat dengan cepat. Material beton dipilih karena telah terbukti kekuatannya untuk menahan hujan dan terik matahari. Selain itu, sistem RISHA juga cukup tahan terhadap gempa sehingga untuk daerah yang rawan gempa teknologi RISHA cocok untuk diterapkan pascabencana. Nilai tambah lain yang perlu ditambahkan di sini ialah sistem RISHA dapat dikembangkan secara horizontal dan vertikal sesuai dengan kebutuhan ruang dan topografi lahan.

Inovasi selanjutnya dari RISHA ialah RUSPIN (Rumah Unggul Sistem Panel Instan). Teknologi RUSPIN merupakan teknologi sistem pracetak untuk bangunan dua lantai dengan menggunakan kombinasi sambungan kering dan basah  yang terdiri dari komponen beton berprofil dan boks baja berongga. Beberapa inovasi lain yang dihasilkan Pusjatan antara lain aplikasi “Jalan Kita”. Aplikasi ini dapat berguna untuk memfasilitasi partisipasi dari masyarakat pengguna jalan dalam menyampaikan informasi kondisi jalan dan jembatan di Indonesia. Dengan aplikasi ini, masyarakat dapat mengirimkan aspirasi atau saran atau kritik untuk fasilitas yang terdapat di daerahnya masing-masing.

Inovasi lainnya ialah Judesa (Jembatan untuk Desa-Asimetris), yakni teknologi yang diperuntukkan untuk pembangunan jembatan gantung sederhana yang menerapkan metode konstruksi satu arah (atau dari satu sisi sungai). Teknologi ini dapat digunakan untuk mempermudah pembukaan jalur perintis dan pengangkutan material oleh masyarakat selama menyeberangi jalan.

Aplikasi Jalan Kita (pusjatan.pu.go.id).
Aplikasi Jalan Kita (pusjatan.pu.go.id).
Jembatan hasil teknologi Judesa (kompas.com)
Jembatan hasil teknologi Judesa (kompas.com)

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono telah mencanangkan pembangunan RISHA dan RUSPIN khusus bagi nelayan di desa Kedung Malang, Jepara, Jawa Tengah. Rumah nelayan dengan ukuran 58 m2 yang terdiri dari dua lantai ini akan dibangun sebanyak 200 unit. Tercatat pula di Aceh telah terdapat 10.000 unit RISHA sebagai proses rekonstruksi pascabencana gempa dan tsunami. Pada tahun 2016 ini, kementerian PUPR telah mengalokasikan dana pembangunan RISHA sebanyak total 5.996 unit yang diprioritaskan untuk penduduk di kawasan perbatasan, wilayah terpencil, dan nelayan.

Bahan bacaan:

Penulis:

Fran Kurnia, mahasiswa S3 di University of New South Wales (UNSW), Sydney, Australia.

Kontak: fran.kurnia(at)yahoo(dot)com.

Back To Top