Planet Mars, atau yang sering disebut juga planet merah, sangat menarik untuk diamati oleh penduduk Bumi saat ini. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat kondisi Bumi yang sudah padat dengan manusia yang tersebar di berbagai benua. Berdasarkan data dari worldometers.info, jumlah penduduk Bumi saat ini sekitar 7,3 miliar orang dan angka ini terus bertambah seiring dengan berkembangnya dunia teknologi. Dengan teknologi yang semakin canggih, terutama di bidang kesehatan, tingkat harapan hidup manusia juga semakin tinggi. Dengan kata lain, Bumi pun akan semakin penuh dengan munculnya generasi-generasi baru.
Sisi negatif dari pertambahan penduduk Bumi ialah bertambahnya pula tingkat pencemaran lingkungan yang saat ini cukup mengkhawatirkan. Berbagai macam ancaman yang dapat terjadi sewaktu-waktu mulai dari bencana alam, global warming, hingga asteroid yang dapat menabrak bumi banyak membuat manusia takut akan masa depan Bumi. Bertolak dari sejarah, Bumi kita ini dulu pernah ditabrak oleh meteor yang memusnahkan seluruh populasi dinosaurus. Lalu, apabila hal ini terulang, ke mana kita harus berlindung? Planet lain?
Planet Mars adalah salah satu tujuan utama tempat tinggal manusia selain Bumi. Mengapa? Di antara beberapa alasannya adalah: (1) ukuran Mars mirip dengan ukuran Bumi, (2) jaraknya tidak terlalu jauh dengan bumi, (3) Mars berotasi selama 24 jam 37 menit, sedangkan Bumi 23 jam 56 menit, (4) Mars memiliki perputaran musim yang sama dengan Bumi. Hal-hal inilah yang menyebabkan Mars menjadi salah satu favorit tempat tinggal manusia setelah Bumi.
NASA (National Aeronautics and Space Administration) telah meluncurkan beberapa misi untuk meneliti kondisi planet Mars. Ternyata ditemukan bahwa kondisi planet Mars cukup menyedihkan. Atmosfernya hanya tersusun dari gas karbon dioksida (95,3%), nitrogen (2,7%) dan oksigen (0,2%)! Kondisi ini cukup meragukan jika mengingat kondisi atmosfer bumi yang memiliki kandungan oksigen (20%) dan nitrogen (79%). Akan tetapi, pada zaman dahulu Bumi kita sebenarnya memiliki kondisi yang mirip dengan Mars saat ini. Bumi juga tidak memiliki kandungan oksigen dalam atmosfernya. Dengan bantuan bakteri-bakteri fotosintesis, binatang mulai bermunculan dan Bumi mulai terisi dengan kehidupan.
Lebih jauh lagi, berdasarkan hasil penelitian NASA menunjukkan bahwa Mars memiliki kandungan air dalam bentuk es yang terdapat pada kedua kutub planet. Dengan atmosfer yang memiliki kandungan nitrogen, karbon dan oksigen, walaupun masih dalam bentuk karbon dioksida, semua elemen penyokong kehidupan sudah tersedia di Mars. Permasalahannya, bagaimana cara merombak kondisi di Mars hingga menyerupai kondisi Bumi?
Di sinilah peran teknologi ruang angkasa yang sangat penting: solar sail. Solar sail merupakan sebuah cermin raksasa yang berperan untuk memantulkan sinar matahari untuk mencairkan es yang terdapat di mars. Setelah es-es ini mencair, air mulai menggenang membentuk danau-danau. Kandungan karbon dioksida yang terperangkap dalam es akan mencair dan terlepas ke atmosfer. Kenaikan temperatur Mars akan membantu terlepasnya gas CFC (ChloroFluoroCarbon) yang dimanfaatkan untuk menciptakan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca ini kemudian berfungsi sebagai perangkap radiasi matahari sehingga bisa terus menghangatkan Mars dan menjaga air untuk tetap dalam fase cair. Selain itu, efek rumah kaca juga dapat membantu terjadinya proses alami fotosintesis oleh tumbuhan. Seperti yang kita ketahui bahwa fotosintesis mengubah karbon dioksida dan melepaskan gak oksigen yang kita butuhkan untuk bernafas. Tentu saja proses ini membutuhkan waktu hingga ribuan tahun, tetapi melihat perkembangan teknologi yang semakin melesat, bukan hal yang mustahil suatu hari nanti kaki-kaki manusia mulai menjelajah planet Mars.
Bahan bacaan:
Penulis:
Fran Kurnia, mahasiswa S3 di University of New South Wales (UNSW), Sydney, Australia.
Kontak: fran.kurnia(at)yahoo(dot)com.