Mengenalkan STEM di Kelas

Saat ini pegiat pendidikan di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, bersemangat mengenalkan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dalam pembelajaran.  Sains dan teknologi berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta turut memberi sumbangsih dalam menciptakan peradaban dunia.

Di beberapa negara, kurikulum pembelajaran mulai diintegrasikan dengan kurikulum STEM dan membuat siswa sebagai pusat kegiatan belajar. Di Indonesia, melalui kerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan dunia, mulai ada pengembangan model pembelajaran berbasis STEM ini. Sebagai contoh, SEAMEO QITEP in Math yang berpusat di Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Shizuoka dari Jepang dengan Profesor Yoshisuke Kumano sebagai fasilitator mengadakan STEM Camp untuk 30 guru matematika SMP yang terpilih melalui seleksi. Para guru dibekali dengan teori dan praktik untuk pembelajaran STEM di kelas.

STEM menjadi suatu pendekatan dalam mengatasi permasalahan di dunia dengan menuntun pola pikir siswa layaknya insinyur dan ilmuwan. Siswa dituntun menjadi pemecah masalah, penemu, inovator, membangun kemandirian, berpikir logis, melek teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia kerjanya. Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang sengaja menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan matematika dalam konteks merancang teknologi sebagai bentuk pemecahan masalah. Lalu, bagaimana cara mengaplikasikan STEM dalam kelas?

Secara garis besar, pembelajaran STEM adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu  ke dalam paradigma pembelajaran kohesif berdasarkan dunia nyata. Literasi STEM mengacu pada (1) memperoleh ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan pengetahuan matematika dan menggunakannya untuk mengidentifikasi masalah, mendapatkan pengetahuan baru, (2) memahami karakteristik disiplin STEM sebagai bentuk upaya manusia, termasuk penyelidikan, desain, dan proses analisis, (3) memahami bagaimana disiplin STEM menunjukkan keadaan intelektual dan budaya dunia, serta (4) terlibat dalam isu-isu tentang STEM dengan menggunakan ide-ide yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika sebagai gagasan.

Contoh penerapan STEM di salah satu kelas VIII SMP Negeri 1 Jakenan adalah pembuatan menara setinggi-tingginya dari kertas. Pembelajaran ini dilakukan setelah siswa mendapatkan materi bangun ruang sisi datar. Setiap kelompok yang terdiri atas 4 siswa hanya diberi 2 lembar kertas, dan 40 cm selotip. Pertama, siswa akan berusaha merancang bentuk bangunan, merancang dasar bangunan, kemudian mengimplementasikan hasil rancangan ke dalam bentuk nyata menara. Banyak bentuk tidak terduga dari penerapan ini. Kreativitas siswa sungguh luar biasa.

Melalui pembelajaran STEM di kelas matematika, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, terutama yang menekankan penggunaan teknologi. STEM ini sangat memberi manfaat pada perkembangan IPTEK sekaligus perkembangan yang menyangkut urusan sosial manusia itu sendiri. Guru dan siswa dituntut untuk mengenal dan mencari tahu teknologi apa saja yang bisa digunakan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Di masa depan, siswa diharapkan akan lebih siap untuk menghadapi tantangan globalisasi abad ke-21. Khususnya, posisi pekerjaan yang lebih banyak dicari oleh perusahaan saat ini adalah di bidang STEM. Membekali siswa kita dengan pembelajaran STEM sejak dini akan melatih siswa untuk menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi dalam kehidupan mereka mendatang.

Catatan:

“SEAMEO QITEP in Math” = South-East Asian Minister Education Organization for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel in Mathematics.

Bahan bacaan:

  • Ratna Indra. Pentingnya STEM dalam Pendidikan Modern

Penulis:

Eny Susiana, Guru Matematika SMP Negeri 1 Jakenan, juga alumnus STEM Camp SEAMEO Qitep in Math.

Back To Top