Mengungkap Kehidupan Laba-laba

Susunan organ reproduksi si jantan dan si betina laba-laba diibaratkan seperti mekanisme gembok-dan-kunci (lock-and-key). Dengan struktur seperti ini, si jantan hanya bisa melakukan perkawinan dengan si betina yang berasal dari spesiesnya saja. Agar proses perkawinan dapat dilakukan, si jantan akan membuat kantong sperma dengan sutra yang tersedia di lubang spinneretnya, dan mengeluarkan cairan spermanya untuk diletakkan pada kantong sperma tersebut. Kemudian, pedipalp (organ pembiakan jantan) yang terletak pada bagian depan kepala si jantan akan menyedot cairan sperma tadi untuk dimasukkan ke dalam epigyne (organ pembiakan betina).

Ada beberapa cara untuk mengetahui bahwa si jantan dan si betina berasal spesies yang sama. Beberapa di antaranya seperti adanya spesies laba-laba yang mempersembahkan tarian, ada yang berkomunikasi melalui getaran benang sutra dan ada yang membuat sejenis jaring perkawinan pada sarang si betina untuk menarik perhatian dan mendapatkan izin dari si betina. Menariknya, ada juga pejantan yang menyajikan makanan kepada si betina untuk tanda berkenalan. Namun ironisnya, terdapat juga spesies laba-laba yang memakan pasangannya setelah perkawinan!

 

Laba-laba merak jantan (yang tubuhnya berwarna-warni) menari untuk memikat lawan jenis (sumber : http://tareqi.blogspot.jp/2014/04/laba-laba-merak-indah-dan-pandai-menari.html)

Setelah proses perkawinan, betina akan menyimpan sperma dalam waktu tertentu. Apabila waktunya tiba, laba-laba betina akan menghasilkan beberapa telur di dalam kantung. Jumlah, ukuran, bentuk dan warna kantung telur tergantung kepada spesies itu. Kebanyakan spesies laba-laba betina akan menjaga kantung telur tersebut hingga menetas, sedangkan sebagian spesies yang lain akan membawa telur pada bagian abdomen atau mulutnya hingga anak-anak laba-laba membesar dan bisa hidup mandiri. Namun, ada juga kantung telur yang dibiarkan pada sarang laba-laba yang kosong, di bawah daun atau pada ranting pohon tanpa pengawasan.

Laba-laba merak betina sedang menyelimutkan jaring pelindung ke telur-telur yang dimilikinya (sumber : http://magazine.uc.edu/editors_picks/recent_features/tinydancers.html).

Laba-laba yang menetas dari sebuah telur akan melalui beberapa tingkat perubahan eksoskeleton selama proses pertumbuhan hingga dewasa. Apabila eksoskeleton lama terlepas, laba-laba akan membesar dengan cepat sebelum eksoskeleton baru mengeras. Semakin besar ukuran laba-laba, semakin tinggi tingkat perubahan eksoskeleton yang bisa mencapai hingga sepuluh kali. Selain itu, selama proses pertukaran eksoskeleton, laba laba sangat rawan mendapat ancaman dari luar. Maka, ia akan memilih tempat yang aman dan sepi. Karena laba-laba mengalami metamorfosis tidak sempurna, bentuk laba-laba dari kecil hingga dewasa tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada warna dan ukuran badan. Perbedaan yang paling terlihat antara laba-laba kecil dengan dewasa lengkap adalah pertumbuhan alat perkembangbiakan yang lengkap.

Selama di tahap awal (laba-laba kecil), salah satu cara bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain adalah dengan ballooning. Laba-laba kecil akan memanjat ke tempat yang tinggi, memastikan arah tiupan angin, mengangkat abdomen setinggi mungkin dan menghasilkan benang sutera dari spineretnya. Apabila benang sutera yang dihasilkan cukup untuk mengangkat dan menampung berat laba-laba kecil ini, ia akan terangkat dan dibawa oleh tiupan angin ke tempat baru. Meskipun kebanyakan laba-laba kecil akan kehilangan nyawa dengan cara yang berisiko ini, laba-laba kecil yang selamat melakukan ballooning akan memulai kehidupan dan mengembangbiakkan spesiesnya di tempat baru. Masa hidup bagi kebanyakan laba-laba adalah sekitar satu hingga dua tahun saja. Biasanya umur hidup si jantan lebih singkat daripada si betina. Meskipun demikian, ada juga lho spesies laba-laba besar seperti Tarantula yang dapat hidup sehingga 25 tahun!

Theraphosa blondi, salah satu spesies tarantula yang tercatat memiliki ukuran terbesar di dunia. Laba-laba ini hidup di Suriname, Guyana, Guyana Prancis, Venezuela dan Brazil (sumber : http://goldenbookofrecords.com/largest-spider-2/).

Persebaran laba-laba kecil yang berhasil berkembangbiak dan menghasilkan koloni spesiesnya adalah pertanda bahwa spesies tersebut dapat beradaptasi di kawasan tersebut. Dengan proses ini, maka tersebar luaslah beragam spesies laba-laba di berbagai pelosok hutan, gua, kebun, kawasan pertanian, maupun ke pemukiman penduduk. Sampai saat ini, diperkirakan ada 45.000 spesies laba-laba yang telah diidentifikasi di seluruh dunia. Di antaranya, lebih dari 650 spesies laba-laba termasuk 50 spesies baru telah dicatat di Malaysia.

Laba-laba yang telah tersebar dan membentuk koloni di suatu kawasan membuktikan bahawa spesies tersebut mampu hidup di lingkungan tersebut. Hal ini karena tedapat spesies laba-laba yang hanya dapat hidup pada lingkungan yang tertentu, dan terdapat spesies yang mampu beradaptasi di berbagai jenis lingkungan.

Biasanya, laba-laba akan menangkap dan memakan mangsanya yang terdiri dari berbagai rupa, bentuk, ukuran, dan jenis yang berbeda. Spesies laba-laba yang berbeda akan menggunakan teknik yang berbeda, bisa membuat perangkap dengan cara membuat sarang, melempar benang sutera yang bisa melekatkan mangsa padanya, menyembunyikan, dan menyerbu mangsa dengan cepat, ataupun meniru gerak-gerik mangsa sebelum menerkamnya saat ada peluang. Namun, ketika anak laba-laba masih kecil (laba-laba kecil), induk laba-laba (laba-laba betina) akan menyediakan makanan sampai mereka bisa hidup mandiri.

Meskipun saat ini laba-laba yang terdapat di Malaysia tidak memiliki racun yang dapat membunuh manusia, namun kita perlu lebih berhati-hati jika menemukan laba-laba besar. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk segera pergi ke dokter apabila terkena gigitan laba-laba besar ya!

Selain itu, laba-laba juga dapat menjadi penanda adanya perubahan lingkungan di sebuah ekosistem, pengendali hama dan predator alami. Selain menggunakan obat pembasmi hama, serangga seperti laba-laba juga dapat membantu mengendalikan hama dengan menangkap dan menjadikan hama tersebut sebagai makanan. Laba-laba adalah metode pengendalian biologis yang sesuai bagi para petani untuk mengendalikan ancaman hama terhadap tanaman mereka. Metode ini tidak hanya memiliki efek jangka panjang namun juga mengurangi pengeluaran petani untuk membeli pestisida dan menghindari masalah kesehatan yang disebabkan oleh pestisida beracun tinggi. Hal ini juga dapat mengatasi masalah dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Dalam peran keanekaragaman hayati dalam pengelolaan hama, pihak yang bertanggung jawab harus memainkan peran penting dengan mendeteksi hama secara rinci dan membuktikan kerugian yang ditimbulkan sebelum pestisida digunakan. Hal tersebut karena terdapat beratus-ratus spesies arthropoda yang mempunyai berbagai fungsi ekologi seperti herbivora, pemangsa, pengurai, dan penyerbuk dalam ekosistem ladang. Untuk mencegah populasi hama terus berkembang, hubungan jaring makanan antara tanaman, serangga dan keanekaragaman hayati penting dalam memastikan keseimbangan ekosistem selalu penuh dengan spesies predator alami.

Maka tidaklah mengherankan jika arthropoda seperti laba-laba mampu dijadikan sebagai penanda adanya perubahan lingkungan di sebuah ekosistem yang efektif. Ia mampu mempertahankan ekosistem yang dapat meningkatkan hasil panen para petani serta mampu mengontrol hama yang merusak tumbuhan. Dari penelitian, ditemukan fakta bahwa dengan mengurangi penggunaan racun sampai 95% dapat meningkatkan keanekaragaman arthropoda sekaligus mencegah hama. Oleh itu, pengetahuan tentang peran dan kepentingan serangga dalam ekosistem sawah/ladang sangat penting bagi petani untuk menghindari kekebalan pestisida pada hama jika penggunaan pestisida dilakukan secara terus menerus. Jika hal itu terjadi, bisa saja terjadi immunitas pada hama terhadap pestisida karena adanya mutasi gen yang dampaknya akan berefek pada tingginya konsentrasi pestisida yang diperlukan untuk membunuh hama-hama tersebut. Dan itu sangatlah berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup yang lain, terutama bagi manusia! Jadi, meskipun tubuh mereka kecil, jangan anggap remeh laba-laba ya!

Bahan bacaan:

Penulis:
Dzulhelmi Nasir dan Syahirah Zoilani, Research Officer di Entomology and Ecological Research Group, Applied Entomology and Microbiology Unit, Biological Research Division, Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Kontak: dzulhelminasir(at)mpob(dot)gov(dot)my. Artikel asli ditulis dalam bahasa Melayu, diterjemahkan oleh Qonita.

Back To Top