Terapi Regenerasi Gigi

Bidang kedokteran gigi ada sekolah S3-nya ya?  Memangnya ada yang bisa dipelajari? Bukannya bidang kedokteran gigi hanya meliputi persoalan 32 gigi saja?  Itu sedikit dari banyak pertanyaan sejenis mengenai kedokteran gigi. Mari kita pelajari sedikit tentang gigi manusia, sehingga akan terasa pentingnya ilmu kedokteran gigi yang secara khusus ada untuk kebaikan hidup kita.

Seperti yang diketahui, benih gigi mulai terbentuk sejak kita berada di dalam kandungan ibu. Benih gigi susu (gigi anak-anak) berjumlah 20 dan benih gigi permanen jumlahnya berkisar antara 28-32. Pada usia-usia tertentu, satu persatu gigi susu akan tanggal dan digantikan oleh gigi permanen. Ketika gigi susu rusak atau tanggal, biasanya kita tidak risau, masih ada gigi penggantinya. Nah, bagaimana jika gigi dewasa rusak atau tanggal?

Gigi bisa rusak, goyah dan tanggal karena faktor usia, makanan dan penyakit. Jika gigi tanggal, apa akibatnya? Selain masalah estetika, yaitu pipi menjadi kempot dan penampilan kurang menarik (adanya ruang kosong di dalam deretan gigi), proses pengunyahan juga menjadi tidak sempurna, dan pengucapan huruf-huruf tertentu pun menjadi tidak jelas. Keadaan ini, tentu saja sangat tidak nyaman dirasakan dan dapat berakibat pada terganggunya sistem tubuh yang lain.

Sampai saat ini, gigi yang rusak atau tanggal dapat direstorasi dengan bahan tumpatan atau gigi tiruan, bahkan yang paling terkini adalah teknik implan gigi. Namun, bagi sebagian orang, adanya alergi terhadap bahan-bahan tumpatan, gigi palsu dan implan dapat memunculkan masalah baru. Akhirnya, muncul gagasan terapi regenerasi gigi.  Belakangan ini, terapi regenerasi gigi menjadi topik yang sangat menarik dan menjadi obyek riset sebagian besar peneliti kedokteran gigi di seluruh dunia.

Apakah terapi regenerasi gigi itu? Secara umum, regenerasi gigi berarti kemampuan tubuh untuk membuat atau membentuk kembali bagian gigi yang rusak atau gigi yang telah tanggal, dengan menggunakan sel atau jaringan tubuh kita sendiri. Meskipun terapi menumbuhkan gigi yang tanggal di dalam rongga mulut belum dapat diprediksi kapan bisa dinikmati hasilnya, tetapi memperbaiki sebagian gigi yang rusak dengan jaringan gigi itu sendiri (bukan dengan bahan tumpatan) nampaknya bisa diterapkan dalam waktu yang tidak lama lagi.

Ed05-kesehatan-1

Gigi mempunyai struktur yang unik dan indah. Email dan dentin, yang merupakan bagian paling keras dari tubuh kita, tersusun dari mineral-mineral yang berusia panjang dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri. Jadi, jangan salah kira, ternyata bagian tulang lainnya dari tubuh manusia tidak ada yang lebih keras daripada email dan dentin. Sayangnya, makanan dan minuman yang menghasilkan asam (contohnya minuman berkarbonisasi), juga bakteri-bakteri yang menghasilkan asam, dapat merusak kekuatan email dengan cara demineralisasi.

Biasanya sistem tubuh mampu memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil, tetapi jika serangan yang datang melebihi batas kemampuan tubuh, maka kerusakan akan mencapai lapisan di bawah email, yaitu dentin. Sebagai akibat dari kerusakan ini gigi menjadi berlubang. Kelak, untuk mengembalikan fungsi gigi dan mencegah kerusakan yang lebih parah, lubang ini tidak perlu ditumpat. Hanya dilapisi dengan suatu bahan yang mampu memicu proses remineralisasi email dan dentin, sehingga lubang tersebut akan tertutup dengan sendirinya.

Cerita di atas adalah mengenai regenerasi sebagian struktur gigi yang rusak. Bagaimana dengan regenerasi gigi yang telah tanggal? Hal ini merupakan obyek penelitian yang menarik dan mempunyai tantangan tersendiri, mengingat proses pertumbuhan gigi melibatkan sedikitnya 300 gen terutama pada awal proses pertumbuhan. Secara garis besar, proses pertumbuhan gigi merupakan interaksi antara jaringan epitel dan mesenkim pada tulang rahang. Epitel yang menguncup dan kondensasi mesenkim di sekitar kuncup epitel akan membentuk mahkota gigi.

Struktur mineral gigi, yaitu email dan dentin terbentuk dari sel-sel spesifik yang disebut ameloblas dan odontoblas. Ameloblas merupakan sel-sel yang berdiferensiasi dari jaringan epitel (membentuk email), sementara odontoblas berasal dari jaringan mesenkim (membentuk dentin).

Dari 300 jenis gen tersebut masih banyak sekali yang belum diketahui fungsinya di dalam proses amelogenesis (proses pembentukan email) maupun dentinogenesis (proses pembentukan dentin). Untuk saling berkomunikasi, gen-gen ini memerlukan suatu protein yang disebut transcription factor. Satu transcription factor bisa menjembatani lebih dari satu gen dan mungkin saja secara biokimiawi mempunyai multifungsi di dalam proses pertumbuhan gigi. Sebagai contoh, saat ini suatu transcription factor yang diketahui terdapat di dalam sel epitel gigi tikus (rat) sedang dalam penelitian. Dengan berbagai teknik, diketahui bahwa transcription factor ini terlibat di dalam proses amelogenesis.

Fakta lain yang ditemukan sejauh ini, transcription factor tidak hanya mengatur satu atau dua gen, melainkan beberapa gen sekaligus di dalam proses amelogenesis. Gen apa sajakah itu? Nah, untuk mengetahui sampai tuntas gen apa saja yang diatur oleh transcription factor ini, memerlukan penelitian yang sangat panjang dan tidak sederhana. Bisa jadi dari satu transcription factor ini saja, dapat dihasilkan lebih dari 3 disertasi. Semoga uraian ini cukup menjelaskan bahwa permasalahan gigi ternyata cukup kompleks sekaligus menantang untuk dipelajari dan diungkap.

Bahan bacaan:

Penulis:
Trianna Wahyu Utami, Department of Molecular Biology, Institute Health of Biosciences, University of Tokushima.
Kontak: triannautami(at)yahoo(dot)com

Back To Top